بسم الله الرحمن الرحي
Inilah kitab yang membicarakan sebelum
alam ini dijadikan. Bermulah Allah menjadikan Nyawa Muhammad, lalu Tuhan
melihat kedepan tiada sesuatu yang
dilihatnya, kemudian melihat ke belakang, kekanan, dan kekiri namun
tiada melihat sesuatu pun. Sedangkan Ia ingin disembah dan dipuji, tidak
ada yang memuji dan menyembahnya. Maka dijadikanlah dirinya didalam
dirinya,
kemudian melihat
ke atas dan dikatakannya ( ALIF ), keluarlah Nur, inilah Rahasianya
Muhammad, melihat ke atas jadilah Arsy. Melihat ke bawah jadilah
Rahasianya.
Kemudian Tuhan melihat ke depan dan dikatakannya ( I
), keluarlah Nur, inilah Nyawanya Muhammad, melihat ke atas jadilah
Kursiyah, melihat ke bawah inilah Nyawanya.
Kemudian Tuhan
melihat ke kanan dan dikatakan ( U ), keluarlah Nur menjadi hatinya
Muhammad, melihat ke atas inilah syurga melihat kebawah menjadi hatinya.
Kemudian Tuhan melihat ke kirinya dikatakannya ( HA ), keluarlah suatu
Nur, inilah Misalnya Muhammad, melihat ke bawah jadilah misalnya.
Kemudian Tuhan melihat ke belakang dan dikatakannya ( HU ) , keluarlah
suatu Nur yang menjadi akalnya Muhammad, melihat ke atas jadilah
Lauh-Mahfud, melihat ke bawah jadilah akal Muhammad.
Kemudian
Tuhan melihat ke bawah dan dikatakannya ( HU ), keluarlah suatu cahaya,
inilah bayang-bayangan Muhammad, melihat ke atas inilah hati kecil,
melihat kebawahnya jadi Rupa.
Kemudian Tuhan melihat kedalam diri-Nya, inilah yang menjadi Hatinya Muhammad, inilah yang dinamakan Halus.
Melihat keatas inilah yang menjadi Rasa.
Melihat kebawah inilah yang menjadi Air Mani.
Kemudian Tuhan melihat ke sekeliling-Nya, dikatakan-Nya (HUA HUA)
menyebarlah cahayanya, maka jelaslah Nur Muhammad didalam cahayanya
laut kenyataannya Allah Ta’ala didalam cahayanya Muhammad, dikatakannya
dirinya Tuhan, maka dinampakkanlah dirinya Tuhan dihadapan Muhammad,
kemudian Tuhan berkata; “Jadi adakah engkau yang menjadikan dirimu
sehingga engkau melupakan Nyawamu disujudkan di Baitul Maujudi?”
Maka berkatalah Muhammad: “Engkau baru kulihat, maka sebaiknya kita
masing-masing bersembunyi, barang siapa yang didapat itulah yang menjadi
Hamba, yang tidak dapat diketemukan itulah yang menjadi Tuhan”.
Bersembunyilah engkau Muhammad terlebih dahulu, Aku yang mencari. Maka
bersembunyilah Muhammad di Wajah, di ingatan, di akal, namun setiap
persembunyiannya senantiasa diketemukan oleh Tuhan.
Berkatalah
Muhammad, bersembunyilah, aku yang mencari. Maka bersembunyilah Tuhan di
waktu 5 (lima), namun Nur Muhammad tidak menemukannya.
Maka
berkatalah Tuhan: “Carilah aku sungguh-sungguh, kemudian Tuhan berpindah
menyembunyikan dirinya di Rahasia, juga Muhammad tidak menemukannya.
Sehinga Muhammad berseru: “Dimanakah Engkau bersembunyi, sedangkan suara-Mu kedengaran tapi aku tak melihat?”
Maka Tuhan berkata: “Aku bersembunyi di Rahasia”
Lalu Muhammad mencarinya di Rahasia, namun Muhammad tidak dapat membuka
matanya, dikarenakan cahaya terang yang tidak dapat ditembus, sehingga
Muhammad berkata: “Sudahlah nyatakanlah diri-Mu, Engkaulah yang menjadi
Tuhan”
Maka berkatalah Tuhan: “Mana tanda kepercayaan-Mu dan dimana letak berdiri kepercayaanmu?”
Maka dikatakanlah Muhammad: “ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH",
lalu Tuhan menjawab: “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH”.
Ketahuilah olehmu Muhammad “Rupa” itu Sifat-Ku dan nama bagimu, “Waktu” itu Sifatmu.
Berkatalah Muhammad: “bagaimana sehingga Wajah itu namaku sedangkan adalah Sifat-Mu?
Berkatalah Tuhan : adalah Rupa (Wajah) itu namamu dan Sifat-Ku, karena
itulah Aku ingin disembah, dipuji, dikenal, dikasihi, digembirai,
sedangkan semua itu tidak dapat dilakukan-Nya. Sehingga dengan demikian
kujadikan diri-Ku dalam diri-Ku.
“Waktu” itu Nama-Ku dan Sifat
itu Rupa-Ku, sebab Aku jugalah yang sembah diri-Ku. Sesuai dengan dalil:
Artinya: Adapun yang disembah dan menyembah itu satu.
Jadi Aku
yang memuji diri-Ku, dan mengasihani diri-Ku, dan engkau kujadikan yaa
Muhammad Akulah yang menjadikan diri-Ku, dalam diri-Ku, adamu itu
ada-Ku-lah itu. Kenyataanmu itu kenyataan-Ku-lah itu.
Ketahuilah olehmu Muhammad Ada-mu pada Nama-Ku yang sesungguhnya di dirimu.
Adapun Sifat-Ku, ada pada DIAMMU
Adapun Rupa-Ku, ada pada I’TIKADMU
Adapun Diri-Ku, ada pada MANFAATMU
Adapun Lahir-Ku, ada pada GERAKMU
Adapun Perbuatan-Ku, ada pada PERBUATANMU
Adapun Rahmat-Ku, ada pada PERKATAANMU YG BENAR
Adapun kehendak-Ku, ada pada HAJATMU
Adapun kekekalan-Ku, ada pada HATIMU YG BAIK, TEMPATNYA MUHAMMAD.
Fungsi-Fungsi Yang Dibebankan Allah Swt.
1) Fungsi Rahasia, Kebenaran dan Alam
2) Fungsi Nyawa, Penglihatan dan Nama-Ku
3) Fungsi Hati, Niat dan Pengenalan
4) Fungsi Ingat, Angan-angan dan Kekuasaan
5) Fungsi Akal, Yang Nyata dan Kebingungan
6) Fungsi Bayang-bayang, Kepintaran dan Kebodohan
7) Fungsi Nur, Pertimbangan dan Pengetahuan.
TANYA: Apa sebabnya Engkau jadikan yang tujuh itu?
JAWAB: Aku jadikan yang tujuh itu sebab Aku ingin disembah.
TANYA: Dimanakan yang disembah dari yang tujuh itu?
JAWAB: Aku disembah Nur pada bayang-bayang
“Bayang-bayang, Ingat, Hati, Nyawa, Rahasia, di Diri-Ku, dan
Akulah yang sembah diri-Ku"
TANYA: Apa penyembahan Rahasia Pada-Mu Yaa Allah?
JAWAB: Penyembahan Rahasia itu, ketika ia mengatakan : “A”
Penyembahan Nyawa itu, ketika ia mengatakan : “I”
Penyembahan Hati itu, ketika ia mengatakan : “U”
Penyembahan Ingat itu, ketika ia mengatakan : “Ha”
Penyembahan Akal itu, ketika ia mengatakan : “Hi”
Penyembahan Bayang-bayang itu, ketika ia mengatakan : “Hu”
Penyembahan Nur itu, ketika ia mengatakan : “Engkaulah Yang Kusembah Yaa Allah”
Adapun kenyataannya Rahasia: “A”
Adapun kenyataannya Nyawa: “I”
Adapun kenyataannya Hati: “U”
Adapun kenyataannya Ingat: “Ha”
Adapun kenyataannya Akal: “Hi”
Adapun kenyataannya Bayang-bayang: “Hu”
Adapun kenyataannya Alif, Rasa, Nyawa Muhammad: "Mani"
Adapun Perbuatan Muhammad itu: “Antara”
Adapun yang dinamakan: “Nama Dirimu” artinya “Kita Berdua Berdiri, Akulah itu Muhammad.
Adapun yang dinyatakan: “Engkaulah itu Muhammad, itulah dinamakan kata “HIDUP TAK MATI” artinya yang disuruh dan yang menyuruh.
Yang mengetahui hal itu serta dibenarkannya, panjang umurnya, dan
disukai oleh para penguasa, dipercaya oleh orang lain, dihindarkan dari
bahaya ujian Tuhan.
Ketahuilah pula kemunculannya NUR:
Nur muncul pada bayang-bayang
Bayang-bayang muncul pada Akal
Akal muncul pada Ingat
Hati muncul pada Nyawa
Nyawa muncul pada Rahasia
Rahasia muncul pada Nur
Nur muncul pada Tuhannya.
Dari situlah kita datang dan disitu pula kita kembali.
Maka kenalilah Aku sungguh-sungguh Muhammad bahwa, “Kita tidak berpisah”
Aku jadikan segala sesuatu karenamu, sedang engkau untuk-Ku.
Muncullah engkau pada kenyataan, Ku nyatakan engkau dan Ku lindungi engkau.
Adapun kenyataan serta pengertian Alif itu bersumber dari titik atau
Zarra atau Nyawa-berlindung. Yang dinamakan Nyawa berlindung yakni
Rahasia atau Cahaya Zat dan Sifat itulah yang memperkenalkan Tuhan.
Adapun iman itu tempatnya Rahasia, Artinya Rahasia adalah Cahaya
Hati-Nurani, ketika baris atas, bawah dan titik itu terbagi, maka
jadilah 4 (empat) huruf, pertama ALIF, kedua LAM dimuka, ketiga LAM
dibelakang, dan keempat HA, inilah lafasnya (Allah SWT).
Nyawa muhammad dinamai Ma'rifat
Nyawa kita dinamakan Haqiqat
Angan angan kita dinamakan Thariqat
Tubuh kita dinamakan Syariat ialah pengetahuan tentang pengenalan diri didalam Tubuh kita.
Apabila Nyawa itu melihat pada Allah SWT: Rahasia namanya.
Apabila Nyawa melihat pada Alam: Iman namanya.
Apabila Nyawa melihat pada Akhirat: Nyawa namanya.
Apabila Nyawa melihat ke dunia: Badan jasmani namanya.
Apabila Nyawa melihat kepada badan jasmaninya: hati kecil namanya.
Artinya : Adapun ilmu pada Allah, kebodohan terhadap sesuatu, Adapun ma’rifat kepada Allah, menyangkali diri,
Adapun bertauhid kepada Allah, keheran-heranan.
Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali: ketahuilah bahwa keluar masuknya
nafas itulah yang dikatakan sembahyang bathin selamanya tidak membedakan
antara siang dan malam dan diwaktu tidur dan diwaktu jaga.
Apabila nafas keluar dikatakannya "LAA"
Apabila nafas masuk dikatakannya "HU"
Itulah nama Tuhan serta nama Nabi yang tidak berpisah atau dinamakan “SYAHADAT-DUA”
Keluar nafas: "Sunnah"
Shalat dirinya Tubuh
Masuk nafas: "Fardhu"
Tanda kematiannya :
• Ada yang dilihat seperti keranjang cermin, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu ia masih muda.
• 40 (Empat puluh) malam sesudah ia melihat lalu ia meninggal, empat puluh malam didalam kubur, lalu naik ke syurga pertama.
Keluar nafas: "Ilmu"
Shalat dirinya Iman
Masuk nafas: "Pengetahuan"
Tanda kematiannya :
• Ada yang dilihat seperti lampu lilin dikepalanya, terus naik ke langit
• Tiga puluh (30) malam sesudahnya itu, ia meninggal, sekian malam didalam kubur lalu naik ke syurga yang kedua.
• Pegangannya pada Qur’an 30 juz.
Keluar nafas: "Dunia"
Shalat dirinya Akal
Masuk nafas: "Akhirat"
Tanda kematiannya :
• Ada yang dilihat dikepalanya cahaya keluar, lalu naik ke langit
• Dua puluh malam setelah itu lalu ia meninggal, sekian malam ia didalam kuburnya ia naik kelangit ketiga.
• Pegangannya “Sifat Dua Puluh”
Keluar nafas: "Hamba"
Shalat dirinya Ingat
Masuk nafas: "Tuhan"
Tanda kematiannya :
• Ia melihat sesuatu seperti telur, didalamnya ada seperti masjid,
cermin didalamnya, ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya.
• 13
(tiga belas) malam merikutnya ia meninggal, sekian malam pula ia didalam
kuburnya lalu ia naik ke syurga yang ke 4 (empat).
• Berdirinya Rukun 13.
Keluar nafas: "Sifat"
Shalat dirinya Hati Sanubari
Masuk nafas: "Zat"
Tanda kematiannya:
• Ia melihat nur yang berdiri di pusatnya, seperti terangnya bulan ke
14, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya.
• Lima malam sesudahnya ia meninggal, dan sekian lama juga dikuburnya, ia naik ke syurga yang ke lima.
Keluar nafas: "Nabi"
Shalat dirinya Hati Nurani
Masuk nafas: "Tuhan"
Tanda kematiannya:
• Ia melihat “seperti rambut” berdiri diantara kedua matanyasampai ke syurga, di dalamnya ada Nur yangmerah seperti matahari.
• 3 (tiga) malam sesudahnya ia meninggal, sekian malam juga di dalam kuburnya, ia naik ke syurga yang ke 6 (enam).
• Penerapannya dalam tafakkur : “ Mulut ditutup, nafas melalui hidung”.
Keluar nafas: "Rupa Tuhan"
Shalat dirinya Nyawa
Masuk nafas: "Wali Tuhan"
Tanda kematiannya:
• Ia melihat seperti busa-busa emas sampai di langit (bulan) berdiri
diantara kedua kening seperti “rambut yang hijau” melekat di Arsy, ada
juga seperti bulan 14 munculnya.
• 1 (satu) malam kemudian ia meninggal, semalam juga dikuburnya ia laik ke syurga yang ke 7 (tujuh).
• Diberikan perasaan seperti orang yang sedang bersetubuh ni’matnya. Inilah berdirinya “Jibril”.
Keluar nafas: "HU" Shalat dirinya Rahasia
Masuk nafas: "HU"
Tanda kematiannya:
• Ia melihat permata yang jernih gilang gemilang, menjadi orang seperti
dimasa mudanya, bercahaya wajahnya dan dirinya. Itulah “Halus Kita”
keluar, itulah juga Nur, Itulah juga yang menjadi Tubuh kita.
• Pada
saat lepasnya Nyawa, diberikan perasaan seperti keluarnya mani. Pada
hari kematiannya itulah ia dikuburkan, hari itu juga ia naik ke syurga
yang ke 8 (delapan) di “Arsy Kursyiyah”.
• Inilah yang tidak menunggu bacaan talqin.
• Inilah berdirinya Muhammad,
• Inilah yang dinamakan:
→ “shalat yang berkekalan dan berkepanjangan”.
→ Tali yang tidak putus pada Allah.
→ Kain Kafan yg tidak hancur
Jika kita berdiri untuk shalat, pada haqiqatnya ALIF itulah yang
berdiri untuk shalat. Maksudnya: Naikkan terlebih dahulu nafasmu
kemudian berdiri, artinya: Nyawa yang terlebih dahulu berdiri, kemudian
Tubuh sebab tidak mungkin Tubuh yang dapat mendirikan Nyawa, sebaliknya
Nyawa itulah yang mendirikan Tubuh. Jangan bertentangan perbuatan Tubuh
dengan Nyawa, karena yang demikian itu sama halnya dengan orang yang
menserikatkan Tuhan.
Hal ini diibaratkan bahwa, Nyawa itu ibarat
Imam terhadap Tubuh, sudah tentu Imam itu terdahulu yang berdiri
kemudian ma’mum. Itulah sebabnya maka “Imam” itu wajib diketahui.
Bilamana ada orang yang bertanya siapa Imammu dalam shalat, maka jawablah bahwa “Al-Qur’an itulah Imamku”...
Apa artinya Al-Qur’an itu?...
Al-Qur’an itu Kalamullah atau perkataan Tuhan, dan Tuhan itu bersifat
Qadim, jadi Al-Qur’an itupun Qadim. Jadi pada haqiqatnya Tuhan itulah
Imam, tanpa demikian ini berarti shalatnya tidak sah. Sebab yang
dimaksudkan shalat disini ialah Dzahirnya perbuatan.
“Dzahir”
artinya perbuatannya Tuhan pada kita. Allah juga pada haqiqatnya.
Sehingga kita bersatu kata atau sekata dengan Imam (Imam dengan Ma’mum).
Dikatakan “Imaman Lillahi Ta’ala”, artinya Imam karena Allah Ta’ala.
Dikatakan “Ma’muman Lillahi Ta’ala”, artinya Ma’mum karena Allah Ta’ala.
Imam itulah yang menggerakkan ma’mum, demikian pulalah Nyawa itulah
yang menggerakkan Tubuh, dan tidaklah Nyawa itu dapat bergerak jika
tidak karena kehendak Tuhannya.
Bila hendak Ruku’, turunkan nafasmu dahulu, kemudian badanmu ruku’.
Begitu pula I’tidal (Sami Allahu Liman Hamida), naikkan kembali nafasmu, kemudian tegak.
Sujud juga demikian, turunkan dahulu nafasmu, kemudian sujud.
Lawan sujud juga demikian, naikkan dahulu nafasmu, kemudian mengangkat kepala (kembali duduk).
Demikianlah Nafas itu diikuti naik turunnya, begitulah Imam para Nabi termasuk Nabi Muhammad saw, dan para Wali.
Inilah yang dikatakan “IMAM TANPA DI IMAMI”.
Bila ada orang yang memakai (memperkenalkan) hal ini, maka itulah orang yang sah dijadikan Imam.
Jadi bila ada orang yang menjadi Imam sedang ia tidak mengetahui hal
ini, sedang Ma’mumnya ada yang mengetahui, maka dikatakanlah “IMAM YANG
DI IMAMI OLEH MA’MUM”.
Selanjutnya bila sudah membuang Takbiratul
Ihram, tahanlah nafasmu sebentar, itulah yang dikatakan “Lenyap Kepada
Nur Muhammad”.
Adapun yang dibicarakan masalah Nahwu dan Sharaf, “huruf” Baris, dan Lagunya”. Jadi hanya masalah “Lafaz”.
Bila dikatakan bahwa “Kata-Kata Tuhan Itu Bukan Huruf, Bukan Suara,
Bunyi, Tidak Berawal, Tidak Berakhir, Dan Tidak Tasdik”, maka bingunglah
orang-orang Nahwu dan Sharaf. Sebab bukan Huruf. Bahkan baris tiga Alif
itu tidak dilihat oleh Nahwu dan Logat. Sebab huruf tidak bersambung.
Sebab Alif yang ditulis dengan tinta itu menunjuk kepada Alif yang bukan
tinta. Sedangkan Alif yang bukan tinta itu menunjuk kepada kata-kata
Tuhan.
Bila tanda kematian telah tiba, maka hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah:
- Perbanyaklah bertobat kepada Allah swt, atas segala
kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat lahir maupun bathin, besar
atau kecil, sengaja maupun yang tidak disengaja.
- Perbanyaklah berdzikir kepada Allah swt:
- Laa Ilaaha Illallah
- Allah, Allah
- Hua, Hua
- Ah, Ah
- Serahkan dirimu sepenuhnya, artinya gaibkan dirimu kepada Nur
Muhammad, dengan demikian sampailah engkau atau kekallah engkau pada Zat
Allah swt, Sebab mustahil akan bercerai Nur dengan yang punya Nur,
laksana matahari dengan cahayanya. Insya Allah selamatlah engkau.
- Sangkalah dirimu didalam rahmat Tuhanmu, jika engkau menyangka dirimu
disiksa, maka disiksalah engkau, bila menyangka dirimu diselamatkan
dari segala bahaya, maka diselamatkanlah engkau.
- Adapun tanda itu
harus, artinya: boleh jadi ada, boleh jadi tidak ada, tergantung kepada
kehendak Allah swt. Hanya kematian itu yang pasti adanya.
Adapun tanda kematian itu sebagai berikut:
- Melihat Nur yang lebih terang dari cahaya matahari.
- Melihat ke langit tujuh susun tanpa halangan sampai pada Arsy Qursyiyah.
- Melihat Nur yang terang, tiba-tiba ada seorang laki-laki berpakaian
hijau berdiri disebelah kananmu lalu memegang telunjukmu dan berkata;
“Lupakan saja dunia yang gelap ini, akhirat itulah yang terang,
kesanalah engkau, dan Allah lebih mengetahuinya”, Muhammad itu yang
mendatangimu dan katakanlah:
“Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, Wa Asyhadu Annaka Muhammadan Rasuulullah”
Artinya: Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Anda adalah Muhammad Rasulullah.
- Selanjutnya melihat Nur yang tidak dimengerti tak ada seumpamanya,
muncul lalu lenyap, muncul lagi dan segala sesuatu sudah pada sujud,
itulah tanda akhir hidupmu di dunia ini, tidak akan kembali lagi untuk
selama-lamanya.
- Adapun perasaanmu lebih nikmat daripada
bersetubuh antara suami dengan isteri. Biasa saja terjadi kalau
diketahui jalannya, dan sehubungan dengan hal itu ada hadits Qudsi yang
menunjangnya, yang artinya: “Ingatlah Aku (Allah) diwaktu senangmu, maka
Aku (Allah) mengingatmu diwaktu susahmu”.
Pertanyaan:
- Manusia diwaktu senang, kapan?
Dan manusia diwaktu susah, kapan?
Dan bagaimana caranya mengingat Allah diwaktu senang?
- Adapun orang yang bias mendapatkan kenikmatan itu, tanda-tandanya:
Basah disekitar alat kelaminnya, karena keluarnya air mani ketika berpisahnya Tubuh dengan Nyawa.
- Sewaktu mengucapkan Laa Ilaaha: niatkan dirimu lenyap bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah
- Kemudian mengucapkan Illallah: niatkan dirimu kekal bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah.
Lailahailallah:
- Laa Ilaaha, artinya menafikkan atau meniadakan
- Illallah, artinya mengisbatkan atau mengadakan pada wujud Allah.
- Hati yg menarik, Nyawa yang ditarik, Rahasia tempat menarik.
- Cahaya Cermin itu adalah tempat Manusia
- Cahaya Intan itu adalah tempatnya Muhammad
- Cahaya Jamrud itu adalah tempatnya Allah swt
- Maka dimasukkanlah diri-Nya didalam Cahaya Cermin, kemudian berpindah
ke Cahaya Intan, kemudian ke Cahaya Jamrud didalam Nur Ilahi bersama
Muhamad
- Demikianlah cara pengembalian serta pengekalan para Aulia Allah.
- Ketahuilah bahwa:
- Dzat Allah itu bathin pada Nyawa Muhammad, sehingga tidak ada
pemisahan antara Hati Nurani (Nyawa kita) dengan Nyawa Nabi kita serta
Dzatnya Allah, artinya: tubuh itu dapat bergerak, berkehendak, kuasa,
hanya karena perintah dari Nyawa kita. Sedangkan Nyawa dibawah perintah
Nur Muhammad, sehingga ia dapat bergerak, kuasa dan mengetahui.
-
Adapun Nyawa Muhammad, nyata pada Dzatnya Allah, menurut dalil yang
mengatakan Artinya: Seandainya bukan karena engkau Muhammad, Aku tidak
menjadikan segala sesuatu.
Arti Haqiqatnya: “Tidak berpisah Nur dengan yang punya Nur”.
Mengenal Allah, Dzat, Sifat, Asma, Af’al, Diri, Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia, itulah bernama “Insan” atau “Tuhan”.
- Yang memerintah Tubuh kita, Af’al (Perbuatan) pada Allah
- Yang memerintah Hati kita, Nama pada Allah
- Yang memerintah Nyawa kita, Sifat pada Allah
- Yang memerintah Rahasia kita, Dzat pada Allah
.
Sabda Nabi Muhammad SAW Artinya : Pengenal pada diri ada empat: Tubuh, Hati, Nyawa, dan Rahasia.
Artinya : Beginilah pengenal pada diri (tubuh) kita serta Tuhan.
Artinya : Ketahuilah Kekuasaan Tuhan dan Kehendaknya dalam segala sesuatu tiada yang mencampurinya.
Artinya : Semua kata-kata dan kalimat itu adalah kata-kata dan kalimat Tuhan.
Artinya : Pengenalan dengan meng-Esakan (men-Tauhidkan) Allah.
Artinya : Tidak sempurna Islam seseorang, kecuali mengenal Iman,
Yang dikatakan orang beriman ialah, orang yang “Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya”.
Artinya : Hati orang beriman, Rumah Allah.
NAFAS: Adapun bilangan keluar masuknya nafas dalam sehari-semalam
sesuai dengan bilangan huruf Al-Qur’an = 32.005.345 (tiga juta lima ribu
tiga ratus empat puluh lima).
SYAHADAT
: Adapun Syahadat
itu, “Hidupnya” Allah yang dijadikan Tubuh pada kita. Isyaratkan bahwa
Tubuh kita tidak bercerai dengan Hidupnya Allah swt.
SATINJA:
Adapun Satinja itu, Cahaya Allah yang menjadi kesucian pada hati kita,
menjadi rumah-Nya orang mu’min. Isyaratkan bahwa kesucian kita tidak
berpisah dengan Nur Allah swt. Jadi Hati kita tidak terpisah dengan
Halusnya Allah swt.
JUNNUP' : Adapun Junnu itu, Halusnya Allah
yang dijadkan Rasa Ni’mat pada diri kita. Di isyaratkan, tidak berpisah
ni’mat kita dengan Halusnya Allah swt.
PERSETUBUHAN: Sebelum
melaksanakan malam pertama bagi pengantin baru (juga bagi pengantin lama
kalau belum pernah melaksanakannya), hendaknya melakukan terlebih
dahulu “Nikah Batin”.
Seorang suami jangan hanya mengawini
isterinya hanya tubuh kasarnya saja, tapi yang harus dikawininya ada 6
(enam) macam, yaitu :
1) Tubuh
2) Hati
3) Nyawa
4) Rahasia
5) Tubuh Halusnya
6) Maunya
Seorang suami harus meminta halalnya dari isterinya keenam macam itu.
Kalau tidak tahu silahkan tanyakan kepada yang tahu.
- Dimisalkan makanan yang telah dihidangkan:
- Maka sebelum dimakan diucapkanlah dzikirnya Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia.
- Pada suapan pertama: dikatakan "A"
Tidak disentuh lidah. Inilah suara mula jadi.
- Pada suapan kedua: dikatakan "I, U"
jangan disentuh lidah. Inilah “Junnu”. Selamat dunia & akhirat.
- Jika sudah berulang-ulang kali suapannya, dikatakanlah "A" sebab
itulah yang tidak disentuh tulisan, jangan dilupakan sampai selesai.
Beginilah cara Ali dengan Fatimah.
- Dalam buku Yoga dan sex,
dalam waktu sekejap mata, sepasang suami isteri yang mencapai klimax
dari hubungan sexnya, akan lebih dekat dengan Allah swt.
Justru itu jangan kerja seperti alu, tidak ada hasil. Jadi kalau kerja pasti ada hasilnya. Apakah :
- Manusia berilmu?
- Manusia berpangkat?
- Manusia berharta?, dsb...Mudah-mudahan mengerti maksudnya.
- Nabi Khaidir a.s: Bagaimana yang dikatakan “Awal Permulaan?
→ Nabi Muhammad saw: Barang siapa yang mengetahui tentang awal
permulaan ini, maka Allah Swt, mengampuni segala dosa-dosanya serta
kedua orang tuanya, begitu pula segenap sanak keluarganya dan familinya,
jauh maupun dekat, diampunkan segala dosa-dosanya dunia dan akhirat.
Sewaktu kita masih berada di dalam pengetahuan Allah Swt., kemudia
pindah kepada kenabian (alam nubuah) dan juga kita masih pada Angin,
Air, dan Tanah.
- Nabi Khaidir a.s: Siapa nama kita pada awal permulaan?
→ Nabi Muhammad saw: Adapun mula-mula nama kita pada Allah Ta’ala :
- bagi laki-laki bernama ALI”
- bagi perempuan bernama “FATIMAH”.
- Sewaktu kita tinggal pada Darah
- 1 bulan
- 2 bulan
- 3 bulan
- 4 bulan
- 5 bulan
- 6 bulan
- 7 bulan di dalam rahim ibu lengkaplah Tubuh, maka dibacakan “Al-Hamdu”
- 8 bulan di dalam rahim ibu dibacakanlah “Qul Huwallaahu Ahad”
- 9 bulan di dalam rahim ibu maka Tuhan berkata: "Bersiap-siaplah untuk
keluar ke dunia, disambut dengan malaikat dan rezeki yang murah,
banyak, atau sedikit, demikian pula umurmu panjang atau pendek".
Berkata syahadat pada Tuhan: Saya takut yaa Tuhan.
Kenapa engkau takut sedang Aku yang menyuruhmu?
Saya takut sebab saya belum tahu siapa namamu yaa Tuhan.
Tuhan berkata: Alif namaku.
Syahadat berkata: kalau begitu sama dengan kita.
Tuhan berkata: Siapa namamu?
Syahadat berkata: Alif juga namaku.
Kalau begitu sama namamu dengan nama-Ku.
Ketahuilah Aku, agar engkau Ku ketahui juga. Kenalilah Aku, agar engkau Ku kenal pula.
Dengan cara bagaimana aku mengetahui yaa Tuhan?
Tuhan menjawab: “Yaitu dengan baris diatas (A). itulah sebabnya tangis pertama bayi lahir kedunia.
Bila ada orang yang bertanya kepadamu, bagaimana pengetahuanmu pada
Allah Ta’ala sehingga engkau dinamakan orang yang berma’rifat.
Katakanlah kepadanya: “saya mengetahui dengan pengenalannya sendiri,
tempat saya melihat dan mengetahui, artinya dengan pengetahuannya saya
mengetahui, dengan pengenalannya saya mengenalnya”.
Ketahuilah olehmu tentang “Rahasia Mati” sebelum mati.
Barang siapa yang telah mengetahui hal tersebut, berarti itulah orang
yang telah mempersiapkan dirinya bagi Tuhannya, dan Tuhanpun tersedia
baginya.
Yang dimaksudkan ialah :
- Mandikan dirimu, bukan dengan air
- Bungkus dirimu, bukan dengan kain kafan
- Sembahyangi dirimu sebelum matimu
- Kuburkan dirimu, bukan dengan tanah
Karena sesungguhnya Tuhan telah berkata bahwa bagi hamba-Ku yang
demikian itu, itulah yang tidak bercerai dengan Aku, dan lepas dari
segala tuntutan dunia dan akhirat. Itulah hamba yang beriman
sungguh-sungguh dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala semata.
Adapun kematian itu ada 4 (empat) tingkat, yakni :
1) Kematian Syariat: Yaitu mengucapkan dzikir Laa ilaaha Illallah pada akhir kematiannya
2) Kematian Thariqat: Yaitu mengucapkan dzikir Allah, Allah pada akhir kematiannya
3) Kematian Haqiqat: Yaitu yang mengucapkan dzikir Huwa, Huwa pada akhir kematiannya
4) Kematian Ma’rifat: Yaitu mengucapkan dzikir Ah, Ah, pada akhir kematiannya
→ Tanda-tanda Kematian Syariat: Yakni Hancur tubuhnya dalam kubur
→ Tanda-tanda Kematian Thariqat: Yakni tubuhnya tidak rusak dan kering
→ Tanda-tanda Kematian Haqiqat: Yakni Tubuhnya utuh dan rambutnya serta kukunya bertambah panjang, wajahnya bercahaya-cahaya.
→ Tanda-tanda Kematian Ma’rifat: Yakni tubuhnya lenyap dalam kubur,
diambil oleh Malaikat, dibawa ke Tanah Suci menjadi “Wali Allah”.
→ Yang dikatakan “sudah membungkus diri sebelum mati ialah: Lenyapkan Tubuhmu kedalam hatimu.
→ Sudah memandikan diri sendiri bukan dengan air ialah : Lenyapkan dirimu dilaut adanya Allah.
→ Sudah menyembahyangi diri sendiri, ialah Rahasiamu lenyap pada Nur Muhammad, Nur Muhammad lenyap pada Nur Allah.
→ Tetapkan hatimu dalam keyakinan bahwa Tuhan itu Esa adanya.
→ Bila sudah ada nur yang tiada seumpamanya, sedang masih ada perasaan
sakit dirasakan, itu belum yang sebenarnya. Jangan di ikuti.
→
Bila sudah merasakan ketenangan dan kenikmatan semata dan seluruh
perasaan telah sujud, berarti yakinilah bahwa Tuhanmu telah ada, apakah
ada Nur atau tiada, berangkatlah. Insya Allah anda telah selamat.
- Adapun hikmah yang dikehendaki dalam Shalat Subuh itu, yakni
mensucikan seseorang daripada kelupaan dan kelalaiannya, sehingga
menetapkan hadapannya semata-mata kepada Allah Ta’ala yang tiada
seumpamanya sesuatu. Itulah sebabnya maka tidak ada shalat sunnah
sesudah Shalat Subuh.
- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat
Dhuhur itu, yaitu: sucikan pandanganmu melihat ke-Esaan serta
kesempurnaan Allah Ta’ala sampai memasuki waktu Ashar.
- Adapun
yang dikehendaki dalam Shalat Ashar, yakni sucikan dirimu serta
himpunkan penglihatan sempurnamu menghadap pada Himpunan Allah (Tauhid)
Yang Maha Esa. Itulah sebabnya tidak ada shalat sunnah dibelakang shalat
ashar.
- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Maghrib, yakni sucikan pendengaranmu, penglihatanmu, serta kata-katamu.
- Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Isya’, yakni sucikan kegelapanmu
menuju yang terang, artinya hilangkan keakuanmu, serahkan dirimu kepada
yang punya diri (pencipta). Jelasnya hanya Allah swt yang berkuasa,
berkehendak, yang hidup seterusnya, tiada yang lain.
- Adapun
yang dikehendaki dalam Shalat Witir, yakni menetapkan ingatan lahir dan
bathin, tertuju kepada Allah semata-mata, demi untuk dan karena Allah
semata.
Bagi orang yang telah memiliki keyakinan yang putus
adanya maka tiada lagi hal yang tersembunyi baginya, bahkan Tuhannya
itulah yang paling nyata dalam segala hal.
Baginya tiada perbedan
diwaktu hidup didunia dan diakhirat. Mereka telah yakin bahwa hidupnya
itu tidak akan mengalami kematian, sekalipun kelak akan berpisah dengan
tubuhnya.
Dalam arti men-Tuhankan Allah swt. itu adalah menyadari
seluruh jiwanya bahwa segala bentuk serta penghayatan dirinya, pada
Tuhannyalah ia mengharapkan. Sebab segala yang ada adalah hak dan milik
Tuhan, bahkan dirinya sendiri telah bukan lagi miliknya. Mereka telah
menyadari bahwa ke-aku-annya selama ini adalah “palsu” belaka.
Adapun yang bernama itu, laksana gelombang dengan air lautan. Bila
gelombang itu telah tiada (sirna), maka yang ada hanya lautan itu
sendiri. Jelaslah dalam hal ini bahwa gelombang itu adalah merupakan
sifat dari lautan. Laksana bayang-bayang dengan yang punya
bayang-bayang.
Dengan demikian tiadalah bedanya jika kita
menyadari hal ini bahwa yang bathil itu, bathil sejak dahulu, sekarang
maupun akan datang.
Sebaliknya bahwa “Haq” itu awal tak
berpermulaan akhir tak berkesudahan, tiada ia dicakup oleh ruang dan
waktu, nyata ia dibalik segala yang dinyatakan.
Siapakah dia?
Dia itulah yang sebenar-benarnya hakikat diri kita yang tak dapat diragu-ragukan lagi.
Bahwa Dzat itulah yang bersifat, artinya bahwa hidup kita ini adalah
kenyataan sifatnya, dan yang bersifat itulah yang menghidupi segala
sesuatu.
- Jadi yang menjadi Hidup (Nyawa) Muhammad dinamai “Titik”, artinya Rahasia.
- Sedangkan yang dinamai “Rahasia” adalah Nur Zat.
- Yang menjadi sifat itu adalah yang dinamai “NUR”, artinya Nur yang tidak berubah-ubah (hidup yang tidak berubah).
- Adapun Jiwanya (Nyawa) adam, adalah Alif, artinya Himpunan, maka Nyawa namanya.
- Jadi Nyawa itu ada 2 (dua), yaitu;
1. Nyawa yang dinamai “Titik” adalah Nyawanya Muhammad
2. Nyawa yang dinamai “Alif” adalah Nyawanya Adam.
- Inilah yang tiga tidak berpisah
Jadi bila hal tersebut telah menyata pada kita, berarti kita telah
menyaksikan (melihat) buktinya sempurna.dengan demikian maka selamatlah
anda untuk selama-lamanya, kekal abadi dunia akhirat.
Inilah dapat dikatakan “kesempurnaan ilmu” atau kepastian ilmu.
Segala yang dijadikan itu adalah bayang-bayang pada Tuhan. Sedang
bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang adalah “Satu”. Gerak
bayang-bayang itu adalah geraknya yang punya bayang-bayang.
Yakinkan dan jangan ragu-ragu lagi nanti salah.
NYAWA:
menurut Syariat = NYAWA namanya
menurut Thariqat = NUR namanya
menurut Haqiqat = ZAT ALLAH namanya
menurut Ma’rifat = TIDAK ADA YANG LAIN KECUALI ALLAH.
NABI MUHAMMAD SAW DENGAN ANAKNYA FATIMAH:
Nabi Muhammad saw berkata kepada anaknya: “Hai Fatimah, apakah engkau masih ingat yang telah saya katakana padamu?”
Fatimah menjawab: “Ya saya ingat semuanya”
Ingatlah sebuah “kata” yang tak berpisah dengan Tuhan, yaitu sewaktu
Tuhan memesrahi sesuatu, yakinkan dalam hatimu yang bersih.
Barang siapa yang menemukan pengenalan yang sesungguhnya didalam
kehendak Tuhannya, itulah orang yang memakai: Penglihatan Tuhannya ia
melihat, Pendengaran Tuhannya ia mendengar, dengan kata Tuhannya ia
berkata, dan katakanlah nama itu tidak berpisah dengan yang punya nama.
Janganlah merasa ragu dalam hatimu, itulah sebabnya sehingga ada yang
dikatakan: “Kepastian Ilmu” atau Ilmil Yakin, Haqqul Yakin.
Yakinkan dalam hatimu, tidak berpisah dengan Tuhanmu serta Rasulnya.
Sebab haqiqat NYAWA yang suci itulah yang dinamakan “Muhammad” artinya
orang yang dicinta.
Artinya: Insan itu Rahasia-Ku, dan Aku Rahasianya.
Kuatkan Tauhidmu pada Allah swt.
Adapun pengertian sebenarnya kalimah:
Laa Ilaaha Illallah yaitu “TIADA ASALKU YANG SELAIN DARI ALLAH TA’ALA”
Nabi Muhammad saw berseru kepada seluruh umatnya:
“Ketahuilah dirimu didalam dirimu”
Yakni: ada 4 (empat) : Rahasia, Nyawa, Hati, Tubuh.
1) Rahasia itu Nur Zatullah
2) Nyawa itu Nur Sifatullah
3) Hati itu Nur Asmaullah
4) Tubuh itu Nur Af’alullah.
Dari ke 4 (empat) tersebut diatas, 3 (tiga) yang dapat melihat pada Allah.
Allah itulah yang menjadikan semesta alam beserta isinya dan
berubah-ubah, Tuhan juga yang meliputi, menembus, memesrahi beserta
isinya.
As-Syeikh Lukmanul Hakim bertanya kepada anaknya : “Apa sebabnya Al-Fatihah dibaca dalam shalat”?
Indrajaya menjawab: “bahwa shalat lima waktu berasal dari surah Al-Fatihah, pada awalnya, yaitu:
Al-Hamdu terdiri dari lima huruf yaitu :
Alif
Lam
Ha
Mim
Dal
Allah swt menjadikan waktu yang lima itu sebagai berikut :
1) Waktu Dhuhur: dijadikan dari huruf Alif-nya Al-Hamdu
2) Waktu Ashar: dijadikan dari huruf Lam-nya Al-Hamdu
3) Waktu Maghrib: dijadikan dari huruf Ha-nya Al-Hamdu
4) Waktu Isya’: dijadikan dari huruf Mim-nya Al-Hamdu
5) Waktu Subuh: dijadikan dari huruf Dal-nya Al-Hamdu.
Baroqalloh