“Kita ini adalah orang-orang akhirat yang sedang bermain-main di muka
bumi” demikian Guru sering memberikan perumpamaan untuk orang-orang yang
telah menempuh jalan kepada Allah. Makna bermain bahwa dunia ini bukan
tujuan utama bagi para pecinta Tuhan, hanyalah tempat yang harus
dilewati untuk berjalanan menuju ke tempat abadi yaitu disisi Allah SWT.
Bermain-main
memberikan makna bahwa semua yang kita alami di dunia ini hanyalah
sebuah permainan yang pasti berakhir, ketika saat telah tiba maka
semuanya pasti kita tinggalkan dan kembali kepada Tuhan dengan bekal
yang telah kita siapkan selama di dunia yaitu amal kebaikan.
Tuhan meminjamkan ruh kepada manusia dalam keadaan suci, bersih tanpa
noda dan Tuhan akan meminta apa yang telah dipinjamkan itu untuk
dikembalikan lagi kepada-Nya. Tuhan hanya mau menerima apa yang
dipinjamkan tersebut dalam kondisi awal, berish dan suci. Ruh atau Jiwa
yang telah ternoda tidak akan kembali kehadirat-Nya, melayang-layang di
alam tanpa batas tidak akan pernah sampai ke dalam genggaman Tuhan.
Selama bermain-main di alam dunia, kira-kira apa yang telah kita
kerjakan sehingga yang memberikan ruh sebagai amanah itu akan menjadi
senang. Tuhan menciptakan manusia agar bisa memberikan pengabdian
kepada-Nya, pengabdian kepada hamba-Nya yang lain serta pengabdian
kepada dunia dan seluruh isinya.
Sebelum ajal tiba, hendaknya
ruh dibersihkan terlebih dulu, diajarkan cara menyebut nama Allah
sebagaimana jasmani diajarkan menyebut nama Allah. Untuk mengajarkan
jasmani menyebut nama Allah diperlukan guru jasmani sedangkan untuk
mengajarkan rohani diperlukan guru rohani pula. Tidak mungkin jasmani
mengajarkan rohani karena keduanya berbeda unsur.
Muhammad bin
Abdullah mengajarkan jasmani orang Arab dijamannya akan kebenaran Agama
Allah sedangkan Rasulullah SAW sebagai rohani yang ada dalam diri
Muhammad bin Abdullah mengajarkan rohani sekalian para sahabat dan
manusia yang hidup zaman itu tentang sebuah kebenaran yang hakiki.
Guru Agama mengajarkan kita membaca al-Qur’an, menghapal hadist,
mengerti cara bersuci dan hukum-hukum agama berarti jasmani kita telah
belajar dan mengerti tentang agama sedangkan rohani kita belum. Ilmu
untuk meng-Islam-kan manusia itu sangat gampang, dengan mengucapkan
syahadat dengan keyakinan dalam hati maka dia sudah termasuk ke dalam
Islam sedangkan untuk mengsyahadatkan rohani (Islam secara rohani)
diperlukan ilmu yang berbeda dengan cara mengajarkan jasmani.
Sama halnya dengan menyebut nama Tuhan, semua orang mengerti cara
melafalkan nama Tuhan, melakukan zikir bersama, itu perkerjaan sangat
mudah bahkan anda tidak harus menjadi seorang alim untuk bisa menyebut
nama Tuhan. Siapapun di muka bumi ini sangat mudah menyebut nama Allah
bahkan orang atheis sekalipun, tapi apakah rohani nya sudah bisa
menyebut nama Allah? Apakah rohaninya ikut menyebut nama Allah?
Ini menjadi renungan untuk kita semua, sudahkan kita ber-Islam secara Jasmani dan Rohani?
Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Selasa, 28 Januari 2014
**Jika Tiba Saatnya Nanti**
Dari gigilnya malam ku terlahir
Dari kebisuan yang panjang aku dikenalkan
Sebelum fajar..
Bersama keremangan purnama aku coba meraba nama
Berdendang bersama para unggas yang meringkuk di balik rimbunnya pohon tua
Dan mengeja suara dari gesekan tubuh rerumpun bambu yang mengantar aku menuju tebing tebing rinduku
Hemmm..
Belum tuntas kuhitung satu persatu bulu bulu di kepak sayapku
Belum rampung ku mengkaji tentang seraut wajah di biru telagaku
Belum kelar kuhayati setiap jengkal nafas yang kuhirup
Namun.. Rasanya senja begitu cepat menghampiri dan bertandang di atas ubun ubun usiaku
Duhai Engkau sang kekasih hati
Jika telah tiba saatnya nanti
Izin aku bertengger di ranting kalbumu
Dan biarkan aku terlelap di pangkuanmu
Terbaring dan berselimutkan kasih dari keagungan yang bernama cintamu
Ruwa Jurai
Penyatuan Hamba dan Tuhannya...
1. Duduklah dengan santai hingga tidak jatuh pada waktu sujudnya mencapai lepasnya sukma dari tubuh
2. harus berpakaian longgar, baik pada leher, dada, perut, kedua tangan serta kakinya, sehingga pernapasan dan jalannya darah tidak terganggu
3. Pilihlah tempat atau ruangan yg tenang agar nantinya tidak terganggu
4. Waktunya juga harus diperhatikan karna sangat penting, mengenai waktu yg tenang dan tepat adalah antara jam 02.00 atau 03.00, meskipun dilaksanakan pada pagi dan siang hari
5. Jasmani serta ruhani harus dibersihkan berturut-turut, jasmani disucikan dengan air suci yg menyucikan, kemudian ruhani disucikan dengan air suci, niat yg kuat disertai tekad bulat mau bersujud pada tuhan yg maha esa, setelah itu dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan (mulai bersujud)
PERTAMA: semua perhatian pribadi ditarik dan dipusatkan didalam ruang sanubari, dengan menyebut "ALLAHU AKBAR" sebanyak 7X
KEDUA: segala gejolak hidup ditekan dengan cara berdzikir nafi dan isbat yg bunyinya "LAA ILAAHA ILLA ALLAH" pengucapannya dilakukan secara jelas dan mendalam, sehingga getaran suaranya terasa didalam pusat kalbu, diucapkan sebanyak 7X, dan proses ini berlangsung pada ruang kalbu
KETIGA: sesudah pelaksanaan pada laku diruang kalbu berhasil, maka hamba meninggalkan ruang itu menuju keruang fuad dan kemudian mengucapkan dzikir isbat yaitu "ILLA ALLAH" sebanyak 7X, jika langgah ini berhasil maka sihamba telah suci kembali
Langkah selanjutnya ialah mengucapkan dzikir ismu dzat yg ucapannya berbunyi "ALLAH" secara terus menerus sampai TABIR PEMISAH antara diri hamba dengan Allah tersingkap
Peristiwa ini berlangsung pada ruang SYIRULLAH atau BAITULLAH, dan busana hidup masih lengkap namun sudah tidak lagi mengendap, sehingga.suasananya dalam keadaan hening
Pada kondisi itulah sang diri hambai sudah bersatu dengan tuhannya atau dalam istilah jawa MANUNGGALING KAWULA LAN GUSTI, dan pada saat itu berlakulah KALAM QADIM sehingga apa yg diucapkannya bisa terjadi "KUN FA YAKUN"
-> Keterangan:
1. Ruang sanubari
2. Ruang kalbu
3. Ruang fuad
4. Ruang syir
5. Nukta ghaib
4. Tabir panca indra
3. Tabir nafsu
2. Tabir rasa kehendak
1. Tabir antara hamba dan nur ilahi
DZIKIR MENGINGAT ALLAH
Banyak ayat Qur’an yang memerintahkan kita untuk berdzikir mengingat Allah secara terus menerus setiap saat. Antara lain dalam surat An Nisa 103.
an-nisa-103103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring…… (An Nisa’ 103)
Dalam surat An Nisa ayat 103 diatas Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat kepada Allah ketika berdiri , duduk dan berbaring. Kalau kita cermati itu adalah posisi yang kita jalani dan alami setiap detik dari kehidupan kita. Kalau tidak berdiri , tentu kita duduk atau berbaring, tidak ada posisi diluar itu. Ini berarti Allah memerintahkan kita untuk selalu ingat padaNya setiap saat dimanapun kita berada.
mengemudikan-kendaraanBagaimana mungkin kita berdzikir setiap saat, sedangkan kita selalu disibukan oleh kegiatan sehari hari. Apa mungkin kita berdzikir sambil berjalan, mengemudikan kendaraan, berlari, mengikuti rapat, metting, menulis, bekerja, dan lain sebagainya. Tentu Allah tidak akan memerintahkan kita mengerjakan sesuatu yang tidak mungkin kita laksanakan.
Berdzikir setiap saat bukanlah sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan . Berdzikir bisa kita lakukan secara lisan, didalam hati, seorang diri ataupun berjamaah. Kegiatan shalat merupakan salah satu bentuk kegiatan dzikir yang bisa kita lakukan seorang diri, maupun berjamaah dengan lisan secara siir maupun jahar.
Agar kita bisa berzikir setiap saat kita harus melatih kemampuan berdzikir secara siir ( didalam hati, rahasia) .Dalam surat Al A’raaf ayat 205 Allah telah memerintahkan kita untuk berdzikir menyebut namaNya didalam hati dengan merendahkan diri danbtidak mengeraskan suara diwaktu pagi dan petang hari.
Al A'raaf 205
205. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.(Al A’raaf 205)
Kalimat dzikir yang dibaca didalam hati tidak akan mengganggu kegiatan kita sehari hari, kita bisa berdzikir mengagungkan Allah ketika berjalan, berlari, bekerja dan lain sebagainya tanpa mengganggu aktifitas kita sehari hari . Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu harus dilatih dan dibiasakan setiap hari.
Dzikir mengingat Allah didalam hati
Kegiatan berdzikir yang dilakukan didalam hati bisa dilaksanakan tanpa mengganggu kegiatan dan aktivitas sehari hari. Kegiatan ini bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa diketahui orang lain. Orang yang ada dikiri kanan kita tidak akan tahu kalau kita sedang berdzikir. Ini adalah kegiatan yang dianjurkan Allah dalam surat Al A’raaf ayat 205.
Berbeda dengan kegiatan shalat, membaca qur’an, dzikir berjamaah atau seorang diri di Masjid, semua kegiatan itu membutuhkan waktu dan tempat yang khusus. Kegiatan seperti itu tentu tidak bisa dicampur dengan aktivitas lainnya. Semua kegiatan tersebut bisa diamati dan disaksikan oleh orang lain disekitar kita.
Dzikir didalam hati bisa kita lakukan ketika berjalan, berlari, olah raga, bekerja, mengendarai kendaraan, menunggu kendaraan di terminal bus atau kereta api, menunggu obat dirumah sakit atay apotik , ketika menghadiri rapat atau seminar, ketika sedang belajar di sekolah atau kampus . Kegiatan ini dapat kita lakukan tanpa menggangu aktivitas yang sedang kita kerjakan kapan saja dan dimana saja.
Kita bisa membaca kalimat tahlil laa ilaha illallah , tasbih subhanallah, tahmid alhamdulillah, takbir allahu akbar, asmaulhusna , membaca ayat ayat pendek didalam hati sambil melaksakan atifitas sehari hari.
Allah telah menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi seperti bintang, bulan , matahari, asteroid, meteor, awan, hujan , halilintar, binatang yang melata dibumi, setiap sel atom dan partikel dibumi ini setiap saat selalu bertasbih mensucikan dan mengagungkan Allah sebagaimana disebutkan dalam surat al Israak ayat 44 :
Al Israak 4444. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.( Al Israak 44)
Jika segala sesuatu yang ada di langit dan bumi sibuk bertasbih mensucikan Allah, maka sebagian besar manusia di bumi ini sibuk dengan urusan dunia dan pekerjaannya masing masing. Mereka tidak punya waktu untuk mengangungkan dan mensucikan Allah sedikitpun, kecuali orang yang beriman yang mau memperhatikan perintah Allah.
Berdzikir didalam hati merupakan sarana untuk mendekatkan diri pada Allah, yang tidak perlu menyediakan waktu dan tempat yang khusus , bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja. Namun sedikit sekali manusia yang melakukannya, sebagian besar manusia berada dalam keadaan lalai seperti yang diingatkan Allah dalam surat Al A’raaf ayat 205 wala takum minal ghoofilin …jangan kamu termasuk kelompok orang yang lalai.
Manfaat dzikir mengingat Allah
Dzikir mengingat Allah sangat besar manfaatnya bagi orang yang beriman sebagaimana disebutkan Allah dalam surat al ankabut ayat 45 …waladzikrullahu akbar, karena itu perintah untuk melaksanakan dzikir ini amat banyak disebutkan dalam Qur’an. Shalat dan membaca Qur’an merupakan salah satu kegiatan dzikir yang membutuhkan waktu dan tempat khusus untuk melakukannya. Beberapa manfaat dzikir yang disebutkan allah didalam al qur’an antara lain :
Selalu diingat dan diperhatikan Allah
Orang yang selalu ingat pada Allah akan selalu diperhatikan dan diingat Allah dimanapun dia berada , sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah ayat 152 :
al-baqarah-1521
152. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Al Baqarah 152 )
Allah akan memperhatikan , menjaga dan memenuhi semua hajat kebutuhannya. Hidupnya diliputi keberkahan dan kemudahan, tidak ada masalah yang sulit baginya. Bersama Allah dia bisa menyelesaikan berbagai masalah yang hadir dihadapannya.
Bebas dari rasa gelisah, cemas dan takut yang berkepanjangan
Orang yang selalu ingat pada Allah terbebas dari rasa gelisah, cemas, tertekan, takut , stress berkepanjangan sebagaimana disebutkan dalam surat Ar Ra’d 28 :
ar-rad-28
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.(Ar Ra’d 28)
Rasa cemas, gelisah, takut, strees berkepanjangan merupakan penyakit kejiwaan yang banyak dialami orang yang hidup dikota besar. Jika penyakit ini dibiarkan akan berlanjut pada berbagai macam penyakit fisik seperti darah tinggi, lever, jantung, tumor, dan lain sebagainya , dimana untuk menyembuhkannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Doanya didengar dan diijabah Allah
Orang yang banyak berdzikir mengingat Allah mempunyai maqom dan kedudukan yang dekat dengan Allah. Jika dia mopon sesuatu Allah cepat memperhatikan dan mengabulkannya sebagaimana disebutkan Allah dalam surat Al Baqarah 186 :
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (Al Baqarah 186)
Orang yang banyak berdzikir seperti ini tidak pernah larut dalam kesulitan dan kesukaran hidup yang berkepanjangan, ia bisa segera mengatasi berbagai masalah yang datang padanya dengan mudah. Doanya cepat diijabah dan dikabulkan Allah.
Mendapatkan shalawat dan rahmat dari Allah dan para Malaikatnya
Orang yang banyak berdzikir mendapatkan ucapan shalawat dan rahmat dari Allah dan para Malaikatnya , yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, dari kesempitan pada kelapangan, dari tempat yang hina ketempat yang mulia sebagaimana disebutkan dalam surat al ahzab ayat 43 :
43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman (al Ahzab 43)
Allah dan para Malaikatnya mengucapka shalawat pada orang yang berdzikir sebagaimana Allah mengucapkan salawat kepada para nabi seperti yang disebutkan dalam surat Al Ahzab ayat 56.
Membentengi diri dari gangguan jin dan sihir
Orang yang hatinya selalu berdzikir mengingat Allah selalu berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah . Tentu saja dengan sendirinya Allah juga melindungi dan menjaganya dari kejahatan sihir, gangguan jin , syetan dan orang yang dengki sebagaimana disebutkan Allah dalam surat al Baqarah 102 , surat al Falaq dan an Naas.
Itulah beberapa manfaat yang didapat orang yang berdzikir mengingat Allah selama hidup didunia ini, sedangkan manfaat akhirat jauh lebih besar dari itu.
Mari kita hiasi hidup ini dengan banyak berdzikir mengingat Allah setiap saat dimanapun kita berada. Dzikir yang paling mudah pelaksanaan adalah dzikir yang dilakukan didalam hati, karena bisa kita lakukan bersamaan dengan kegiatan dan aktivitas kita sehari hari. Namun demikian untuk mampu melakukan dzikir didalam hati ini tetap saja dibutuhkan latihan untuk membiasakannya.
Kenyataannya dalam kehidupan sehari hari hati dan fikiran kita hanya dipenuhi oleh urusan pekerjaan dan masalah duniawi semata. Yang ada difikiran dan hati kita hanya masalah pekerjaan saja, sedikit sekali kita ingat pada Allah. Kebanyakan manusia berada dalam keadaan lalai dari mengigat Allah.
KEKUATAN HATI ( QOLBU )
Kalau fikiran manusia ada di otak yang terletak di kepala, dimanakah
letak hati manusia? Pada zaman dahulu para pakar Sumerian Asyirian
berpendapat bahwa manusia berfikir dan merasa menggunakan organ hati
(liver). Hal ini dibantah oleh Aristoteles yang menganggap manusia
berfikir dan berperasaan dengan jantung (heart). Kedua pendapat tersebut
mempunyai pengikut masing masing, penggunaan istilah liver berkembang
didaerah selatan terutama Asia, dan heart berkembang di utara terutama
Eropa. Namun didaerah selatan kini pengertian hati (liver) telah menjadi
rancu, mereka mengatakan hatiku sangat sakit tapi yang diurut bagian
dada (lokasi jantung).
Dalam Al Qur’an A Al Hajj 46 dengan jelas dinyatakan bahwa qalbu itu berada dirongga dada ( mungkin jantung?).
al-hajj_46.png
46- maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada. ( Al Hajj 46)
Rasulullah mengatakan bahwa didada manusia
ada segumpal darah, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu
jika dia buruk maka manusia itupun menjadi buruk pula.
didalam hati (qolbu) manusia terdapat empat ruangan yaitu:
Yang diinginkan.
Ingin senang, kaya, bahagia, sukses, aman , nyaman, nikmat, serba cukup, sehat, kuat.
Yang di takuti
Takut mati, miskin., susah, sengsara, melarat, hina, sakit, lemah.
Penyakit hati
Musyrik, kafir, dengki, hasud, dendam, ria, sombong, takabur, malas, khianat.
Kekuatan hati
Iman, Taqwa, Ikhlas, sabar, jujur, amanah, santun, syukur, ridha, pemaaf, pemurah, penyayang.
kekuatan-kelemahan-hati.jpg
Empat ruang dalam hati yang mempengaruhi jalan hidup Manusia Dan tujuh tingkatan nafsu manusia menurut ajaran tasawuf.
Manusia ingin bahagia, kaya, senang, sejahtera dan takut mati, miskin,
sengsara ataupun melarat. Untuk mencapai yang diinginkan dan menjauh
dari yang ditakuti manusia dirongrong oleh penyakit hati yang berupa
kemusyrikan, kafir, sombong, dengki, ujub, takabur, ria sifat ini
ditiupkan oleh syetan kedalam hati manusia.
Jika sifat buruk
yang ditiupkan syetan itu merajalela dalam hati dan hati mejadi busuk
penuh penyakit maka manusia akan gagal mencapai yang diingini bahkan
sebaliknya akan terjerumus kelembah yang ditakuti tersebut.
Sebaliknya jika hati dipenuhi kekuatan Iman, taqwa, tawakkal sabar,
iklas, jujur, amanah dan sifat lainnya yang mendapat ridha Allah niscaya
ia akan menemui apa yang diinginkan yaitu bahagia, kaya, senang, aman
sejahtera.
Hati atau Qolbu adalah bagian penting dari manusia
yang tetap berfungsi sejak hidup didunia sampai terus di akhirat kelak.
Fungsi hati atau Qalbu tidak berhenti atau putus akibat datangnya
kematian. Bagian tubuh lain seperti mata, telinga, otak dan seluruh
tubuh tidak berfungsi lagi setelah datangnya kematian. Namun hati akan
tetap berperan dialam barzakh, dihari berbangkit sampai dihari berhisab
kelak. Hati yang jernih dan bersih akan membawa kita pada kehidupan yang
sejahtera dan kekal selamanya di sisi Allah baik didunia maupun
diakhirat. Hati yang kotor, busuk dan penuh penyakit akan membawa kita
kepada kesulitan dan kesengsaraan abadi selama hidup didunia dan di
akhirat kelak.
Perhatikan do’a Nabi Ibrahim yang didalam S. As Syu ‘ara ayat 87-89
as-syuaraa-87-89.gif
87- dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
88- (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
89- kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar jangan dihinakan pada hari
berbangkit, dihari yang tiada bermanfaat harta dan anak anak, pangkat
dan jabatan, karib dan sanak famili, kecuali orang yang datang
menghadapNya dengan hati yang bersih. Disini tergambar bahwa hati tetap
memegang peranan penting sampai dihari berbangkit kelak, dikala bumi
telah lenyap dan diganti dengan kehidupan lain diakhirat kelak.
Orang yang hatinya busuk, kotor penuh penyakit juga akan merasakan
akibat kekotoran hatinya itu kelak diakhirat, seperti digambarkan Allah
dalam S Al Baqarah ayat 10 dan An Naazi’aat 6-9:
al-baqarah_10.png
10- Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya;
dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. ( Al
Baqarah 10)
annaaziat-6-9.gif
6- (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam,
7- tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
8- Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
9- pandangan tunduk. ( An Naazi’aat 6-9 )
Dari beberapa keterangan diatas jelas bahwa hati tetap memegang peranan
sampai dihari berbangkit kelak. Fungsi hati tidak berhenti dengan
datangnya kematian. Ia tetap memegang peranan selama hidup didunia,
setelah datang kematian, dialam barzakh, dihari berbangkit bahkan sampai
hari berhisab kelak. Karena itu jagalah hati jangan sampai dipenuhi
penyakit dan kebusukan yang akan mencelakakan kita didunia dan akhirat
kelak. Bersihkan hati dari kotoran dan penyakit, tanamkan Iman, Taqwa,
Tawakkal dan berbagai sifat baik lainnya didalam hati, hingga dapat
dicapai berbagai kebaikan selama hidup didunia dan di akhirat kelak.
Tujuh tingkat nafsu menurut ahli tasawuf
Selama menjalani kehidupan didunia hati manusia akan mengalami
perubahan dari keadaan keruh menjadi jernih melalui tujuh tingkat nafsu.
Para ahli tasawuf membagi nafsu manusia menjadi tujuh tingkatan , yaitu
Nafsul Amarah, ini adalah tingkatan yang paling rendah. Nafsul
amarah cenderung mendorong manusia untuk melakukan perbuatan keji dan
rendah. Keberadaan nafsu ini disebutkan dalam s. Yusuf ayat 53
yusuf-53.gif
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. ( Yusuf 53)
Sifat orang yang mempunyai nafsul amarah
antara lain mudah marah, sombong, takabbur, tamak, kikir , dengki dan
hasud, sering memperturutkan keinginan syahwat secara berlebihan.
Nafsul Lawwamah, tingkat yang lebih tinggi adalah nafsul lawwamah.
Nafsu ini sering mengkritik dan menyesali tindakan yang tidak patut yang
dilakukan atas dorongan nafsul lawwamah. Keberadaan nafsu ini
disebutkan dalam S Al Qiyamah ayat 2:
al-qiyamah-2.gif
dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri) (Al Qiyamah 2)
Pada tingkatan ini seseorang akan menyesali perbuatan buruknya, dia
sering merenung dan mengkritik semua perbuatannya yang keliru.
Selanjutnya dia berusaha agar perbuatan buruk yang telah dilakukan tidak
terulang lagi.
Nafsul Mulhammah, tingkat nafsu yang ketiga adalah nafsul mulhammah. Keberadaannya disebutkan dalam S Asy Syam ayat 7-10.
as-syam-7-10.gif
7- dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
8- maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
9- sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
10- dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.
( Asy-Syam 7-10)
Orang yang telah mencapai tingkatan ini telah mampu mengendalikan
dirinya dari keingainan nafsu yang rendah. Ia bisa membedakan yang hak
dan batil. Ia selalu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan tercela
dan selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwanya. Berusaha
mengerjakan amal soleh sebanyak banyaknya.
4.
Naffsul Muthmainnah, tingkat nafsu yang kempat adalah nafsul
Muthmainnah, keberadaan nafsu ini disebutkan dalam S Al fajr 27-31.
al-fajr-27-31.gif
27- Hai jiwa yang tenang.
28- Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya.
29- Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku,
30- dan masuklah ke dalam surga-Ku.
Orang yang telah mencapai tingkat ini jiwanya jadi tenang , penuh rasa
tawakkal, ridho dengan semua ketetapan Allah , tidak disentuh rasa duka ,
sedih dan cemas.
5. Nafsul Radhiah , orang yang mencapai
tingkat ini selalu merasa puas dengan apa yang diterimanya dari Allah .
Bagi mereka sama saja kejadian baik maupun buruk yang menimpanya.
Hatinya tidak terpengaruh oleh kehidupan dunia. Mereka selalu kembali
pada Allah dan ridho dengan semua keputusannya.
6. Nafsul
Mardhiyah, Tingkat ini lebih tinggi daripada Nafsul Radhiyah. Ia adalah
orang yang sangat dekat dan dicintai Allah. Merekalah yang dimaksud oleh
salah satu hadist Qudsi:
“SENANTIASA HAMBAKU MENDEKATKAN DIRI
KEPADAKU DENGAN MENGERJAKAN IBADAH IBADAH SUNAH HINGGA AKU CINTA
PADANYA. MAKA APBILA AKU TELKAH MENCINTAINYA, JADILAH AKU PENDENGARANNYA
YANG DENGANNYA IA MENDENGAR, PENGLIHATANNYA YANG DENGANNYA IA
MELIHAT,PERKATAANNYA YANG DENGAN YA IA BERKATA KATA, JADILAH AKU
TANGANNYA YANG DENGANNYA IA BERBUAT, JADILAH AKU KAKINYA YANG DENGANNYA
IA MELANGKAH, DAN AKALNYA YANG DENGANNYA IA BERFIKIR”
Semua
langkah dan perbuatannya dilakukan atas bimbingan dan petunjuk Allah,
seperti apa yang telah dilakukan Nabi Khidir dan tidak dipahami oleh
Nabi Musa .
Dia tidak bertindak dengan kemauan sendiri, melainkan dengan bimbingan dan kehendak Allah
7. Nafsul Kamilah, ini adalah tingkatan para Nabi dan Rasul, manusia
suci dan sempurna, yang selalu berada dalam pengawasan dan bimbinganNya.
Terpelihara dari perbuatan yang tercela.
Untuk meraih
tingkatan nafsu dari level rendah sampai yang tinggi seperti tersebut
diatas diperlukan perjuangan yang gigih dan ulet. Tidak bisa didapat
dengan santai tanpa usaha yang maksimal. Untuk naik dari satu tingkat
ketingkat yang lebih tinggi dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai
bertahun tahun.
Insya Allah dengan hati yang bersih dan jernih
kita bisa meraih kemenangan dunia dan akhirat. Menjalani hidup
berbahagia didunia dan akhirat , tidak ditimpa kesedihan dan duka yang
berlarut larut. Kelak ditempatkan Allah di taman syurga yang abadi dan
hidup kekal selamanya disana.
Orang yang memperturutkan hawa nafsu
Orang yang mengikuti nafsul amarah berusaha memenuhi keinginan
rendahnya dengan berbagai cara . Ia sangat rakus terhadap kebutuham
syahwat, harta , makan , pujian , dan lain sebagainya. Hidupnya hanya
untuk mengabdi pada pemenuhan kebutuhan nafsunya. Ia tidak perduli
dengan peraturan halal atau haram , baginya memenuhi semua kebutuhan
hawa nafsu nya adalah segala galanya.
Syetan mendoronganya
untuk memenuhi kebutuhan nafsunya dan memperlihatkan indah semua
perbuatannya yang buruk Mereka merasa mereka adalah orang yang benar dan
mendapat petunjuk , setan telah menipu mereka, tapi mereka tidak
menyadari. Firman Allah dalam S Az Zukhruf 36-37:
az-zukhruf-36-37.gif
36- Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah
(Al Qur’an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
37- Dan
sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan
yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. ( Az
Zukhruf 36-37)
Bagi manusia hanya ada dua pilihan , mengabdi
pada kepentingan hawa nafsu atau mengabdi Pada Allah. Orang yang
mengabdi pada kepentingan hawa hawa nafsu dia akan lupa kepada Allah,
sebaliknya orang yang mengabdi pada Allah harus rela mengalahkan
kepentingan hawa nafsunya. Dua kepentingan yang berbeda ini tidak
mungkin dijadikan satu . Seseorang tidak mungkin mengabdi kepada Allah
sambil memuaskan kepentingan hawa nafsunya, Kita harus memilih satu
diantara dua , mengabdi pada Allah atau pada kepentingan hawa nafsu.
Orang yang memperturutkan hawa nafsunya hatinya telah mati terkunci,
dan tidak peduli dengan peringatan dan nasehat yang disampaikan padanya.
Bagi mereka hal paling penting adalah memenuhi semua hasrat dan
kebutuhan nafsunya.
muhamad-16.gif
16- Dan di antara
mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka
keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu
pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?”
Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan
mengikuti hawa nafsu mereka.
( Muhammad 16)
Orang yang mengendalikan diri
Orang yang menginginkan kemuliaan bersama Allah berusaha mengendalikan
dirinya dari memperturutkan keinginan hawa nafsu. Mereka menghadapkan
hati ndan fikirannya pada Allah, mereka berusaha patuh pada syari’at dan
aturan yang telah ditetapkan Allah, mereka tidak memperturutkan
keinginan hawa nafsunya.
jatsiyah-18.gif
18- Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa
nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
( Jatsiyah 18)
Baginya Allah adalah segala galanya , ia tidak segan mengorbankan
kepentingan hawa nafsunya untuk kepentingan di jalan Allah. Mereka rela
mengorbankan kepentingan hawa nafsunya untuk mencari ridha Allah. Mereka
itulah orang orang yang mendapat petunjuk dan kemenangan dunia dan
akhirat.
Hati yang rusak ,penuh penyakit dan mati
Orang yang selalu memperturutkan keinginan hawa nafsunya hatinya akan
menjadi rusak dan penuh penyakit. Jika tidak ada usaha untuk mengobati
dan membersihkan nya dari penyakit akhirnya hati akan menjadi keras
membatu dan akhirnya mati.
al-baqarah-10.gif
10- Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta
.( Al Baqarah 10)
al-baqarah-7.gif
7- Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
( Al Baqarah 7)
an-nahl-108.gif
108- Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan
penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah
orang-orang yang lalai. ( An Nahl 108)
Orang yang hatinya telah
rusak dan mati, hidup dalam kegelapan dan kekalutan. Hatinya sulit
untuk menerima hidayah dan petunjuk Allah, hatinya tertutup tidak mampu
menerima kebenaran. Seluruh hidupnya hanya untuk mengabdi pada setan dan
memperturutkan hawa nafsu. Dia berada dalam kekuasaan setan
laknatullah, Diakhirat kelak ia berada dalam penderitaan abadi selama
lamannya dalam neraka jahannam
Hati yang bersih dan jernih
Orang yang mampu mengendalikan diri dari mengikuti bisikan setan dan
memperturutkan keinginan hawa nafsu, serta mampu membersihkan hatinya
dari sifat sifat tercela. Banyak ingat dan kembali pada Allah serta
mohon ampun atas segala dosa dan kesalahannya. Hatinya menjadi bersih
dan jernih, bersinar dengan cahaya ilahi. Itulah hati Qolbun salim yang
dimaksud Nabi Ibrahim dalam do’anya yang disebutkan dalam surat Asy
Syuara ayat 87-89.
as-syuaraa-87-89.gif
87- dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
88- (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
89- kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,
Hati yang bersih dan jernih memberi rasa nyaman sepanjang masa baik di
dunia maupun di akhirat. Bebas dari rasa cemas dan takut sebagai
disebutkan dalam S . Yunus ayat 62:
yunus-62.gif
62- Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Merawat dan Memelihara Hati
Kita menyadari bahwa hati merupakan unsur paling penting dalam
kehidupan kita yang tetap berfungsi sampai akhir zaman. Karena itu kita
harus merawat dan memeliharanya dengan baik agar tidak rusak dan
dipenuhi penyakit yang dapat menyengsarakan kita selama lamanya.
Hati yang bersih dan jernih adalah hati yang selalu ingat pada Allah,
setiap saat melakukan komunikasi dengan Allah, sehingga selalu berada
dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Matanya dibimbing oleh hatinya untuk
selalu memandang kebesaran Allah, telinganya dituntun oleh hatinya untuk
selalu mendengar kan nasihat dan ayat ayat Allah. Hatinya selalu
terbuka untuk menerima nasihat dan ajaran kebaikan.
Beberapa cara untuk menjaga dan merawat hati agar tetap bersih dan jernih antara lain
1. Selalu ingat pada Allah dimanapun berada
2. Selalu memuji kebesaranNya
3. Selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah
4. Selalu bertasbih mensucikanNya
5. Selalu mohon ampun atas kekhilafan dan dosa yang dilakukan
6. Selalu mohon perlindunganNya dari godaaan Syetan dan tipu daya dunia yang melalaikan
7. Selalu mohon bimbingan dan tutunan Allah dalam menjalani kehidupan ini
8. Selalu membaca atau mendengarkan ayat suci Al -Qur’an dan mentadabburinya setiap hari
9. Melatih hati untuk bersifat Taqwa, tawakkal, sabar, ikhlas, jujur,
amanah,ridho,kasih sayang menahan amarah, menahan nafsu dari keinginan
rendah dan lain sebagainya
10. Bersihkan hati dari penyakit
Kafir, musyrik, sombong, takabbur, riya, dengki, dendam, khianat,
kikir,loba dan tamak, memperturutkan hawa nafsu dan lain sebagainya
Berkatalah Arifbillah:
DZAT ALLAH: diri Allah yaitu menjadi suara pada Muhammad
SIFAT ALLAH: rupa Allah menjadi rupa Muhammad
ASMA ALLAH: nama Allah menjadi penglihatan pada Muhammad
AF'AL ALLAH: perbuatan Allah menjadi kelakuan pada Muhammad
* ASYHADU: syariat
* ALLAA: thorikat
* ILAAHA: hakikat
* ILLALLAH: marifat
SYARIAT itu kataku...
TH0RIKAT itu perbuatanku...
HAKIKAT itu kediamanku...
MAKRIFAT itu rahasiaku...
-> ASYHADU ALLAA ILAA HA: zahirku
-> ILLALLAH: batinku
MULIA dan HINA
Manusia itu terbagi kedalam dua bagian: MULIA dan HINA... Manusia yg
mulia itu adalah yg mengetahui jalan menuju TUHAN-NYA dan mendakinya
dengan tujuan untuk dapat sampai kepadanya, dialah manusia yg mulia
disisi tuhannya
Sedangkan manusia yg hina adalah yg tidak
mengetahui jalan menuju TUHAN-NYA dan sama sekali tidak mau berusaha
Untuk mengetahuinya, seperti kaum SYARIAT yg GOBLOK, dialah manusia yg
hina yg tertera didalam firman Allah:
"Barang siapa dihinakan Allah, maka tidak seorangpun dapat memuliakannya"
(Qs. Al Hajj: 18)
Maka dari itulah barang siapa ingin agar pintu hatinya dibukakan oleh
Allah, maka hendaklah dia BERKHALWAT, sedikit makan, dan tidak berteman
dengan orang-orang BODOH seperti kaum sariat yg GOBLOK, dan tidak
bergaul dengan ULAMA-ULAMA BAHLOL yg mencari makan dengan menjual AGAMA,
inilah ulama panutan kaum fanatik yg sesat lagi menyesatkan
Inti dari rahasia KHALWAT adalah ia dapat mengonsentrasikan HATI untuk bermuwajahah dengan Allah... Sambil mengucapkan lafaz:
1. ISTIGFAR -> Astaghfirullah (aku memohon ampunan kepada Allah) dibaca 100X
2. SHALAWAT -> Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad 'abdika wa
rasulika an-nabiyi al-ummi wa 'ala alihi wa shahbihi wa sallim (ya
Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami muhammad,
hamba dan rasul-mu, nabi yg ummi, serta kepada keluarga dan sahabatnya)
dibaca 100X
3. KALIMAH TAUHID -> La ilaha illallah wahdahu
la syarika lah, lahu al-mulk wa lahu al-hamd, wa huwa 'ala kulli syai'
qadir (tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya, baginya segala
kekuasaan dan pujian, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu) dibaca
100X
Dan di akhiri dengan kalam sakti yg keramat ini:
Muhammadkanlah tubuhku...
Ahmadkanlah diriku...
Lah berdiri kata Allah...
Aku dikandung cahaya...
Cahaya dikandung kalimah...
La ilaha illallah...
Illallah...
Allah...
Lah...
Ah...
h...
...
"Wataktubul Alif wataqqul Baa"
"Wataktubul Alif wataqqul Baa" Artinya ditulis dengan Alif dan dibaca dengan Baa...
Yg berlaku didalam gerak dan diam itu ialah GUDRAT dan IRADAT-nya jua, atau SIFAT yg berdiri pada DZAT, dengan kata lain yg berbuat itu ialah DZATTUL BUHTI
Coba perhatikan orang yg telah meninggal, adakah kudrat dan iradatnya,??? Tentunya tidak ada, sebab pada hukumnya jasad ini adalah BANGKAI
Coba hilangkan atau fanakan perasaan kita sehingga menjadi Laa haulaa walaa quatta illaa billaahil aliyul adzim, maka dengan itu yg berbuat tiada lain hanyalah DZATTUL BUHTI jua, sedangkan pengakuan kepada DIRI JASAD kita adalah B A N G K A I
karena yg berbuat itu ialah kudrat dan iradat nya jua atau sifat yg berdiri pada dzat, Artinya yg berbuat itu BERDIRILAH NAMA JIKA ENGKAU KUASA MENAMAINYA...
‘UWAIYS AL – QARANI – WALI ALLAH YANG TERSEMBUNYI
“Wali-Wali Allah tidak berkata: ‘ikuti saya’ tapi berkata: ‘Ikuti Allah
dan Rasul-Nya!’ Siapa yang terbuka hatinya mengikuti mereka.
berdoaWali-Wali Allah tersembunyi, bukan fisiknya tapi Maqom Spiritualnya
[tersembunyi] dari orang-orang yang buta matahatinya.
Banyak yang ingin mendekati Allah tapi menjauhi para wali-Nya.
Pemuka para wali adalah para Nabi dan Sahabat Rasulullah Saw.
Sultan para wali adalah Nabiyur-Rahmah Muhammad Saw.
yang melalui beliau mengalir ilmu-ilmu Hakikat Allah
dari “hati spiritual” ke “hati spiritual” para hamba-Nya yang mukhlisin.”
- Dikutip dari kata-kata mutiara Wiyoso Hadi -
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra, bahwa
Rasulullah SAW (ShollaLlahu ‘Alayhi Wassalam) bersabda: “Sesungguhnya
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi mencintai di antara makhluk-Nya
orang-orang pilihan, (mereka) tersembunyi, taat, rambut mereka
acak-acakan, wajah mereka berdebu dan perut mereka kelaparan. Jika
meminta izin kepada pemimpin ditolak. Jika melamar wanita cantik tidak
diterima. Jika mereka tak hadir tak ada yang kehilangan dan jika hadir
tak ada yang merasa bahagia atas kehadirannya. Jika sakit tak ada yang
mengunjunginya dan jika mati tak ada yang menyaksikan jenazahnya.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, contohkan pada kami salahsatu
dari mereka?” Beliau SAW menjawab: “Itulah ‘Uways al-Qarani.” Para
sahabat bertanya kembali: “Seperti apakah ‘Uways al-Qarani?” Beliau SAW
menjawab: “Matanya berwarna hitam kebiru-biruan, rambutnya pirang,
pundaknya bidang, postur tubuhnya sedang, warna kulitnya mendekati warna
tanah (coklat-kemerahan), janggutnya menyentuh dada (karena kepalanya
sering tertunduk hingga janggutnya menyentuh dada), pandangannya tertuju
pada tempat sujud, selalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan
kiri, menangisi (kelemahan) dirinya, bajunya compang-camping tak punya
baju lain, memakai sarung dan selendang dari bulu domba, tidak dikenal
di bumi namun dikenal oleh penduduk langit, jika bersumpah (berdo’a)
atas nama Allah pasti akan dikabulkan. Sesungguhnya di bawah pundak
kirinya terdapat belang putih. Sesungguhnya kelak di hari kiamat,
diserukan pada sekelompok hamba, “Masukklah ke dalam surga!” Dan
diserukan
kepada ‘Uways, “Berhenti, dan berikanlah syafa’at!” Maka Allah memberikan syafa’at sebanyak kabilah Rabi’ah dan Mudhar.”
“Wahai ‘Umar, wahai `Ali! Jika kalian berdua menemuinya, mintalah
padanya agar memohonkan ampun bagi kalian berdua, niscaya Allah akan
mengampuni kalian berdua.” Maka mereka berdua mencarinya selama sepuluh
tahun tetapi tidak berhasil. Ketika di akhir tahun sebelum wafatnya,
‘Umar ra berdiri di gunung Abu Qubais, lalu berseru dengan suara
lantang: “Wahai penduduk Yaman, adakah di antara kalian yang bernama
‘Uways?”
Bangkitlah seorang tua yang berjenggot panjang, lalu
berkata: “Kami tidak tahu ‘Uways yang dimaksud. Kemenakanku ada yang
bernama ‘Uways, tetapi ia jarang disebut-sebut, sedikit harta, dan
seorang yang paling hina untuk kami ajukan ke hadapanmu. Sesungguhnya ia
hanyalah penggembala unta-unta kami, dan orang yang sangat rendah
(kedudukan sosialnya) di antara kami. Demi Allah tak ada orang yang
lebih bodoh, lebih gila (lebih aneh/nyentrik), dan lebih miskin daripada
dia.”
Maka, menangislah ‘Umar ra, lalu beliau berkata: “Hal
itu (kemiskinan & kebodohan spiritual) ada padamu, bukan padanya.
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Kelak akan masuk surga melalui
syafa’atnya sebanyak kabilah Rabi`ah dan Mudhar.” Maka ‘Umar pun
memalingkan pandangan matanya seakan-akan tidak membutuhkannya, dan
berkata: Dimanakah kemenakanmu itu!? Apakah ia ada di tanah haram ini?”
“Ya,” jawabnya. Beliau bertanya: “Dimanakah tempatnya?” Ia menjawab: “Di
bukit ‘Arafat.” Kemudian berangkatlah ‘Umar dan ‘Ali ra dengan cepat
menuju bukit ‘Arafat. Sampai di sana, mereka mendapatkannya dalam
keadaan sedang shalat di dekat pohon dan unta yang digembalakannya di
sekitarnya. Mereka mendekatinya, dan berkata: “Assalamu’alayka wa
rahmatullah wa barakatuh.” ‘Uways mempercepat shalatnya dan menjawab
salam mereka.
Mereka berdua bertanya: “Siapa engkau?” Ia
menjawab: “Penggembala unta dan buruh suatu kaum.” Mereka berdua
berkata: “Kami tidak bertanya kepadamu tentang gembala dan buruh, tetapi
siapakah namamu?” Ia menjawab: ” `Abdullah (hamba Allah).” Mereka
berdua berkata: “Kami sudah tahu bahwa seluruh penduduk langit dan bumi
adalah hamba Allah, tetapi siapakah nama yang diberikan oleh ibumu?” Ia
menjawab: “Wahai kalian berdua, apakah yang kalian inginkan dariku?”
Mereka berdua menjawab: “Nabi SAW menyifatkan kepada kami seseorang
yang bernama ‘Uways al-Qarani. Kami sudah mengetahui akan rambut yang
pirang dan mata yang berwarna hitam kebiru-biruan. Beliau SAW
memberitahukan kepada kami bahwa di bawah pundak kirinya terdapat belang
putih. Tunjukkanlah pada kami, kalau itu memang ada padamu, maka kaulah
orangnya. Maka ia menunjukkan kepada mereka berdua pundaknya yang
ternyata terdapat belang putih itu. Mereka berdua melihatnya seraya
berkata: “Kami bersaksi bahwasannya engkau adalah ‘Uways al-Qarani,
mintakanlah ampunan untuk kami, semoga Allah mengampunimu.”
Ia
menjawab: “Aku merasa tidak pantas untuk memohon ampun untuk anak cucu
Adam (‘alayhis-salam), tetapi di daratan dan lautan (di kapal yang
sedang berlayar) ada segolongan laki-laki maupun wanita mu’min (beriman)
dan muslim yang doanya diterima.” ‘Umar dan ‘Ali ra berkata: “Sudah
pasti kamu yang paling pantas.”
‘Uways berkata: “Wahai kalian
berdua, Allah telah membuka (rahasia spiritual) dan memberitahukan
keadaaan (kedudukan spiritual)ku kepada kalian berdua, siapakah kalian
berdua?” Berkatalah `Ali ra: “Ini adalah ‘Umar ‘Amir al-Mu’minin,
sedangkan aku adalah `Ali bin Abi Thalib.” Lalu ‘Uways bangkit dan
berkata: “Kesejahteraan, rahmat dan keberkahan Allah bagimu wahai ‘Amir
al-Mu’minin, dan kepadamu pula wahai putra ‘Abi Thalib, semoga Allah
membalas jasa kalian berdua atas umat ini dengan kebaikan.” Lalu
keduanya berkata: “Begitu juga engkau, semoga Allah membalas jasamu
dengan kebaikan atas dirimu.”
Lalu ‘Umar ra berkata kepadanya:
“Tetaplah di tempatmu hingga aku kembali dari kota Madina dan aku akan
membawakan untukmu bekal dari pemberianku dan penutup tubuh dari
pakaianku. Di sini tempat aku akan bertemu kembali denganmu.”
Ia berkata: “Tidak ada lagi pertemuan antara aku denganmu wahai ‘Amir
al-Mu’minin. Aku tidak akan melihatmu setelah hari ini. Katakan apa yang
harus aku perbuat dengan bekal dan baju darimu (jika engkau berikan
kepadaku)? Bukankah kau melihat saya (sudah cukup) memakai dua lembar
pakaian terbuat dari kulit domba? Kapan kau melihatku merusakkannya!
Bukankah kau mengetahui bahwa aku mendapatkan bayaran sebanyak empat
dirham dari hasil gembalaku? Kapankah kau melihatku menghabiskannya?
Wahai ‘Amir al-Mu’minin, sesungguhnya dihadapanku dan dihadapanmu
terdapat bukit terjal dan tidak ada yang bisa melewatinya kecuali setiap
(pemilik) hati (bersih-tulus) yang memiliki rasa takut dan tawakal
(hanya kepada Allah), maka takutlah (hanya kepada Allah) semoga Allah
merahmatimu.”
Ketika ‘Umar ra mendengar semua itu, ia
menghentakkan cambuknya di atas tanah. Kemudian ia menyeru dengan suara
lantang: “Andai ‘Umar tak dilahirkan oleh ibunya! Andai ibuku mandul tak
dapat hamil! Wahai siapa yang ingin mengambil tampuk kekhilafahan ini?”
Kemudian ‘Uways berkata: “Wahai ‘Amir al-Mu’minin, ambillah arahmu
lewat sini, hingga aku bisa mengambil arah yang lain.” Maka ‘Umar ra
berjalan ke arah Madina, sedangkan ‘Uways menggiring unta-untanya dan
mengembalikan kepada kaumnya. Lalu ia meninggalkan pekerjaan sebagai
penggembala dan pergi ke Kufah dimana ia mengisi hidupnya dengan
amal-ibadah hingga kembali menemui Allah.
5. SEPUTAR RAHASIA WALI ALLAH
Inna auliya allahi la khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun. Begitulah
penegasan Allah tentang hakekat jiwa para wali, bahwa mereka tidak akan
dirundung takut dan sedih. Tak heran bila kita melihat perjalanan hidup
para wali sanga dan para wali jaman mutakhir, semisal KH Moch. Cholil
Bangkalan, KH Abdul Hamid Pasuruan, KH Chamin Jasuli (Gus Mik) dan
beberapa auliya’ lainnya, mereka tidak kenal rasa takut dan sedih, sebab
hidup dan mati mereka memang untuk dan bagi Allah semata. Hanya saja,
bagaimanapun dunia wali adalah dunia penuh rahasia.
sholat-1Terkait dengan rahasia wali Allah itu, Imam Abu Hamid Muhammad
Al Ghazali menulis sebuah cerita dalam Mukasayafat Al-Qulub. Alkisah,
seorang bangsawan berjalan jalan di pasar budak. Matanya tertarik pada
seorang budak bertubuh kekar. Lalu ia bertanya kepada budak itu, “Maukah
kau bekerja untukku? Aku lihat kau mempunyai keterampilan yang aku
butuhkan”. Dengan tenang budak itu menjawab, “ Aku mau bekerja untuk
siapapun dengan dua syarat.” “Apa itu syaratmu anak muda?”, tanya sang
bangsawan penasaran. “Dua syaratku adalah : pertama, aku hanya bekerja
siang hari, jangan suruh aku bekerja malam hari dan kedua, aku tidak mau
tinggal satu rumah denganmu, beri aku tempat tinggal yang lain.”
Mendengar ini, timbul rasa penasaran di hati bangsawan, ia pun berniat
untuk mempekerjakan budak itu, apalagi si budak memenuhi kriterianya.
Singkat cerita dibawalah budak itu ke rumah sang bangsawan. Ia
diizinkan untuk tinggal di sebuah gubuk di sebelah rumah mewah
bangsawan. Lalu dimulailah hari-hari sang budak bekerja bagi majikan
barunya. Segala sesuatu berjalan apa adanya. Si budak bekerja di siang
hari menjalankan tugas tugasnya sampai majikannya sangat puas
terhadapnya. Ingin rasanya majikan itu memintanya kerja juga di malam
hari walaupun hanya untuk pekerjaan ringan, tetapi ia teringat akan
syarat pertama si budak. Dan ia merasa berkecukupan dengan kerja baik si
budak itu pada siang hari.
Semuanya berjalan lancar sampai
pada suatu saat ketika istri si bangsawan merasa ingin memberi hadiah
atas kerja keras budak itu. Tanpa sepengetahuan suaminya, malam hari
istri bangsawan itu membawakan sesuatu buat si budak. Ia menyelinap
masuk ke dalam gubuk. Ia terkejut manakala menemukan budak itu telungkup
sujud. Di atasnya bergayut lingkaran putih bercahaya.
Melihat
ini, istri bangsawan segera berlari menemui suaminya dan berkata, “Wahai
suamiku, sesungguhnya budak itu adalah seorang wali Allah !”. Dengan
segera pasangan suami istri itu bergegas menemui si budak. Apa jawab
budak itu ketika bertemu mereka ? Ia hanya menjawab singkat, “Bukankah
sudah aku minta agar kalian tidak menggangguku di malam hari ?” Lalu ia
menengadahkan tangannya ke langit seraya menggumankan sebuah syair yang
artinya : “Wahai pemilik rahasia, sesungguhnya rahasia ini sudah
terungkap, maka tak kuinginkan lagi hidup ini setelah rahasia ini
tersingkap”. Tak lama setelah membacakan syair ini, si budak pun sujud
dan menghembuskan nafasnya yang terakhir, meninggalkan suami istri itu
dalam keheranan.
Cerita dari Imam Ghazali itu mengantarkan kita
kepada beberapa hal, diantaranya bahwa kita sebagai manusia biasa tidak
mengetahui begitu saja bahwa seseorang adalah wali Allah dan seseorang
yang lain bukan . Menurut para sufi, la ya’rifal-wali illa al-wali,
tidak akan mengetahui seorang wali selain wali Tuhan yang lainnya.
Demikianlah beberapa artikel tentang wali Allah dan tanda tandanya,
mudah mudahan menambah wawasan dan meningkatkan motivasi kita untuk
mendekatkan diri pada Allah. Dalam surat Al Waqiah ayat 10-14 disebutkan
bahwa para Wali Allah adalah orang yang dekat dengan Allah (Al
Mukarrobuun), mereka itu sebagian besar orang zaman dahulu dan sebagian
kecil dari orang zaman sekarang (kemudian).
10. Dan orang-orang
yang beriman paling dahulu, 11. Mereka itulah yang didekatkan kepada
Allah. 12. Berada dalam jannah kenikmatan13. Segolongan besar dari
orang-orang yang terdahulu, 14. dan segolongan kecil dari orang-orang
yang kemudian (Al Waqiah 10-14)
Mari kita berlomba lomba untuk
mendapatkan derajat Aulia Allah ataupun Al Muqarrobun seperti yang
disebutkan dalam surat Al Waqiah tersebut diatas.
Allah Selalu Mengingat Hamba yang Mengingat-Nya
Faedah tauhid berikut akan membicarakan dua sifat Allah yang mulia
yaitu kebersamaan Allah dan kedekatan Allah pada hamba-Nya. Ketika hamba
semakin dekat pada Allah, maka Allah lebih dekat lagi padanya. Sehingga
hal ini mengingatkan kita jangan sampai lalai dari mengingat atau
berdzikir pada Allah. Juga hadits ini membicarakan bagaimana Allah
sesuai dengan sangkaan hamba-Nya, yang di mana hal ini menuntut kita
supaya selalu husnuzhon pada Allah dalam do’a dan rasa harap.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله
عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى ،
وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِى ، فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ
ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ
خَيْرٍ مِنْهُمْ ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ
إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ
إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً »
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku
sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika
ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku.
Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di
kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia
mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia
mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia
datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Penjelasan:
Hadits ini adalah hadits qudsi, yaitu hadits yang diriwayatkan dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Ta’ala (lafazh dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maknanya dari Allah). Hadits ini adalah
hadits yang amat mulia di mana berisi perkara mulia yang berkenaan
dengan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu berisi pembicaraan sifat-sifat
Allah.
Di antara faedah dari hadits di atas:
1.
Penetapan bahwa Allah memiliki sifat kalam (berbicara). Sebagaimana hal
ini ditunjukkan pada hadits dalam perkataan “يَقُولُ اللَّهُ”.
2. Allah merealisasikan apa yang disangkakan hamba-Nya yang beriman.
Sebagaimana hal ini adalah makna “أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى” (Aku
sesuai persangkaan hamba pada-Ku).
3. Hadits ini mengajarkan
untuk berhusnuzhon (berprasangka baik) pada Allah. Yaitu setiap hamba
hendaklah berprasangka pada Allah bahwasanya Dia maha pengampun, begitu
menyayangi hamba-Nya, maha menerima taubat, melipatgandakan ganjaran dan
memberi pertolongan bagi orang beriman. Berhusnuzhon pada Allah di sini
dibuktikan dengan seorang hamba punya rasa harap dan rajin memohon do’a
pada Allah.
4. Hadits ini menunjukkan sifat kebersamaan Allah
dengan hamba-Nya (ma’iyyatullah). Dan sifat kebersamaan yang disebutkan
dalam hadits ini adalah sifat kebersamaan yang khusus.
5.
Dorongan untuk berdzikir pada Allah baik dalam keadaan bersendirian dan
terang-terangan. Dzikir pada Allah ini bisa dilakukan dengan mengucapkan
bacaan tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah), tauhid (laa ilaha
illalah), dan takbir (Allahu akbar). Jadi lafazh “فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى
نَفْسِهِ” (jika ia mengingat-Ku pada dirinya) bukanlah bermakna hamba
tersebut mengingat Allah dalam hati tanpa dilafazhkan. Namun maknanya
adalah hamba tersebut mengingat Allah dalam keadaan bersendirian tanpa
ada yang mengetahui.
6. Allah akan menyebut-nyebut orang yang
mengingat-Nya. Jika Allah menyebut-nyebut seperti ini, menunjukkan bahwa
sebutan tersebut mengandung pujian dan kasih sayang Allah (rahma Allah)
pada hamba tersebut.
7. Balasan sesuai dengan amalan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal). Hal ini dibuktikan pada ayat Al Qur’an,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku ni.�8`a Aku ingat (pula) kepadamu”
(QS. Al Baqarah: 152). Dalam hadits di atas dibuktikan pula dalam
lafazh,
فَإِنْ ذَكَرَنِى فِى نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِى نَفْسِى ، وَإِنْ ذَكَرَنِى فِى مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam
diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya
di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”
Juga dalam lafazh,
وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ،
وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ
أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Jika ia mendekat
kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat
kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang
kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan
berjalan cepat.”
8. Allah menyebut-nyebut hamba-Nya dengan
kalam yang ia perdengarkan pada para malaikat yang Dia kehendaki. Hal
ini sebagaimana disebutkan dalam lafazh hadits,
ذَكَرْتُهُ فِى مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ
“…, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”
Juga dikuatkan dalam hadits shahih lainnya,
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ
“Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril seraya
berkata, “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.” (HR.
Bukhari no. 7485 dan Muslim no. 2637).
9. Hadits ini menunjukkan dekatnya hamba pada Allah dan dekatnya Allah pada hamba-Nya.
10. Di antara nama Allah adalah: Al Qoriib Al Mujiib (Maha Dekat lagi
Maha Mengabulkan). Allah Ta’ala menyebutkan mengenai nabi-Nya, Sholih
‘alaihis salam,
فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Rabbmu amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)” (QS.
Hud: 61). Sifat Allah dekat sebagaimana sifat Allah lainnya. Sifat ini
tidaklah sama dengan kedekatan makhluk dan tidak diketahui kaifiyah
(cara) kedekatan Allah tersebut.
11. Kedekatan Allah pada hamba itu bertingkat-tingkat. Ada hamba yang Allah lebih dekat padanya lebih dari yang lain.
12. Kedekatan hamba pada Allah bertingkat-tingkat pula. Ada hamba yang begitu dekat pada Allah lebih dari yang lain.
13. Kedekatan Allah didekati dengan penyebutan sesuatu yang terindra
seperti dengan jengkal, hasta dan depa. Namun ini cuma secara maknawi
yang menunjukkan Allah itu dekat.
14. “Harwalah” yang
disebutkan dalam hadits bermakna berjalan cepat. Dari konteks hadits
menunjukkan bahwa jika hamba dekat pada Allah, maka Allah akan semakin
dekat pada hamba.
MELAPOR
Laporan adalah informasi, laporan bisa disampaikan secara tertulis
maupun lisan. Pada instansi resmi biasanya laporan disampaikan secara
tertulis bahkan seringkali harus dipresentasikan atau diexpose. Laporan
biasanya juga diminta secara periodik seperti harian, mingguan, bulanan
atau tahunan. Laporan ini dibutuhkan untuk mengevaluasi kinerja suatu
kegiatan atau aktivitas terhadap objek tertentu. begitulah defenisi
singkat saya tentang laporan. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan dalam
konteks hamba dengan Khalik, mutlak diperlukan laporan yang lebih intens
oleh si hamba kepada Tuhan, kapan saja, dimana saja dan tentang apa
saja yang ingin dilaporkan tanpa ada suatu batasan apapun mengenai
waktu, tempat, objek yang dilaporkan dan tanpa harus melewati
protokoler apapun untuk melapor kepada Tuhan. Perbedaan antara laporan
manusia dengan manusia dan laporan antara manusia dengan Tuhan adalah,
kalau laporan manusia dengan manusia biasanya yang meminta laporan
adalah atasan anda, atasan anda yang meminta laporan anda untuk melihat
kinerja anda sedangkan laporan manusia dengan Tuhan adalah atas
inisiatip anda sendiri karena andalah yang butuh ”melaporkan” itu, bukan
Tuhan.
Melapor kepada Tuhan tentulah berbeda dengan laporan
komandan upacara kepada inspektur upacara. Laporan kepada inspektur
upacara itu mirip mirip membentak. ’Lapor! Upacara siap untuk
dilaksanakan! Laporan selesai!’ begitulah saya membentak kepala sekolah
kami pagi senin itu dan beliau langsung menimpali ’laksanakan!’. Melapor
kepada Tuhan tentulah di awali dengan puji pujian dulu seperti ’segala
puja dan puji bagiMu Tuhan.., Engkau maha pengasih lagi maha penyayang…
dan seterusnya.. dan sebagainya… kalau diterjemahkan dalam bahasa arab
sperti ini ’alhamdulillahirrabbil ’alamin.. arrahmannirrahim.. dst..,
dsb.., itupun kalau anda orang arab, kalau bukan pakailah bahasa yang
anda mengerti, bahasa Ibu anda, begitulah Guru saya berpesan. Setelah
puji pujian barulah anda melapor semisal tunjukilah aku jalan lurus dan
benar, bahasa arabnya ihdinassirattal mustaqim.. itupun kalau yang anda
butuhkan adalah jalan yang lurus dan benar. Kebutuhan anda dan saya
tentulah berbeda, pada saat saya butuh dana segar 10 milyar misalnya
tentulah saya meminta suntikan dana segar 10 milyar, saya tidak akan
meminta jalan yang lurus. Kalau orang lain butuh anaknya lulus tes CPNS
misalnya mintalah agar lulus tes CPNS jangan minta jalan lurus dan
benar, gak nyambung soalnya.
Melapor itu lebih mirip sharing
(berbagi) sebenarnya daripada berdoa. Sharing itu akrab layaknya anda
dengan orang orang terdekat anda ketika anda minta pendapat, ada
komunikasi dua arah yang terjadi. Contoh, dikisahkan ketika istri
terakhir Nabi Ayub meninggalkan beliau karena tidak tahan menyertai Nabi
yang sedang menerima cobaan Tuhan bertubi tubi dan berkepanjangan, Ayub
berkata kepada istrinya ’kalau engkau kembali kepadaku, aku akan
menderamu 100 kali. Ketika cobaan Tuhan mereda, kesehatan Nabi Ayub
membaik diikuti dengan kepulihan ekonomi beliau dan menjadi kaya lagi,
sang istri terakhir pun kembali kepada beliau, pada saat itulah Nabi
Ayub kebingungan dan melapor kepada Tuhanya. Tuhan, aku harus
melaksanakan janjiku menderanya 100 kali tapi aku tidak tega, kemudian
Tuhan memberikan solusi dan berfirman kepadanya ’ambillah seratus lidi
dan kumpulkanlah lidi lidi itu kemudian pukulkan sekali ke tubuh
istrimu’. Sungguh Ayub telah mendapat pencerahan luar biasa ketika Ayub
yang berkonsep 1 x 100 kebingungan dan Tuhan menawarinya konsep 100 x 1
dengan hasil yang sama tetapi memberikan efek yang jauh berbeda. Inilah
gunanya melapor.
Lalu seberapa pentingkah melapor kepada
Tuhan? Saudara, semua orang tahu kalau bersetubuh itu haram meskipun
dengan istri sekalipun selama berpuasa. Ketika bulan Ramadhan saat Nabi
Muhammad SAW sedang duduk duduk dengan para sahabat, ada seseorang yang
datang kepada Rasulullah melapor dan terjadilah ilustrasi dialog kira
kira seperti di bawah ini :
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya tidak tahan ya Rasulullah, saya telah menggauli istri saya
Rasulullah ; merdekakan olehmu seorang budak
Orang melapor ; saya tidak punya uang ya Rasulullah
Rasulullah ; ganti puasamu dengan puasa 60 hari berturut turut pada bulan yang lain
Orang melapor ; 1 hari saja saya tidak mampu ya Rasulullah, bagaimana saya mampu puasa 60 hari berturut turut?
Rasulullah ; kalau begitu berilah makan 60 orang fakir miskin
Orang melapor ; saya orang miskin ya Rasulullah, saya tidak mampu memberi makan fakir miskin
Rasulullah ; ya sudah, bagikan ini kepada orang miskin di
tempatmu (sambil nabi memberikan sekeranjang kurma kepada orang melapor
tadi)
Orang melapor ; ya Rasulullah, saya adalah orang termiskin di tempat saya.
Rasulullah ; ya sudah, bawalah pulang anggur itu untukmu
Orang melapor ; terima kasih ya Rasulullah..
Saudara, kalau lah kita ada di selingkar duduk Nabi pada saat itu
mungkin kita sendiri akan iri sambil berguman ’ini orang sudah melakukan
kesalahan kok malah dapat hadiah pulak?!!’. Akhirnya halal haram boleh
atau tidak menjadi tidak penting lagi disini, yang penting adalah
MELAPOR! Kalau orang yang melapor tadi tidak tahu Tuhan dia melapor saja
kepada Nabi, ketika Nabi tidak memberi sanksi apapun dan malah memberi
hadiah kepada si orang tadi, itu sudah menjadi tanggung jawab Nabi lah
kepada Tuhan.
Ini cerita dari Guru saya, ketika muda Guru saya
bekerja pada sebuah keluarga kaya di ujung pulau seberang, pada saat
berencana hendak mengunjungi Gurunya di Medan Sumatera Utara, Guru saya
muda telah jauh jauh hari melapor kepada majikannya minta diijinkan cuti
pada hari H untuk mengunjungi Gurunya di Medan. Sambil bekerja Guru
saya muda menanam bunga yang memperkirakan hasilnya nanti bisa digunakan
untuk ongkos keberangkatan ke Medan. Perjalanan ke Medan adalah
perjalanan sehari semalam di darat ditambah tiga hari dua malam kapal
berlayar. Guru saya muda telah memperkirakan dengan cermat kapan harus
menanam supaya hasilnya bisa digunakan tepat pada waktunya menjelang
hari H. Apa yang tejadi saudara? Justru pada saat panen bunga tiba,
tanamannya mati semua. Hancurlah perasaan Guru saya yang telah menaruh
harapan besar pada satu satunya harapan agar bisa mengunjungi Gurunya di
Medan. Maha suci Tuhan, kemudian Guru saya mengambil air wudhu dan
setelah selesai sembahyang dan masih di atas tikar sembahyangnya Guru
saya melapor.. Tuhan, aku sudah menanam bunga yang hasilnya bisa aku
pakai untuk ongkos pergi ke Medan, tapi… kini bunga bunga itu mati,
bagaimana aku bisa mengunjungi Guruku Tuhan?.. sambil bercerita Guru
saya bertanya kepada kami, menangiskah sambil melapor? Kami mengangguk
sambil menjawab lirih serempak ’iyaa..’. Guru saya menimpali dengan
suara yang keras dan panjang ’MEENAANGIIS!!’. Kata Guru barusan sangat
mempertegas kepada kami bahwa melapor kepada Tuhan, berkeluh kesah
kepada Tuhan adalah dengan segenap perasaan dan jiwa. Guru melanjutkan
ceritaNya.. apa kata Tuhan? Seolah olah Guru bertanya kepada kami dan
kemudian melanjutkan ’Heii MALAIKAT!!! KAU URUS ITU SI … (sambil
menyebut namanya sendiri)’. Guru saya melanjutkan bahwa ketika selesai
Guru saya muda melipat tikar sembahyangnya, sang majikan datang sambil
membawa amplop tebal yang berisi uang dan menyerahkannya kepada Guru
saya muda sambil berkata ’kapan berangkat? Ini untuk ongkos di jalan,
pergi dan pulang beserta uang saku di jalan…’. ALLAH MAHA KAYA, ALLAH
MAHA KAYA, ALLAH MAHA KAYA…
Saudara sekalian, pada saat menanam
bunga Guru saya muda memperkirakan hasilnya hanya cukup untuk ongkos
pergi saja, setelah melapor, Tuhan memberikan lengkap ongkos pergi dan
ongkos pulang tambah uang saku.
Saudara sekalian, statemen yang
kita tangkap adalah yang penting MELAPOR!. Statemen ini hanya berlaku
bagi saudara saudara yang sudah mengenal Tuhannya, bagi yang belum
silahkan cari dulu Tuhannya, kalau tidak bisa mencari Tuhan carilah dulu
orang yang sudah mengenal Tuhan biar ada yang bimbing. Terima kasih.
Saudaraku,
Melaporlah pada saat senang agar Tuhan juga mau mendengar laporan kita pada saat susah
Melaporlah pada saat banyak uang agar Tuhan juga mendengar laporan pada saat kita tak punya uang
Melaporlah pada saat bahagia agar Tuhan menemani kita pada saat sengsara
Melaporlah…
berdoa sesudah pengkhataman Al-Qur’an
berdoa sesudah pengkhataman Al-Qur’an sangat disunahkan berdasarkan apa yang kami sebutkan dalam masalah sebelumnya.
Diriwayatkan oleh Ad-Daarimi dengan isnadnya dari Humaid Al-A’raj, katanya:
Barangsiapa membaca Al-Qur’an, kemudian berdoa, maka doanya diamini oleh 4.000 malaikat.
Hendaklah dia bersungguh-sungguh dalam bedoa dan mendoakan hal-hal yang
penting serta memperbanyak untuk kebaikan kaum muslimin dan para
pemimpin mereka.
Diriwayatkan oleh Al-Hakim Abu Abdillah
An-Nisaburi dengan isnadnya bahwa Abdullah Ibn Al-Mubarak ra apabila
mengkhatamkan AlQur’an, maka sebagian besar doanya adalah untuk kaum
muslimin, Mukminin dan mukminat.
Pada waktu yang sama dia juga berkata seperti itu. Maka hendaklah orang yang berdoa memilih doa-doa yang menyeluruh, seperti:
“Ya Allah, sempurnakanlah hati kami, hilangkanlah keburukan kami,
bimbinglah kami dengan jalan yang terbaik, hiasilah kami dengan
ketaqwaan, kumpulkanlah bagi kami kebaikan akhirat dan dunia dan
anugerahkanlah kami ketaatan kepada-Mu selama Engkau menghidupkan kami.
“Ya Allah, mudahkanlah kami ke jalan kemudahan dan jauhkanlah kami
dari kesukaran, lindungilah kami dari keburukan diri kami dan amal-amal
kami yang buruk, lindungilah kami dari siksa neraka dan siksa kubur,
fitnah semasa hidup dan sesudah mati serta fitnah Al-Masih AdDajjal.”
“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu petunjuk, kekuatan, kesucian diri dari kecukupan.”
“Ya Allah, Kami amanahkan pada-Mu agama, jiwaraga dan penghabisan
amal-amal kami, keluarga dan orang-orang yang kami cintai, kaum muslimin
lainnya dan segala urusan akhirat dan dunia yang Engkau anugerahkan
kepada kami dan mereka.”
“Ya Allah, kami mohon kepada-Mu maaf
dan keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat. Kumpulkanlah antara kami
dan orang-orang yang kami cintai di negeri kemuliaan-Mu dengan anugerah
dan rahmat-Mu.”
“Ya Allah, sempurnakanlah para pemimpin
muslimin dan jadikanlah mereka berlaku adil terhadap rakyat mereka,
berbuat baik kepada mereka, menunjukkan kasih sayang dan bersikap
lemah-lembut kepada mereka serta memperhatikan maslahat-maslahat mereka.
Jadikanlah mereka mencintai rakyat dan mereka dicintai rakyat.
Jadikanlah mereka menempuh jalan-Mu dan mengamalkan tugas-tugas agama-Mu
yang lurus.”
: “Ya Allah, berlembutlah kepada hamba-Mu
penguasa kami dan jadikanlah dia memperhatikan maslahat-maslahat dunia
dan akhirat. Jadikanlah dia mencintai rakyatnya dan jadikanlah dia
dicintai rakyat.”
Lalu membaca doa-doa lanjutan berkenaan dengan para pemimpin dan menambahkan sebagai berikut:
“Ya Allah, rahmatilah diri dan negerinya, jagalah para pengikut dan
tentaranya, tolonglah dia untuk menghadapi musuh-musuh agama dan para
penantang lainnya. Jadikanlah dia bertindak menghilangkan berbagai
kemungkaran dan menunjukkan kebaikan-kebaikan serta berbagai bentuk
kebajikan. Jadikanlah Islam semakin tersebar dengan sebabnya,
muliakanlah dia dan rakyatnya dengan kemuliaan yang cemerlang.”
“Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin dan murahkanlah
harga-harag mereka, amankanlah mereka di negeri-negeri mereka, lunasilah
hutang-hutang mereka, sembuhkanlah orang-orang yang sakit diantara
mereka, bebaskanlah mereka yang ditawan, sembuhkanlah penyakit hati
mereka, hilangkanlah kemarahan hati mereka dan persatukanlah diantara
mereka.
Jadikanlah iman dan hikmah dalam hati mereka, tetapkanlah
mereka diatas agama Rasul-Mu saw. Ilhamilah mereka agar memenuhi
janji-Mu yang Engkau berikan kepada mereka, tolonglah mereka dalam
menghadapi musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Tuhan Yang Maha Besar dan
jadikanlah kami dari golongan mereka.”
“Ya Allah, jadikanlah
mereka menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mengamalkannya, mencegah dari
yang mungkar dan menjauhinya, memelihara batas-batas-Mu, melakukan
ketaatan kepada-Mu, saling berbuat baik dan menasihati.”
“Ya Allah, jagalah dalam pendapat dan perbuatan mereka, berkatilah mereka dalam semua keadaan mereka.”
Orang yang berdoa hendaklah memulai dan mengakhiri doanya dengan ucapan:
“Segala Puji bagi Allah Tuhan sekalian alam dengan pujian yang memadai
dengan nikmat-nikmat-Nya dan sepadan dengan tambahan-Nya
Ya
Allah, limpahkanlah sholwat dan salam ke atas Muhammad dan keluarga
(Penghulu Kami) Muhammad sebagaimana Engkau melimpahkan sholwat ke atas
Ibrahim dan keluarganya.
Berkatilah (Penghulu kami) Muhammad
dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau berkati Ibrahim dan
keluarganya. Di seluruh alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Mulia.”
Masalah kelima, apabila selesai dari pengkhataman
Al-Qur’an, apabila selesai dari pengkhataman Al-Qur’an, disunahkan
memualai lagi membaca Al-Qur’an sesudahnya. Para Ulama Salaf dan Kalaf
telah menganjurkan hal itu. Mereka berhujah dengan hadits Anas ra bahwa
Rasulullah saw bersabda:
“Sebaik-baik amal adalah al-Hallu
dan ar-Rahlah. Ditanyakan kepada baginda, ‘Apakah keduanya itu?’ Nabi
saw menjawab, ‘Memulai membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya’.”
Wallaahu a'lam..
Bahasa cinta untuk mengingatNya
Pada suatu kesempatan salah seorang dari mereka bertanya kepada kami,
apakah kami masih suka mendengarkan radio dakta, kenapa belum beralih ke
radio rodja ?
Jika harus memilih di antara dua pilihan yakni
radio dakta atau radio rodja, memang kami memilih radio dakta walaupun
di radio dakta ada juga pendapat-pendapat dari ulama yang mengaku
mengikuti salafush sholeh. Namun salah satu kelebihan radio dakta adalah
menyiarkan pengejawantahan (implementasi) ilmu agama dalam kehidupan
sehari-hari termasuk memperdengarkan lagu yang lirik atau syairnya
mengantarkan kita untuk mengingat Allah.
Imam Syafi’i
rahimahullah mengatakan kalau seseorang hanya mendalami ilmu syariat
atau ilmu fiqih saja tanpa mengamalkan tasawuf (tentan ihsan) maka
hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa
Imam Syafi’i
~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau
menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) dan juga
menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya.
Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat
padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat) tapi
tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan
kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak
mau mempelajari ilmu fiqih (menjalani syariat), maka bagaimana bisa dia
menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]
Imam Malik ~rahimahullah menasehatkan agar kita menjalankan perkara
syariat sekaligus menjalankan tasawuf agar tidak menjadi manusia yang
rusak atau tidak menjadi manusia berakhlak tidak baik.
Imam
Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang
tasawuf tanpa mempelajari fiqih (menjalankan syariat) rusak keimanannya
, sementara dia yang belajar fiqih (menjalankan syariat) tanpa
mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya
terjamin benar“
Bagi kami radio Rodja sebagian besar
“memperlihatkan” Allah Azza wa Jalla sebagai sosok yang hanya
“memerintah” dan “melarang” saja. Masih kurang “memperlihatkan” Allah
Azza wa Jalla dalam sosok “Ar Rahmaan Ar Rahiim” atau “memperlihatkan”
hubungan cinta Allah kepada hambaNya dan sebaliknya.
Pada hakikatnya perintahNya dan laranganNya adalah wujud kasih sayang Allah ta’ala kepada hambaNya.
Begitu pula larangan orang tua kepada anaknya adalah wujud kasih sayang
orang tua kepada anaknya. Bagi anak yang telah “mengenal” orangtuanya,
dia akan menjauhi apa yang dilarang orang tuanya, karena dia paham
bahwa orang tua melarangnya merupakan wujud rasa sayang orang tua
kepadanya. Jadi anak itu ikhlas menjauhi apa yang dilarang orangtuanya
tanpa peduli dengan akibat jika larangan itu dilanggar.
Salah
satu cara “memperlihatkan” suasana saling mencintai adalah dengan
memperdengarkan lagu yang lirik atau syairnya yang bermuatan “bahasa
cinta” yang dapat mengingat Allah.
Contohnya pagi ini kami
melalui radio dakta dapat mendengarkan kembali lagu karya Ebiet G Ade
berjudul Isyu dengan lirik lagu sebagai berikut
Engkau pasti menuduhku
telah bersekutu dengan setan
Menyangka apa yang kumiliki
aku dapat dari dusta
Engkau mulai kasak-kusuk,
bergunjing ke sana-sini
melilitkan isyu di leherku
mengipaskan suasana panas
Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara
yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran
Biarpun hanya Tuhan yang mendengar
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Engkau pasti menduga-duga
aku telan yang bukan milikku
Coba buka catatan di langit
di sana kusimpan kebenaran
Entah apa yang harus kujelaskan
Aku enggan bicara
yang penting suara dalam jiwaku
adalah kebenaran
Biarpun hanya Tuhan yang mendengar
Du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Du du du du du du du du du du du
Ho ho ho ho ho ho ho ho ho
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu
Isyu, isyu, isyu, semua hanya isyu
Lirik lagu tersebut bermuatan “bahasa cinta” yang tidak dapat dipahami
dengan makna dzahir/harfiah/tersurat/tertulis. Bahasa cinta hanya dapat
dipahami dengan hati atau akal qalbu bersandarkan pada makna bathin
atau makna dibalik yang tertulis atau makna yang tersirat.
Contohnya
“melilitkan isyu di leherku mengipaskan suasana panas”
“Engkau pasti menduga-duga, aku telan yang bukan milikku”
“Coba buka catatan di langit di sana kusimpan kebenaran”
“Aku enggan bicara, yang penting suara dalam jiwaku adalah kebenaran”
“Catatan di langit” kaitannya dengan kebenara”
“suara dalam jiwaku” kaitannya dengan kebenaran
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS Asy Syams [91]:8)
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (QS Al Balad [90]:10)
Wabishah bin Ma’bad r.a. berkata: Saya datang kepada Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang
untuk bertanya tentang kebaikan?” Saya menjawab, “Benar.”Beliau
bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa
yang menenteramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang
mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa
yang membenarkanmu.” hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal
dan Imam Ad-Darami dengan sanad hasan
Nawas bin Sam’an r.a.
meriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wasallam., beliau bersabda,
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang
mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Sebuah lagu yang merupakan
karya manusia mengandung bahasa cinta yang dipahami dengan makna
bathin/tersirat tidak dapat dimaknai secara
dzahir/harfiah/tertulis/tersurat apalagi diturunkan Al-Qur’an diturunkan
Allah Sang Pemilik Cinta dan disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu
tinggi
Coba kita simak kembali bagaiamana ulama panutan mereka ulama Ibnu Taimiyyah dalam Ar Risalah Al ‘Arsyiyah berkata :
“Sesungguhnya Arsy tidak kosong; karena dalil-dalil tentang
bersemayamnya Allah di atas Arsy adalah muhkam (tidak memerlukan takwil
karena kejelasan maknanya), dan hadits tentang turun-Nya Allah muhkam
pula. Sedangkan sifat-sifat Allah Suybhanahu Wa Ta’ala tidak bisa
dikiaskan dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Maka wajib bagi kita untuk
menetapkan nash-nash tentang istiwa (bersemayam) berdasarkan
kedudukannya yang muhkam, begitu pula tentang turunnya Allah. Kita
katakan bahwa Allah bersemayam di atas arsy, Allah juga turun ke langit
dunia. Dia lebih mengetahui tentang bagaimana Dia bersemayam dan
bagaimana Dia turun, sedangkan akal kita sangat terbats, sempit dan hina
untuk mengetahui ilmu Allah Subhanahu Wa Ta’ala.”
Boleh jadi
ketika ulama Ibnu Taimiyyah mengatakan “Sesungguhnya Arsy tidak kosong”
menjawab kebimbangannya ketika beliau memaknai secara
dzahir/harfiah/tertulis/tersurat hadits “Rabb Tabaraka wa Ta’la turun
ke langit dunia pada setiap malam“. Lalu beliau menyatakan “Kita
katakan bahwa Allah bersemayam di atas arsy, Allah juga turun ke langit
dunia. Dia lebih mengetahui tentang bagaimana Dia bersemayam dan
bagaimana Dia turun”
Artinya Ibnu Taimiyyah beri’tiqod bahwa
Allah ta’ala berada atau bertempat di atas ‘Arsy , Arsy tidak kosong
walaupun Allah ta’ala turun ke langit dunia.
Pada hakikatnya
beliau menemukan pertentangan di antara pendapatnya sendiri dikarenakan
memahami dengan makna secara dzahir/harfiah/tertulis/tersurat atau
memahaminya dengan metodologi “terjemahkan saja” dari sudut arti bahasa
(lughot) dan istilah (terminologi) saja
Allah ta’ala berfirman
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al
Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan
yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisaa [4] : 82)
Firman Allah
ta’ala dalam (QS An Nisaa 4 : 82) menjelaskan bahwa dijamin tidak ada
pertentangan di dalam Al Qur’an. Jikalau manusia mendapatkan adanya
pertentangan di dalam Al Qur’an maka pastilah yang salah adalah
pemahamannya.
Dengan arti kata lain segala pendapat atau
pemahaman yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits tanpa bercampur
dengan akal pikiran sendiri atau hawa nafsu maka pastilah tidak ada
pertentangan di dalam pendapat atau pemahamannya.
Syeikh Ahmad
Khatib Al-Minangkabawi, ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam,
khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i
pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 menjelaskan dalam kitab-kitab
beliau seperti ‘al-Khiththah al-Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man qala
Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’, ‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’
bahwa pemahaman Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qoyyim Al Jauziah menyelisihi
pemahaman Imam Mazhab yang empat yang telah diakui dan disepakati oleh
jumhur ulama yang sholeh dari dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin
atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Berikut kutipannya
وقال ايضا ما نصه : واياك ان تصغي الى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن
القيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ الهه هواه واضله الله على علم و ختم على
سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعدالله.
Beliau
(Syaikh Ibnu Hajar) juga berkata ” Maka berhati-hatilah kamu, jangan
kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul
Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya
dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang
atas pandangannya. Maka siapakah yang mampu member petunjuk atas orang
yang telah Allah jauhkan?. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203)
Seharusnya karya-karya ulama Ibnu Taimiyyah telah terkubur sejak lama
karena dilarang untuk dibaca oleh ulama-ulama terdahulu namun entah
mengapa 350 tahun kemudian setelah beliau wafat, karya-karya beliau
sampai dan dipelajari kembali oleh ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dan
menjadikan ulama Ibnu Taimiyyah sebagai panutannya.
Bahkan
dalam beberapa tulisan tentang riwayat ulama Muhammad bin Abdul Wahhab
dikatakan bahwa “Demikian meresapnya pengaruh dan gaya Ibnu Taimiyah
dalam jiwanya, sehingga Muhammad bin ‘Abdul Wahab bagaikan
duplikat(salinan) Ibnu Taimiyah. Khususnya dalam aspek ketauhidan,
seakan-akan semua yang diidam-idamkan oleh Ibnu Taimiyah semasa hidupnya
yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa, semuanya telah
ditebus dengan kejayaan Ibnu ‘Abdul Wahab yang hidup pada abad ke 12
Hijriyah itu”.
Hal yang dikatakan bahwa “ulama Ibnu Taimiyah
semasa hidupnya yang penuh ranjau dan tekanan dari pihak berkuasa”
sebenarnya adalah ulama Ibnu Taimiyyah diadili oleh para qodhi dan para
ulama ahli fiqih dari empat madzhab dan diputuskan hukuman penjara agar
ulama Ibnu Taimiyyah tidak menyebarluaskan kesalahapahamannya dalam
i’tiqod sehingga beliau wafat di penjara.
Langganan:
Postingan (Atom)