Husain bin Ali bin Abi Thalib r.a bercerita:
“Ketika kami sedang berthawaf, tiba-tiba kami mendengar suara orang yang meratap:
Wahai Zat yang mengabulkan doa orang yang terpaksa dalam kezaliman
Wahai Zat Penghilang kesengsaraan dan penderitaan yang disertai penyakit
Hamba-Mu telah berada disekitar baitullah dan Masjidil Haram
Aku memanjatkan doa, sedang mata Allah tak pernah tidur
Dengan kemurahan-Mu,
Ampunilah aku atas kesalahan yang telah kulakukan
Wahai Zat yang kepada-Nya semua makhluk mengarahkan kemuliaan,
Jika ampunan-Mu tak tersedia untuk pelaku kejahatan,
Maka siapa lagi yang melimpahkan kenikmatan
Kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Ayahku, Ali bin Abi Thalib berkata, ‘Wahai Husain, tidakkah kau mendengar orang yang menangisi dosa-dosanya dan menyeru Tuhannya. Carilah dia dan jika bertemu, panggilah dia’.
Dengan cepat aku berangkat dan menemukan orang itu. Ternyata dia seorang yang sangat tampan, berbadan bagus, berpakaian bersih serta beraroma sangat wangi, namun tubuh sebelah kanan orang itu lumpuh. Aku berkata, “Temuilah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah.
Orang itu bertanya, ‘Siapakah engkau dan apa kepentinganmu?’
(Setelah tiba dihadapan Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib)
Laki-laki itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bagaimana keadaan orang yang mendapat hukuman dan tertolak dari hak?
Amirul Mukminin bertanya, “Siapa namamu?”
Orang itu menjawab, ‘Manazil bin Lahiq.’
“Apa yang sebenarnya terjadi atasmu?’ tanyanya lebih lanjut
Dia menjawab, ’Aku sangat terkenal di Arab sebagai orang yang ahli permainan dan menyanyi. Aku selalu berjingkrak dimasa mudaku dan tidak menyadari kelengahanku. Jika aku bertoba, tobatku tidak akan diterima. Aku selalu berbuat maksiat di bulan Rajab dan Sya’ban. Sedang aku punya ayah yang menyayangiku dan sangat memperhatikanku.
Beliau selalu mengingatkanku akan bahaya jahiliah dan kemaksiatan. Beliau berkata, ”Wahai anakku, Allah memiliki kekerasan dan siksa. Maka, janganlan kamu berada dipihak orang-orang yang diberi hukuman neraka. Sungguh betapa kau telah dilenakan dalam kegelapan, dan kau telah melalaikan malaikat mulia, bulan haram, malam, dan siang”. Jika beliau menegur dengan ucapan, aku membalasnya dengan pukulan.
Pada suatu hari aku menemuinya dan beliau berkata, ’Demi Allah, aku akan berpuasa dan tidak akan berbuka, aku akan salat dan tidak akan tidur.” Lalu dia berpuasa selama satu minggu kemudian naik seekor unta dan pergi bersamaku ke Makkah pada musim haji Akbar, dan dia berkata, ’Aku akan ke Baitullah dan akan mendoakan keburukan untukmu kepada Allah’.
Maka dia pergi ke Makkah pada musim haji Akbar, lalu dia bersimpuh di altar Ka’bah seraya mendoakan keburukan untukku:
Wahai Zat yang para jamaah haji datang kepada-Nya,
Mengharapkan kelembutan Zat yang Mahakuat
MahaEsa lagi bergantung pada diri sendiri
Inilah Manazil yang tidak mau menghentikan kedurhakaannya padaku
Maka berdasarkan hakku berikanlah hukuman
Kepada anakku, dan dengan kemurahanmu,
Lumpuhkanlah tubuhnya yang sebelah kanan
Wahai Zat yang Mahasuci, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
Demi Zat yang meninggikan langit dan mengalirkan mata air, belum lagi ucapannya berakhir, tubuh sebelah kananku sudah lumpuh, sehingga aku menjadi seperti kayu yang dibuang ditanah suci. Setiap manusia yang berlalu-lalang melewatiku berkata, ”Untuk orang inilah Allah mengabulkan doa ayahnya.”
Kemudian amirul mukminin bertanya, ’Lalu apa yang dilakukan ayahmu?’
”Wahai Amirul Mukminin, aku memohon kepadanya supaya dia berdoa untuk memulihkan kesehatanku dibagian tubuhku yang telah beliau doakan keburukan. Dan itu dilakukan setelah beliau memaafkanku,’ paparnya
’Beliau memenuhi permintaanku, lalu aku membawa beliau dengan seekor unta yang kudapatkan dalam perjalanan, sampai kami tiba di suatu lembah. Tiba-tiba seekor burung terbang dari sebatang pohon, mengagetkan unta sehingga ia kabur melarikan diri. Ayahku yang menunggang unta itu terjatuh dari atasnya dan meninggal disana.’
Maka Ali berkata, ”Maukah kuajarkan beberapa doa yang aku dengar dari Rasulullah? Sesungguhnya beliau telah bersabda, ’Setiap kali seorang yang binggung memanjatkan doa itu, Allah akan menghilangkan kebingungannya. Dan setiap kalil orang yang dalam kesusahan memanjatkan doa itu, Allah akan menghilangkan kesusahannya.’
’Ya, aku mau,’jawabnya
Maka kemudian Ali mengajarinya doa-doa dari Rasulullah. Lalu dia memanjatkan doa tersebut dengan tulus ikhlas sehingga dia sembuh dari penyakit itu dan dia datang kepada kami dalam keadaan sehat.
Aku bertanya pada orang itu, ”Bagaimana engkau melakukannya”?
Dia menjawab, ’Setelah semua mata tertidur lelap, aku memanjatkan doa tersebut sekali, dua kali, dan tiga kali. Lalu ada yang berseru kepadaku, ’Cukuplah Allah sebagai pelindungmu. Sungguh kamu telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya Yang Agung. Jika Dia diseru dengan nama itu pasti Dia akan mengabulkan, dan jika diminta dengan nama itu, maka pasti Dia akan memberi.’
Kemudian aku terserang kantuk dan tertidur. Aku bermimpi melihat Rasulullah Saw, lalu kujelaskan tentang doa itu, maka beliau bersabda, ’Ali putra pamanku memang benar. Didalam doa itu ada nama Allah paling agung yang jika Dia diseru dengan nama itu, pasti Dia akan mengabulkan, dan jika Dia diminta dengan nama itu, maka Dia akan memberi.’
Lalu aku terserang kantuk lagi dan tidur untuk kedua kalinya. Aku bermimpi melihat Rasulullah saw, maka kukatakan, ’Ya Rasulullah, aku ingin mendengar langsung doa darimu.’
Maka beliau berkata, katakanlah, ’
Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu.
Wahai Zat yang mengetahui segala yang tersembunyi.
Wahai Zat yang karena kekuasaan-Nya langit bisa berdiri kukuh, dan wahai Zat yang karena keperkasaan-Nya bumi terhampar,
wahai Zat yang karena cahaya kemuliaan-Nya matahari dan bulan bisa terbit dan menyinari,
wahai Zat yang menerima jiwa beriman lagi suci, dan wahai Zat yang menenangkan ketidaktenangan orang-orang yang takut,
wahai Zat yang menyelamatkan Yusuf. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Muhammad dan keluarganya. Dan kabulkanlah permintaanku ini, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Setelah itu aku terjaga dan telah sembuh dari sakitku.
Ali bin Abi Thalib berkata, ’Berpegang teguhlah pada doa ini, karena ia merupakan salah satu simpanan Arsy.’
Wallahu a'lam bishawab,
Sumber: Al Ghunyah li Thalibi Thariq Al Haqq, Syaikh Abdul Qadir Al Jilani r.a