Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Kamis, 09 Januari 2014
Mengapa Ada Beberapa Hal Yang Diharamkan Di Dunia Tetapi Dihalalkan Di Surga?
Saya seorang muslimah. Saya ada pertanyaan dari seorang Nashara, saya sudah banyak bertanya dan berusaha mendapatkan jawaban di dalam beberapa buku tetapi tidak saya dapatkan. Pertanyaannya tentang bidadari. Saya dengar, seorang laki-laki akan diberi balasan dengan beberapa wanita di surga. Saya tidak tahu apakah informasi ini benar ? Akan tetapi bila Anda bisa memberikan penjelasan tentang masalah ini saya sangat berterima kasih.
Pertanyaan penting tersebut adalah: Mengapa Islam sering memberi motivasi dan memberi kabar gembira dengan sesuatu di surga padahal hal itu diharamkan di dunia ? Seperti hubungan antara laki-laki dengan wanita diluar nikah yang dianggap haram. Dan apabila seorang muslim menjauhi hal itu di dunia, maka dia akan dibalas dengan diberikan bidadari di surga. Bukahkah ini hal yang aneh ? Sayang sekali pengetahuan saya hanya sedikit tentang hal ini dan saya tidak tahu dari mana datangnya pertanyaan ini tetapi saya yakin akan ada jawaban yang logis terhadap pertanyaan ini dan saya berharap Anda membantu saya dalam hal ini. Terima kasih.
Allah telah menjelaskan tentang surga di dalam kitab-Nya yang mulia dan apa-apa yang dijanjikan di dalamnya. Diapun telah menerangkan tentang keadaan surga dan para penghuninya di beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Di antaranya:
"Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan. Dan gelas-gelas yang diletakkan. Dan bantal-bantal sandaran yang disusun. Dan permadani-permadani yang dihamparkan." (Q.S. Al-Ghasyiyah: 12-16)
"Dan bagi orang yang takut ketika bertemu dengan Rabbnya ada dua surga. Maka nikmat Allah yang mana lagi yang akan kalian dustakan. Kedua surga itu mempunyai pohon-pohon dan buah-buahan. Maka nikmat Allah yang manalagikah yang akan kalian dustakan. Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang mengalir. Maka nikmat Allah yang manalagikah yang akan kalian dustakan ? Di dalam kedua surga itu ada segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan." (Q.S. Ar-Rahman: 46-52)
Ayat-ayat yang lainnya yang menerangkan keadaan surga sangat banyak. Ada beberapa ayat yang menerangkan wanita-wanita surga. Di antaranya :
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, yang tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka ataupun oleh jin. Maka nikmat Allah yang manalagikah yang akan kalian dustakan ? Seakan-akan mereka itu permata yakut dan marjan." (Q.S. Ar- Rahman: 56-58)
"Bidadari-bidadari yang cantik, putih bersih, dan terpelihara dalam kemah." (Q.S. Ar- Rahman: 72)
"Dan di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. Seperti mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan dari apa yang mereka lakukan." (QS.Ar-Rahman: 22-24)
Selain itu ada pula hadits-hadits dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam tentang keadaan wanita-wanita surga dan bahwa mereka disediakan pada hari kiamat untuk orang-orang yang bertaqwa. Di antaranya adalah hadits Abu Hurairoh Radhiyallahu 'Anhu dia berkata : "Telah berkata Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
"Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk surga tak ubahnya seperti bulan pada malam purnama, kemudian orang-orang setelah mereka laksana bintang yang paling terang cahayanya di langit. Mereka tidak kencing, tidak buang hajat, tidak meludah, dan tidak beringus. Sisir-sisir mereka dari emas dan aroma mereka seperti minyak kasturi. Isteri-isteri mereka adalah bidadari. Bentuk mereka sama seperti bentuk bapak-bapak mereka yaitu Adam yang tingginya 60 (enam puluh hasta)." (Shahih Al Jami' 2015)
Dari Rasul Shalallahu 'Alaihi Wassalam, beliau berkata:
"Kemah (di surga) adalah mutiara yang tingginya 60 mil. Di setiap sudutnya ada isteri bagi seorang mukmin dan mereka tidak bisa dilihat oleh orang lain." (Shahih Al Jami'3357)
Hadits-hadits tersebut menerangkan tentang wanita-wanita surga yang disediakan untuk para laki-laki. Dan Allah telah menamai mereka di dalam kitab-Nya dengan sebutan Al-huur (bidadari). Al-Huur jamaknya adalah Hauraa. Imam Al Qurthubi berkata di dalam kitab Al-Ahkam (17/122): "Mereka (bidadari) itu bagian putih matanya sangat putih dan bagian hitamnya sangat hitam, maka kita mengimani hal itu dengan keimanan yang mutlak yang tidak ditembus oleh keraguan ataupun kesangsian dan hal ini tertancap di inti aqidah kita."
Untuk keterangan yang lebih jelas silakan merujuk kepada Shahih Bukhari, kitab bad'ul khalqi, bab sifat al jannah, dan Shahih Muslim, bab sifat al jannah, demikian pula kitab Sifat Al-Jannah susunan Abu Nu'aim Al Ashfahani tentang sifat wanita ahli surga dan kecantikannya.
Adapun pertanyaan bahwa Islam memotivasi dan memberi kabar gembira dengan sesuatu di surga padahal hal itu diharamkan di dunia seperti hubungan antara laki-laki dengan wanita di luar nikah, maka sebelum dijawab ada baiknya kita memperhatikan hal yang penting, yaitu bahwa Allah Ta'ala mengharamkan sesuatu sekehendak-Nya di dunia ini kepada para penghuninya. Dia adalah mencipta dan Pemilik segela sesuatu, maka tidak boleh bagi seorangpun memprotes terhadap hukum Allah Ta'ala dengan ra'yu (pikiran) dan pemahamannya yang terbalik, maka kepunyaan Allahlah hukum dan urusan sebelum dan sesudahnya.
Adapun masalah pengharaman Allah Ta'ala terhadap beberapa perkara di dunia kemudian Dia memberi balasan dengan hal itu pula bagi orang yang meninggalkan hal itu di akhirat, seperti khamr, zina, memakai sutera bagi laki-laki, dan seterusnya, maka hal ini merupakan kehendak Allah dalam memberi balasan kepada orang yang mentaatinya, bersabar, dan memerangi hawa nafsu dirinya di dunia.
Allah Ta'ala berfirman :
"Tidak ada balasan bagi kebaikan kecuali kebaikan pula.." (Q.S. Ar Rahman : 60)
Adapun tentang sebab-sebab pengharaman, maka berikut ini ada beberapa point penting :
Pertama : Tidaklah penting bagi kita mengetahui semua sebab pengharaman. Karena ada beberapa sebab yang kadang-kadang tidak kita ketahui. Dan yang pokok adalah berpegang kepada nash-nash tersebut secara tunduk sekalipun kita tidak tahu sebabnya karena sikap tunduk merupakan tuntutan Islam yang dibangun di atas ketaatan yang sempurna karena Allah Ta'ala .
Kedua : Kadang-kadang nampak bagi kita beberapa sebab pengharaman ,seperti kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan akibat zina berupa tidak jelasnya keturunan, tersebarnya penyakit kelamin, dan yang lainnya. Maka ketika syariat melarang hubungan yang tidak disyariatkan, maka itu maksudnya untuk memelihara kejelasan keturunan dan menghindarkan penyakit, dan hal-hal yang kadang-kadang tidak dimengerti sedikitpun oleh orang-orang kafir dan durhaka sehingga mereka melakukan hubungan seksual seperti keledai. Seorang lelaki menyetubuhi kawan wanitanya, atau seseorang bersetubuh dengan kerabatnya, demikianlah seterusnya seolah-olah mereka itu kelompok binatang, bahkan sebagian binatangpun enggan melakukan hal itu, sedangkan mereka tidak enggan dan tidak peduli akan hal itu, maka jadilah masyarakat yang melakukan hal itu menjadi kumpulan orang yang bebas terlepas dari ikatan, yang penuh dengan penyakit kelamin sebagai wujud murka Allah bagi orang-orang yang melanggar hal yang diharamkannya dan membolehkan apa yang dilarangnya..
Hal ini berbeda sekali dengan hubungan antara seorang laki-laki dengan bidadari di surga -dan inilah yang Anda tanyakan-. Maka hal yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang wanita pelacur di dunia adalah seorang wanita yang hilang harga dirinya, sedikit iman dan rasa malunya dan tidak terikat dengan hubungan syar'i yang tetap dengan seseorang yang dilandasi akad yang benar, maka jadilah seorang laki-laki menyetubuhi wanita yang diinginkannya, dan seorang wanita bersetubuh dengan lelaki yang dikehendakinya tanpa aturan agama ataupun akhlaq. Adapun bidadari di surga maka mereka terkhususkan untuk suami-suami mereka orang-orang yang diberi balasan oleh Allah dengan diberi bidadari-bidadari itu karena kesabaran mereka dalam menahan diri dari yang haram ketika di dunia, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
"Bidadari-bidadari yang terpelihara di dalam kemah-kemah."
Dan firman-Nya pada ayat lain tentang bidadari-bidadari itu:
"Mereka tidak pernah disentuh oleh seorang manusiapun sebelum mereka ataupun oleh jin."
Dan mereka adalah isteri bagi penghuni surga, sebagaimana firman Allah :
"Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari-bidadari."
Dan mereka terkhususkan hanya untuk suami mereka dan tidak untuk yang lainnya.
Ketiga : Sesungguhnya Allah Ta'ala yang mensyariatkan bagi laki-laki di dunia agar tidak mempunyai lebih dari empat isteri dalam satu waktu, Dia pulalah yang memberi nikmat kepada penghuni surga dengan bidadari yang diinginkannya, maka tidak ada pertentangan antara pengharaman di dunia dengan penghalalan di akhirat karena hukum kedua tempat itu berbeda sesuai dengan yang dikehendaki Allah Ta'ala, dan tidaklah diragukan lagi bahwa akhirat lebih baik, lebih utama, dan lebih kekal dari pada dunia. Allah Ta'ala berfirman:
"Telah dihiasi bagi manusia kecintaan kepada syahwat wanita, anak-anak, harta yang banyak berupa emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah ada tempat kembali yang baik. Katakanlah: 'Maukah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik dari hal itu ? Untuk orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka yaitu surga yang banyak mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selamanya .Dan ada isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat terhadap hamba-hamba-Nya." (Q.S. Ali Imran: 14-15).
Keempat : Sesungguhnya pengharaman ini kadang-kadang merupakan ujian dari Allah Ta'ala bagi hamba-hamba-Nya, apakah mereka melaksanakan perintah dan menjauhi larangan atau tidak. Dan ujian tidaklah berupa sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak disukai jiwa, tetapi ujian akan berupa sesuatu yang diinginkan oleh jiwa sehingga jiwa akan selalu terkait dan tertarik kepadanya. Di antaranya adalah ujian dengan harta, apakah seorang hamba akan mengambil yang halal dan menggunakannya dengan cara yang halal pula serta menunaikan hak Allah di dalamnya ? Ujian dengan wanita, apakah dia akan membatasi dengan hal yang dihalalkan oleh Allah, menundukkan pandangan, dan menjauhi hal yang Allah haramkan dari wanita ? Dan di antara rahmat Allah Ta'ala bahwa Dia tidaklah mengharamkan sesuatu yang diinginkan oleh jiwa kecuali Diapun menghalalkan hal-hal yang halal yang sejenis dengan yang diharamkan tadi.
Kelima : Sesungguhnya hukum-hukum yang berlaku di dunia tidaklah seperti hukum di akhirat. Khamr di dunia bisa menyebabkan hilang akal berbeda dengan khamr di akhirat yang baik yang tidak menyebabkan hilang akal dan tidak menimbulkan pening di kepala serta tidak membuat kembung di perut. Demikian pula wanita-wanita yang disediakan pada hari kiamat untuk orang mukmin sebagai balasan atas ketaatan mereka, tidaklah seperti pezina yang membuat terkoyaknya kehormatan, tidak jelasnya keturunan serta menyebarnya penyakit kelamin yang berakhir dengan penyesalan. Wanita-wanita surga adalah wanita-wanita yang suci, baik, tidak akan mati, dan tidak akan tua. Berbeda dengan wanita-wanita di dunia.
Allah berfirman :
"Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis yang perawan penuh cinta kasih dan sepadan." (Q.S. Al Waqi'ah: 35-37).
Kita memohon kepada Allah semoga Dia merizkikan kepada kita kebaikan di dunia dan di akhirat dan merizkikan ketaatan kepada kita dalam melaksanakan perintah-Nya dan yakin terhadap pahala-Nya serta meraih pahala-Nya juga aman dari siksa-Nya. Wallahu A'lam.
Cinta kepada Allah SWT
Bila Allah Swt mencintai hambaNya, Dia menampakkan rahasiaNya pada
keagungan kekuasaanNya, dan Allah Swt, menggerakkan hatinya sebagai
limpahan anugerahNya, Allah Swt, memberi minuman dari piala gelas
cintaNya, hingga ia mabuk dari selain Dia, lalu dijadikannya berada
dalam kemesraan, kedekatan dan kesahabatan denganNya, sampai ia tidak
sabar untuk segera mengingatNya, tidak memilih yang lainNya dan tidak
sibuk dengan satu pun selain perintahNya.
Syeikh Abu Bakr al-Wasithy ra, berkata, ”Posisi cinta lebih di depan dibanding posisi takut. Siapa yang ingin masuk dalam bagian cinta, hendaknya ia selalu husnudzdzon kepada Allah Swt dan mengagungkan kehormatanNya.”
Diriwayatkan bahwa Allah Swt, memberi wahyu kepada Nabi Dawud as. ”Hai Dawud! Cintailah Aku, dan cintailah kekasih-kekasihKu, dan cintailah Aku untuk hamba-hambaKu.”
Lalu Nabi Dawud as, berkata, “Ilahi! Aku mencintaiMu, dan mencintai kekasih-kekasihMu, lalu bagaimana mencintaiMu untuk hamba-hambaMu?”
“Ingatkan mereka, akan kagunganKu dan kebaikan kasih sayangKu…” Jawab Allah Swt.
Dalam hadits disebutkan, “Bila Allah mencintai seorang hamba dari kalangan hamba-hambaNya, Jibril as, mengumumkan “Wahai ahli langit dan bumi, wahai kalangan wali-wali Allah dan para Sufi! Sesungguhnya Allah Ta’ala mencinta si Fulan, maka cintailah dia.”
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw: “Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Jibril mengumandangkan, “Sesungguhnya Allah sedang mencintai si Fulan, maka cintailah dia. Lalu penghuni langit pun mencintainya, baru kemudian di diterima oleh penghuni bumi. Namun bila Allah Ta’ala membenci si Fulan, maka Allah Swt mengundang Jibril dan berfirnman, “Aku lagi membenci si fulan, maka bencilah ia.!” Jibril pun membencinya, kemudian mengajak kepada penghuni langit dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah sedang membenci si Fulan, maka bencilah padanya. Lalu rasa benci itu diturunkan di muka bumi.”
Abu Adullah an-Nasaj ra, mengatakan, “Setiap amal yang tidak disertai cinta kepada Allah Swt, tidak bisa diterima.”
“Siapa yang mencintai Allah Swt, maka Dia mengujinya dengan berbagai cobaan. Dan siapa yang berpaling dariNya pada lainNya, ia terhijab dariNya dan gugur dari hamparan para pecintaNya.”
Abdullah bin Zaid ra, berkisah, “Saya sedang bertemu dengan lelaki sedang tidur di atas salju, sementara di keningnya bercucuran keringat. Aku bertanya, “Hai hamba Allah! Bukankah sangat dingin!” Lalu ia menjawab, “Siapa yang sibuk mencintai Tuhannya, tidak pernah merasa dingin.”
“Lalu apa tanda pecinta itu?” tanyaku.
“Merasa masih sedikit atas amalnya yang banyak, dan merasa meraih banyak walau mendapatkan sedikit karena dating dari Kekasihnya.” Jawabnya.
“Kalau begitu beri aku wasiat.”
“Jadilah dirimu hanya bagi Allah, maka Allah bakal bagimu.”
Muhammad bin al-Husain ra, mengatakan, “Aku masuk ke pasar untuk membeli budak perempuan. Kulihat ada budak perempuan yang sedang diikat, dan pada kedua pipi tulipnya ada luka, yang terukir tulisan, “Siapa yang yang berkehendak pada kami, akan kami bangkrutkan dia. Dan siapa lari dari kami, akan kami goda dia.”
Inilah, kataku, sebagaimana firman Allah Ta’ala pada hambaNya, “Bila kalian semua mencariKu, maka Kulalaikan kalian dari selain DiriKu, dan Kufanakan denganKu dari dirinya, hingga tidak tahu siapa pun kecuali DiriKu.”
Ada seseorang sedang mengetuk pintu kekasihnya, lalu ada suara dibalik pintu, “Siapa anda?”
“Aku adalah engkau.”
“Ya, silakan aku, masuklah!”
Aku kagum dariMu dan dariku. Engkau fanakan diriku bersamaMu dari diriku. Engkau dekatkan diriku dariMu hingga Aku menyangka Engkau adalah aku.
#Tausiya 7 Rabi Al Awwal 1435 H
Syeikh Abu Bakr al-Wasithy ra, berkata, ”Posisi cinta lebih di depan dibanding posisi takut. Siapa yang ingin masuk dalam bagian cinta, hendaknya ia selalu husnudzdzon kepada Allah Swt dan mengagungkan kehormatanNya.”
Diriwayatkan bahwa Allah Swt, memberi wahyu kepada Nabi Dawud as. ”Hai Dawud! Cintailah Aku, dan cintailah kekasih-kekasihKu, dan cintailah Aku untuk hamba-hambaKu.”
Lalu Nabi Dawud as, berkata, “Ilahi! Aku mencintaiMu, dan mencintai kekasih-kekasihMu, lalu bagaimana mencintaiMu untuk hamba-hambaMu?”
“Ingatkan mereka, akan kagunganKu dan kebaikan kasih sayangKu…” Jawab Allah Swt.
Dalam hadits disebutkan, “Bila Allah mencintai seorang hamba dari kalangan hamba-hambaNya, Jibril as, mengumumkan “Wahai ahli langit dan bumi, wahai kalangan wali-wali Allah dan para Sufi! Sesungguhnya Allah Ta’ala mencinta si Fulan, maka cintailah dia.”
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw: “Apabila Allah Ta’ala mencintai hamba, maka Jibril mengumandangkan, “Sesungguhnya Allah sedang mencintai si Fulan, maka cintailah dia. Lalu penghuni langit pun mencintainya, baru kemudian di diterima oleh penghuni bumi. Namun bila Allah Ta’ala membenci si Fulan, maka Allah Swt mengundang Jibril dan berfirnman, “Aku lagi membenci si fulan, maka bencilah ia.!” Jibril pun membencinya, kemudian mengajak kepada penghuni langit dengan mengatakan, “Sesungguhnya Allah sedang membenci si Fulan, maka bencilah padanya. Lalu rasa benci itu diturunkan di muka bumi.”
Abu Adullah an-Nasaj ra, mengatakan, “Setiap amal yang tidak disertai cinta kepada Allah Swt, tidak bisa diterima.”
“Siapa yang mencintai Allah Swt, maka Dia mengujinya dengan berbagai cobaan. Dan siapa yang berpaling dariNya pada lainNya, ia terhijab dariNya dan gugur dari hamparan para pecintaNya.”
Abdullah bin Zaid ra, berkisah, “Saya sedang bertemu dengan lelaki sedang tidur di atas salju, sementara di keningnya bercucuran keringat. Aku bertanya, “Hai hamba Allah! Bukankah sangat dingin!” Lalu ia menjawab, “Siapa yang sibuk mencintai Tuhannya, tidak pernah merasa dingin.”
“Lalu apa tanda pecinta itu?” tanyaku.
“Merasa masih sedikit atas amalnya yang banyak, dan merasa meraih banyak walau mendapatkan sedikit karena dating dari Kekasihnya.” Jawabnya.
“Kalau begitu beri aku wasiat.”
“Jadilah dirimu hanya bagi Allah, maka Allah bakal bagimu.”
Muhammad bin al-Husain ra, mengatakan, “Aku masuk ke pasar untuk membeli budak perempuan. Kulihat ada budak perempuan yang sedang diikat, dan pada kedua pipi tulipnya ada luka, yang terukir tulisan, “Siapa yang yang berkehendak pada kami, akan kami bangkrutkan dia. Dan siapa lari dari kami, akan kami goda dia.”
Inilah, kataku, sebagaimana firman Allah Ta’ala pada hambaNya, “Bila kalian semua mencariKu, maka Kulalaikan kalian dari selain DiriKu, dan Kufanakan denganKu dari dirinya, hingga tidak tahu siapa pun kecuali DiriKu.”
Ada seseorang sedang mengetuk pintu kekasihnya, lalu ada suara dibalik pintu, “Siapa anda?”
“Aku adalah engkau.”
“Ya, silakan aku, masuklah!”
Aku kagum dariMu dan dariku. Engkau fanakan diriku bersamaMu dari diriku. Engkau dekatkan diriku dariMu hingga Aku menyangka Engkau adalah aku.
#Tausiya 7 Rabi Al Awwal 1435 H
Tujuh maqam ilmu dinilai dari niatnya:
Imam Abdullah bin al Mubarak ra telah meriwayatkan dalam kitab Al Zuhd dengan sanad beliau daripada Khalid bin Maadan yang berkata kepada Muaz r.a:
Wahai Muaz r.a! Kisahkanlah kepadaku satu hadis yang pernah engkau dengar daripada Rasulullah saw.
Khalid bin Maadan bercerita: “Muaz r.a menangis sehingga aku sangka tidak akan berhenti kerana lamanya…tetapi akhirnya Muaz r.a berhenti juga daripada tangisannya… kemudian Muaz r.a berkata: Aku mendengar Rasulullah saw pernah bersabda kepadaku”:
Sabda Rasulullah SAW: “Wahai Muaz! Sebenarnya aku mahu berpesan kepada kamu jikalau engkau mampu memeliharanya pasti ia akan memberi manfaat kepada engkau di sisi Allah tetapi jika engkau mensia-siakannya dan tidak memeliharanya maka akan terputuslah hujjahmu di hadapan Allah pada hari kiamat nanti.
Wahai Muaz! Sesungguhnya Allah SWT telah menjadikan tujuh orang malaikat sebelum ia menciptakan langit dan bumi. Kemudian ditentukanNya pada setiap langit satu malaikat untuk menjaga pintunya.
1. Lalu naiklah malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang dilakukannya mulai dari pagi sampai ke petang. Pada amalan tersebut terdapat Nur bagaikan cahaya matahari, sehingga menyangka bahawa amalan itu amat bagus. Apabila sampai ke langit yang pertama. Malaikat penjaga langit pertama itu berkata kepada Hafazhah:
“Pukulkan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat penjaga ghibah (mengumpat). Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang mengumpat orang lain itu dapat melalui pintu langit jagaan ku untuk terus naik ke langit kedua.”
2. Kemudian malaikat Hafazhah membawa pula amalan seseorang hamba, kali ini berjaya melepasi langit pertama. Ia menyangka amalan itu sangat baik (Lantaran berjaya melintasi langit yang pertama, kerana pengamalnya tidak mengumpat orang). Namun apabila sampai ke pintu langit kedua malaikat penjaga pintu itu berkata:
“Berhenti kamu di situ hai hafazah, pukulkan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya kerana ia mengharapkan keuntungan dunia dari amalan ini. Allah telah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang seperti ini melintasi aku untuk terus naik ke langit ketiga. Selain daripada itu ia juga suka disanjung dan dirai di dalam majlis orang ramai. Akulah juga malaikat penjaga kebesaran.”
3. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba yang penuh sinaran dan cahaya daripada pahala sedekah, sembahyang dan puasa. Malaikat Hafazhah merasa kagum melihat keindahan amalan tersebut lalu ia membawa amalan itu (melintasi langit yang pertama dan kedua dengan mudah). Namun apabila sampai ke pintu langit ketiga ia ditahan oleh malaikat penjaga langit ketiga itu:
“Berhenti kamu di sini dan pukulkan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat takbur dan sombong. Allah memerintahkan aku supaya tidak membenarkan amalan orang yang takbur dan sombong dapat melintasiku.”
4. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu bersinar-sinar seperti bintang yang bergemerlapan. Baginya suara tasbih bersatu dengan pahala sembahyang, puasa, haji dan umrah. Para malaikat Hafazhah berjaya membawa amalan itu sehingga sampai ke pintu langit yang keempat. Namun berkata malaikat penjaga langit keempat itu:
“Berhenti kamu di sini dan pukulkan amalan ini ke muka, belakang dan perut orang yang mengerjakannya. Akulah malaikat ujub. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang ujub dapat melintasiku. Ia beramal adalah dengan dorongan perasaan ujub, yakni sangat bangga terhadap dirinya sendiri.”
5. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba sehingga mereka berjaya sampai ke pintu langit yang kelima seolah-olah amalan itu pengantin cantik berseri yang dihantar penuh keraian ke rumah suaminya lalu berkata malaikat penjaga langit yang kelima:
“Berhenti kamu dan pukulkan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya dan campakkanlah di atas tengkoknya. Akulah malaikat hasad. Sesungguhnya orang itu sangat hasad dengki kepada orang yang belajar ilmu dan beramal yang menyamai taraf amalannya. Ia hasad dan mencela jika ada orang lain yang beramal lebih dari amalannya. Allah menyuruhku supaya aku tidak membiarkan amalan orang yang hasad ini melintasi pintu langit kelima jagaan aku ini.”
6. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Baginya cahaya seperti bulan purnama sarat dengan pahala sembahyang, zakat, umrah puasa dan jihad fi sabillillah. Malaikat Hafazhah berjaya membawa amalannya sehingga melepasi pintu langit ke enam. Namun berkata pula malaikat penjaga pintu langit ke enam:
“Berhenti kamu dan pukulkan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya kerana ia tidak belas kasihan kepada hamba-hamba Allah yang dalam kesusahan ditimpa mala petaka bahkan ia masih mampu bersuka ria. Akulah malaikat rahmat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang tidak peduli akan nasib umat Islam yang lain dapat melintasi aku.”
7. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah membawa amalan seseorang hamba. Amalan itu penuh dengan pahala sembahyang, puasa, nafkah, jihad dan warak. Ianya berbunyi seperti lebah dan baginya cahaya seperti cahaya matahari dan diiringi oleh tiga ribu orang malaikat. Mereka telah berjaya membawanya sehingga sampai ke pintu langit ketujuh maka berkata malaikat penjaga pintu langit tersebut:
“Berhentilah kamu dan pukulkan dengan amalan ini ke muka orang yang mengerjakannya bahkan pukulkan pula akan seluruh anggota badannya dan tutupkan ke atas hatinya. Akulah malaikat penjaga zikir. Tahukah kamu orang ini beramal dengan mengharap disebut dan dipuji orang. Aku akan menghalang amalan orang yang riak dan sukakan puji-pujian dari sampai kepada Tuhanku. Ia beramal bukan kerana mencari keredhaan Allah tetapi hanya bertujuan supaya mendapat tempat yang tinggi di hati para fukaha dan supaya disebut di kalangan para ulama dan supaya masyhur namanya di merata tempat. Allah menyuruhku supaya tidak membiarkan amalan orang yang riak itu melintasi aku, kerana setiap amalan yang tidak ikhlas adalah riak dan Allah tidak akan menerima amalan orang yang riak.”
8. Kemudian naik pula malaikat Hafazhah dengan amalan seseorang hamba. Amalan itu berupa sembahyang, zakat, puasa, haji, umrah, akhlak mulia, banyak berdiam (daripada perkara yang tidak berguna) dan banyak berzikir. Amalan hamba ini diusung oleh para malaikat penjaga tujuh petala langit sehingga mereka melintasi segala halangan dan sampai kepada Allah. Para malaikat itu berhenti di hadapan Allah dan bersaksi dengan keikhlasan dan kebaikan amalan tersebut lalu Allah berfirman kepada para malaikatnya;
“Kamu adalah yang bertugas menjaga amalan hambaKu ini dan sebenarnya Aku lebih mengetahui segala isi hatinya. Ia sebenarnya tidak menghendaki akan Aku dengan amalannya itu. Ia hanya mengharapkan sesuatu ganjaran daripadaKu. Aku turunkan ke atasnya akan laknatKu.”
Lalu para malaikat tadi berkata:
“Ke atasnya laknatMu dan juga laknat kami.” Lalu melaknat akan dia oleh tujuh petala langit dan seisinya.
Mendengar sabda Rasulullah saw ini lalu Muaz r.a menangis seraya berkata: “Engkau adalah Rasulullah saw sedangkan aku adalah Muaz r.a (hamba Allah yang bukan Rasul). Maka bagaimana aku dapat selamat dan sejahtera. Lalu Rasulullah saw bersabda:
“Hendaklah engkau ikuti aku walaupun hanya dengan sedikit amalan. Wahai Muaz jaga lidahmu baik-baik daripada mencela saudaramu yang membaca Al Quran (Golongan Ulama) dan pertanggungkanlah segala dosamu ke atasmu dan jangan engkau mempertanggungkan dosamu ke atas orang lain dan jangan engkau menganggap dirimu bersih dan jangan pula engkau mencela orang lain dan jangan engkau memuji dirimu dihadapan orang. Dan jangan engkau campur adukkan urusan dunia di dalam urusan akhirat. Dan jangan engkau menyombong diri di dalam majlis nanti orang ramai akan takut kepadamu kerana kejahatanmu dan jangan engkau berbisik kepada seseorang sedangkan seorang lagi ada di sisimu. Jangan engkau membesarkan dirimu maka akan terputus daripadamu segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jangan engkau carikkan (pecah belah) akan manusia maka mencarik akan dikau oleh anjing2 api nereka pada hari kiamat nanti. Allah telah berfirman:
Maksudnya: Demi yang mencarik akan dicarikkan. (QS: Al Nazi’at: 2)
Apakah engkau ketahui wahai Muaz r.a siapakah mereka yang mencarik-carik itu?
Muaz r.a bertanya: “Ya Rasulullah saw, sebenarnya siapa mereka?”
Lalu Nabi saw menjawab: “Itulah anjing-anjing garang di dalam api neraka yang akan mencarikkan daging sehingga sampai ke tulang.”
Muaz r.a bertanya: “Ya Rasulullah saw siapakah orang yang mampu melaksanakan segala perkara yang engkau sebutkan tadi? Dan siapakah yang akan selamat daripada seksaan itu?”
Nabi saw menjawab: “Itu sebenarnya mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah”.
Kemudian lalu Khalid bin Maadan berkata: “Maka aku tidak pernah melihat seseorang yang banyak membaca Al Quranul Karim lebih daripada Muaz r.a kerana beliau faham terhadap hadis yang besar ini.”
Renungkan baik-baik perkara yang terkandung di dalam hadis ini wahai orang yang menuntut ilmu pengetahuan. Timbangkanlah baik-baik, yang mana yang lebih penting dan yang mana lebih baik? Pastikah anda belajar ilmu yang akan menjadikan anda lebih berhati-hati? Berhati-hati daripada segala perkara yang akan membinasakan kalian kemudian hari! Hendaklah kalian sibuk dengan memperbaiki hatimu dan membangun akhiratmu. Janganlah anda bergaul dengan orang yang bercakap kosong, berangan-angan panjang tentang dunia, takabur, riak, hasad-dengki, ujub sehingga akhirnya anda turut binasa bersama dengan orang-orang yang binasa. Dan ketahuilah olehmu bahawa tiga perkara ini (hasad, riak dan ujub) ialah punca kepada segala penyakit hati dan baginya tempat tumbuh “hubbud dun-ya” (yakni cinta akan dunia dan takut akan kematian).
Hakikat # Maksud penyampaian suatu kata #
Terkadang Orang sufi banyak menggunakan istilah yang
maksudnya (kurang jelas bagi orang awam)
sedangkan istilah yang demikian tidak ditemui
pada zaman Rasulullah s.a.w.
Perlu diketahui
bahwa huruf dan perkataan adalah alat untuk
menyampaikan maksud.
Kadang-kadang huruf
dan perkataan gagal menyampaikan maksud
yang tersirat.
Apabila ia gagal menyampaikan
maksud ia menjadi tabir yang menyembunyikan
maksud.
Kata yang serupa apabila diucapkan
oleh orang yang berlainan bisa membawa
pengertian yang berbeda.
Jika seorang jejaka
Yg tidak di kenal berkata kepada seorang gadis, ‘Aku cinta
padamu,’ ia tidak menyampaikan maksud yang
jelas kepada gadis tersebut, tetapi jika
kekasihnya yang mengucapkan demikian si
gadis
itu akan mendapat maksud yang jelas.
Walaupun kata itu sama dlm penggunaanya tetapi perbedaan
orang yang mengatakannya membawa
pengertian
yang berbeda-beda.
Hanya terbilang kecil saja yang dapat
mengeluarkan ucapan yang maksud sebenarnya
masuk terus kepada pemahaman si pendengar.
Golongan yang paling arif dalam bidang tersebut
adalah para nabi dan yang terutama di antara
mereka adalah Nabi Muhammad s.a.w. Apabila
Nabi Muhammad s.a.w menyampaikan sesuatu
perkara maka maksud yang sebenarnya terus
tertanam dan terpahat dalam hati si pendengar.
Apabila baginda s.a.w mengatakan, “Allah
Mendengar dan Melihat,” maka maksud Allah
Mendengar dan Melihat itu menjadi jelas pada
fahaman orang yang menerima pengajaran
daripada baginda s.a.w,
Sampai uraian
lanjut tidak diperlukan karena orang yang berkenaan benar-
benar mengerti apa yang baginda s.a.w
maksudkan.
Kaum Muslimin beriman kepada
perkataan Rasulullah s.a.w yang melahirkan
kefahaman pada mereka dan mereka tidak perlu
bertakwil lagi.
Perkataan yang keluar secara
langsung daripada mulut Rasulullah s.a.w
berkekuatan menghancurkan hijab, membuka
keghaiban dan menyampaikan maksud yang
tersirat, melebihi apapun bentuk amalan
menghancurkan hijab atau menyingkap
keghaiban yang dilakukan oleh sesiapapun, baik ahli ibadah atau ahli suluk.
Sebab itu pula para
sahabat baginda s.a.w tidak perlu menjalani
latihan khusus seperti berkhalwat atau bersuluk.
Apabila Rasulullah s.a.w mengatakan, “Allah
lebih dekat kepada kamu dari urat leher kamu
sendiri”, maka para sahabat mendapat
kefahaman yang jitu tentang kedekatam Allah
s.w.t yang baginda s.a.w maksudkan itu.
Mereka
tidak memerlukan ulasan krena perkataan yang
keluar secara langsung dari mulut Rasulullah
s.a.w memberi kefahaman yang lebih jelas
daripada apa juga bentuk dan cara penjelasan.
Perkataan Rasulullah s.a.w sudah membuka
rahasia dan yang tersembunyi berkaitan dg apa pun
yang baginda s.a.w katakan, maka tidak
perlu lagi ada istilah tambahan, yang rahsia
atau yang samar-samar..
maksudnya (kurang jelas bagi orang awam)
sedangkan istilah yang demikian tidak ditemui
pada zaman Rasulullah s.a.w.
Perlu diketahui
bahwa huruf dan perkataan adalah alat untuk
menyampaikan maksud.
Kadang-kadang huruf
dan perkataan gagal menyampaikan maksud
yang tersirat.
Apabila ia gagal menyampaikan
maksud ia menjadi tabir yang menyembunyikan
maksud.
Kata yang serupa apabila diucapkan
oleh orang yang berlainan bisa membawa
pengertian yang berbeda.
Jika seorang jejaka
Yg tidak di kenal berkata kepada seorang gadis, ‘Aku cinta
padamu,’ ia tidak menyampaikan maksud yang
jelas kepada gadis tersebut, tetapi jika
kekasihnya yang mengucapkan demikian si
gadis
itu akan mendapat maksud yang jelas.
Walaupun kata itu sama dlm penggunaanya tetapi perbedaan
orang yang mengatakannya membawa
pengertian
yang berbeda-beda.
Hanya terbilang kecil saja yang dapat
mengeluarkan ucapan yang maksud sebenarnya
masuk terus kepada pemahaman si pendengar.
Golongan yang paling arif dalam bidang tersebut
adalah para nabi dan yang terutama di antara
mereka adalah Nabi Muhammad s.a.w. Apabila
Nabi Muhammad s.a.w menyampaikan sesuatu
perkara maka maksud yang sebenarnya terus
tertanam dan terpahat dalam hati si pendengar.
Apabila baginda s.a.w mengatakan, “Allah
Mendengar dan Melihat,” maka maksud Allah
Mendengar dan Melihat itu menjadi jelas pada
fahaman orang yang menerima pengajaran
daripada baginda s.a.w,
Sampai uraian
lanjut tidak diperlukan karena orang yang berkenaan benar-
benar mengerti apa yang baginda s.a.w
maksudkan.
Kaum Muslimin beriman kepada
perkataan Rasulullah s.a.w yang melahirkan
kefahaman pada mereka dan mereka tidak perlu
bertakwil lagi.
Perkataan yang keluar secara
langsung daripada mulut Rasulullah s.a.w
berkekuatan menghancurkan hijab, membuka
keghaiban dan menyampaikan maksud yang
tersirat, melebihi apapun bentuk amalan
menghancurkan hijab atau menyingkap
keghaiban yang dilakukan oleh sesiapapun, baik ahli ibadah atau ahli suluk.
Sebab itu pula para
sahabat baginda s.a.w tidak perlu menjalani
latihan khusus seperti berkhalwat atau bersuluk.
Apabila Rasulullah s.a.w mengatakan, “Allah
lebih dekat kepada kamu dari urat leher kamu
sendiri”, maka para sahabat mendapat
kefahaman yang jitu tentang kedekatam Allah
s.w.t yang baginda s.a.w maksudkan itu.
Mereka
tidak memerlukan ulasan krena perkataan yang
keluar secara langsung dari mulut Rasulullah
s.a.w memberi kefahaman yang lebih jelas
daripada apa juga bentuk dan cara penjelasan.
Perkataan Rasulullah s.a.w sudah membuka
rahasia dan yang tersembunyi berkaitan dg apa pun
yang baginda s.a.w katakan, maka tidak
perlu lagi ada istilah tambahan, yang rahsia
atau yang samar-samar..
See You on" faradise"sister.. aamiin..aamiin..aamiin ..
Setiap orang pasti akan mengalami kesedihan..
Bukan perpisahan biasa..
Perpisahan dengan orang yang telah memberikan kesempatan kita untuk berbuat lbih baik lagi..
Terkadang air mata adalah jawaban perasaan Itu..
Menangis tidak salah..
Menangis adalah bahasa hati..
Karena nya ia berbicara..
Dan karena nya pula ia berpendapat..
Tak terasa..
Waktu begitu singkat..
Belum dapat diri ini memberikan walau sedikit tentang iman kepadamu..
Tapi kini.. waktu pula yang memisahkan kita..
Tak bisa saya ucapkan dengan lidah bahwa ini semua terasa menyedihkan..
Ku harap..
Engkaulah syurgaku..
Karena Ku tak tahu.. dari mana amalku kan bertemu kelak Tuk berhadapan denganNya
Ku harap..
Engkaulah saksiku kelak..
Satu doa yang tak kan pernah terputus adalah untuk dirimu.. untuk keyakinanmu.. agama baru mu.. keep your faithfull on your heart whatever happen.. that' s all..
Karena Allaah telah begitu baik padamu dan kita.. dengan Rahmat Nya , kau di arahkan dan di bimbing ke jalan yang lurus..
Ku tak tahu..
Kapan kita kan berjumpa lagi..
Semoga kelak di syurga ..saat Nabi kita berkenan memberikan syafaat kepada kita..
Wish you will meet your true love there..
Until rest of your life..
Aamiin..aamiin..aamiin.
I am sorry..but..
I will miss you so much..
Syair malam sang Terpindah...
Wahai Allaah..
Karena Rahman dan Rahim Mu ,kini Kau pindahkan aku pada satu ruang yang jauh dari keramaian..
Jika memang ini baik untukku dan sesuai rencanaMu..
Laksanakanlah..
anaa sami'na wa atha'na ilaika..
biidznika warahmatika..
Dan ijinkanlah aku memperbaiki serpihan serpihan cintaku PadaMu di tempat ini..
Tempat yang sunyi ..
Ijinkanlah aku memugar cinta yang telah usang ..
Bawalah aku kembali dalam samudera tak bertepiMu..
BersamaMu dan Bersama para KekasihMu..
Jadikanlah kesunyian kesunyian ini saksi atas
Usahaku dalam menggapai cintaMu seperti dulu...
Kesadaran yang Kau berikan padaku membuatku kian terpikat padaMu..
Oh..
Dzat Yang maha Mulia..
Betapa kini Kau membuatku berfikir dengan dalam..dalam kerenungan hening dan redupnya duniawi...
Oh ..
Dzat Yang Maha pengasih kepada seluruh makhluq..
Kasihanilah Hatiku ini..
Telah lama Kering hati ku ini dengan basuhan samudera tangis..
Berkeluh kesah pada Dunia yang akan rusakkan ku..
Tahulah Engkau tubuh kcil ini lemah karena Dunia..
Ranting ranting perusak kesucian hati dan ruhMu..
Andaikan kini ku berhenti menghirup NafasMu..
Oh..
sungguh malang lah Nasibku ..
Tidak ingin..
Aku tidak ingin itu terjadi..
Wahai Dzat yang Maha, Maha Kasih Sayang.
Siramkanlah air RahmatMu pada Tubuh kecil dan penuh dosa ini..
Basahilah tubuh kecil dan penuh dosa ini dengan Ampunan tak terbatasMu..
Aku mohon..
Aku mohon padaMu...
Biarkan cahaya cahaya penerang itu turun sebagai saksi..
saksi untukMu dan Untuk ku..
DALAM DUNIA SUFI, SEORANG MAJENUN ITU TIDAK SAJA NYENTRIK TAPI JUGA UNIK.
Assalamu’alaikum warohmatullahi
wabarokatuh…
Dalam dunia sufi, “majenun”
menjadi sesuatu yang wajar. Nama-
nama seperti Abu Nawas dan
Nasaruddin Hoja dianggap mewakili
orang “gila”. Mereka tidak saja
“nyentrik” tapi juga “unik”. Kisah-
kisahnya muncul dengan aroma
humor yang kental. Bahkan cerita-
cerita tentang keduanya hingga
sekarang masih terus ditulis. Salah
satu nama generasi sufi “gila”
lainnya adalah BUHLUL bin AMR
ASH-SHAIRAFI. Menurut catatan Abu
Qasim an-Naisaburi, Buhlul
dikatagorikan sebagai orang
majenun yang banyak akal. Ia
dipanggil dengan sebutan ABU
WUHAIB, seorang sufi tinggal di
Kuffah dan hidup sejaman dengan
Khalifah Harun al-Rasyid.
Salah satu kisah Buhlul yang
diceriterakan oleh Muhammad bin
Ismail bin Abu Fudaik, yaitu pada
suatu hari mendengar Buhlul berada
di kuburan. Ia sedang menjulurkan
kakinya di atas sebuah kuburan dan
mempermainkan tanahnya.
Kemudian kutanyakan kepadanya,
“Apa yang engkau lakukan disini
wahai Buhlul?”. Mendengar
pertanyaanku, ia menjawab, “Aku
duduk bersama kaum yang tidak
menyakitiku, dan bila aku pergi,
mereka tidak menggunjingku”.
Kemudian, aku berkata, “Krisis
sedang melanda di negeri ini. Harga
barang terus naik membumbung.
Alangkah baiknya, bila engkau
berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala agar kesulitan ini usai dan
harga-harga turun kembali”.
Mendengar permintaanku, Buhlul
pun menjawab, “Demi Allah, aku
tidak memperdulikan semua itu.
Sekalipun satu biji gandum berharga
satu dinas. Sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah meminta
kepada kita agar segera
menyembah-Nya. Dan Allah
bertanggung jawab untuk
memberikan rejeki kepada kita
sebagaimana telah dijanjikan-Nya”.
Kemudian Buhlul bersyair, “Wahai
orang-orang yang bersuka ria
dengan harta dunia dan segala
perhiasan. Kedua matanya tak
pernah tidur hanyut dalam
kelezatannya. Kau sibukkan dirimu
pada yang tak mampu, kau raih apa
yang dikatakan kepada Allah
manakala menghadap-Nya”.
Ceritera yang lain, datanglah dari
Abdurrahman al-Kufi. Suatu hari
Abdurrahman bertemu dengan
Buhlul, dan berkata, “Aku akan
bertanya kepadamu”. Abdurrahman
pun menjawab, “Bertanyalah”. Lalu
Buhlul berkata, “Apakah
kedermawanan, menurutmu?”.
Abdurrahman menjawab, “Ya, satu
perbuatan baik dibalas sepuluh kali”.
Buhlul serta merta membantahnya,
“Itu bukan kedermawanan, tetapi
perdagangan yang mencari
keuntingan !”. Mendengar hal itu,
Abdurrahman pun balik bertanya,
“Lalu bagaimana pendapatmu?”.
Maka Buhlul menjawab,
“Kedermawanan adalah jika Allah
melihat hatimu sepi dari keinginan
terhadap sesuatu karena
menjalankan sesuatu”.
Ceritera lain tentang Buhlul dengan
Khalifah Harun al-Rasyid, yaitu
suatu ketika Khalifah Harun al-
Rasyid menunaikan ibadah haji
(ketika berada di luar kota Kuffah)
tiba-tiba ia melihat Buhlul berjalan
membawa tongkat dengan diikuti
anak-anak di belakangnya. Lalu
Buhlul lari menghindar. Melihat hal
itu, Harun al-Rasyid bertanya
kepada anak-anak tersebut,
“Siapakah orang itu?”. Mereka pun
menjawab, “Dia Buhlul si gila”.
Kemudian Harun al-Rasyid berkata,
“Aku ingin menemuinya, panggillah
dia, jangan ditakut-takui”. Anak-
anak itu pun berlari dan membujuk
Buhlul. “Penuhilah panggilan Amirul
Mukminin”, pinta mereka. Lalu
Buhlul berlari sambil membawa
tongkatnya menuju Khalifah Harun
al-Rasyid. Khalifah Harun al-Rasyid
memberi salam, dan berkata, “Aku
sedang merindukanmu, wahai
Buhlul”. Mendengar perkataan
Khalifah, Buhlul pun menjawab,
“Tetapi aku tidak merindukanmu”.
Khalifah lalu meminta, “Berilah aku
nasehat”. Buhlul pun menjawab,
“Dengan apa, aku memberi nasehat
padamu?”. Khalifah terus mendesak
dan meminta nasehat, maka Buhlul
kemudian berkata, “Wahai Amirun
Mukminin ! Barangsiapa yang diberi
ketampanan dan rizki harta oleh
Allah, dia tidak berbuat kejahatan
dengan ketampanannya, dan belas
kasihan dengan hartanya, maka ia
dicatat dalam kitab amal sebagai
orang baik”. Mendengar jawaban itu,
Harun al-Rasyid mengira Buhlul
menghendaki sesuatu. Khalifah
kemudian berkata, “Aku telah
memerintahkan agar semua
utangmu dilunasi”. Mendengar itu,
Buhlul menjawab, “Tidak, wahai
Amirul Mukminin. Utang tidak
dibayar dengan utang, tetapi
kembalikan hak kepada yang punya
dan bayarlah utamnu sendiri !”.
Harun al-Rasyid kemudian berkata,
“Kami telah memerintahkan kamu
diberi gaji tetap !”. Buhlul pun
menjawab, “Wahai Amirul
Mukminin, apakah engkaubh
berpendapat bahwa Allah
memberimu tetapi Dia lupa
kepadaku?”. Selanjutnya Buhlul
pergi dengan berlari.
Dalam kisah yang lain, Buhlul
pernah berkata kepada Harun al-
Rasyid, “Wahai Amirul Mukminin,
bagaimanakah bila Allah
menempatkanmu di sisi-Nya? Lalu,
engkau ditanya tentang perahu kecil,
sumbu lampu dan kulit?”. Kata-kata
ini membuat Khalifah Harun al-
Rasyid tercekik sehingga pengawal
menegur Buhlul, “Engkau telah
melukai hati Amirul Mukminin”, kata
pengawal. Ternyata, tidak demikian
dengan sikap Harun al-Rasyid. Ia
berkata, “Biarkan dia”. Buhlul pun
berkata sambil menuding pengawal,
“Sebenarnya al-Rasyid ini rusak
karena ulah kamu dan orang-orang
sepertimu !”. Khalifah pun berkata,
“Aku ingin memberikan tali kasih
kepadamu”. Buhlul menjawab,
“Kembalikan saja kepada orang-
orang yang telah kamu ambil
hartanya”. Harun al-Rasyid
kemudian bertanya, “Lantas apa
keperluanmu kesini?”. Buhlul
menjawab, “Aku ingin agar engkau
tidak melihatku dan aku tidak
melihatmu”. Lalu ia berlari sambil
membawa tongkatnya dan berkata,
“Sungguh kamu termasuk orang
ternama di muka bumi ini. Para
hamba telah mendekat kepadamu.
Kemudian apakah gerangan yang
akan terjadi?. Bukankah kamu akan
mati dan ditanam di dalam tanah?
Lalu, peninggalanmu akan dibagi-
bagikan diantara ahli warismu !”.
Semoga dapat mengambil pelajaran
dari salah seorang majenun…amiin.
Langganan:
Postingan (Atom)