[ Prof Dr Nasarudin Umar ]
Tingkatan-tingkatan alam dalam dunia tasawuf iaitu alam mulk, Mitsal
atau alam khayalan, dan alam barzah, yang keseluruhannya ternyata akrab
dengan manusia. Sementara alam malakut yang lebih di kenal dengan
alamnya para malaikat dan jin, merupakan suatu alam yang tingkat
berdekatannya dengan alam puncak lebih utama dari pada alam-alam
sebelumnya.
Namun, alam malakut masih lebih rendah dari alam
diatasnya, seperti jabarrut dan al-a’yan al-Tsabitah. Bermulai dari alam
mitsal sampai alam-alam di atasnya tidak boleh di tangkap panca indera
dasar ataupun fizikal manusia kerana sudah masuk wilayah alam ghaib.
Manusia yang dengan panca indera fizikal hanya mampu
mengobservasi/memasuki secara fizikal alam syahadah mutlak, seperti alam
mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam haiwan, dan sebahagian dari dirinya
sendiri.
Al-Quran mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga
iaitu unsur badan atau jasad, unsur nyawa (nafs), da unsur roh (ruh).
Dalam Al-Quran, nyawa dan ruh berbeza. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan
dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki keduanya, bahkan oleh
seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang membuat para
malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam).
Roh yang merupakan unsur yang ketiga manusia ini menjadi potensi amat
dasyat baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga
inilah yang disebut sebagai ciptaaan khusus (khalqon akhar) di dalam
Alquran.
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu
sari pati yang (berasal) dari tanah. Kemudian, kami jadikan saripati
iaitu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Kemudian, air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian, kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Suci Allah, pencipta Yang paling baik”.(QS al-mukmin
[23]:12-14).
Kata ansya’nahu khalqan akhar dalam ayat di atas,
menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad
dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan riwayat ibnu Abbas yang
menafsirka kata ansya’nahu dengan ja’ala ansya’al ruh fih, atau
penciptaan roh kedalam diri adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut
unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeza
dengan makhluk biologi lainnya.
Unsur ketiga ini merupakan proses
terakhir dan sekaligus penyempurnaan subtansi manusia sebagaimana di
tegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam surah al-Hijr: 28-29.
Setelah pencitaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain termasuk
para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun di
tundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung
kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An’am [6]: 165)
disamping sebagai hamba (QA al Zariat [51]:56).
Meskipun memiliki
unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk
eksistensialis karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya
di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS at-tin
[95]:4), ia tidak mustahil akan turun kederajat paling rendah (asfala
sa-filin)/Qs At-Tin [95]:5), bahkan bisa lebih rendah dari pada binatang
( Qs –al A’raf [7]:179).
Eksistensi kesempurnaan manusia dapat di
capai manakala ia mampu menyinergikan secara seimbang potensi berbagai
kecerdasan yang di milikinya. Seperti orang sering menyebutnya dengan
kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsi EQ), dan kecerdasan ruhani
(SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiyah dan
terukur oleh kekuatan panca indera manusia. Kerana memang unsur manusia
memiliki unsur berlapis-lapis.
Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur Lahut/malakut) yang di
cipta Allah SWT sebagaimana di tegaskan lagi di dalam Alquran,
“kemudian apabila telah aku sempurnakan kejadiannya dan aku tiupkan
roh-Ku kepadanya, tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu para
malaikat itu bersujud semuanya”.(QS Shad[38]:72-73).
para penghuni
alam malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam
ini tidak bisa di akses dengan panca indra atau kekuatan-kekuatan fisik
manusia. Alam ini hanya boleh di akses manusia jika mereka mampu
menggunakan potensi lahut dan malakut yang dimilikinya. Hubungan
interaktif antara para penghuni alam dimungkinkan, mengingat berbagai
alam itu sama-sama ciptaan Allah SWT.
Manusia sebagai makhluk utama
memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika
kita merujuk kepada pendapat Syekh Abdul Qodir Jilani yang membahagi Roh
itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami kemungkinan itu.
Menurut Syekh Abdul Qodir Jailani dalam kitabnya sirr al – asrar, roh
itu memiliki empat tingkatan.
Tingkatan itu adalah roh jasad yang
berinteraksi dengan alam mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam
malakut; roh sultani yang beriteraksi dengan alam jabarut; dan roh al
quds yang berinteraksi alam lahut. Namun perlu diingatkan di sini kita
sebagai hamba tidak boleh menyamakan oleh bayangan keindahan alam-alam
di atas manusia.
Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah
pencarian kita bukan lagi tertuju kepada redho Allah semata. Melainkan
sesudah merasakan unsur-unsur kekeramatan. Semakin tinggi tingkat
pencarian seseorang, semakin tinggi pula unsur yang akan ditempuhinya
sebagaimana disebutkan dalam hadis Qudsi diatas.
“Kerjakanlah semuanya dengan semata-mata kerana Allah SWT.