Dalam kitab ‘Sirr al-Asrar’ yang berisi kumpulan ajaran Syaikh Abdul
Qadir al-Jilani didapati keterangan bahwa pada awalnya manusia dicipta
oleh Allah SWT di alam lâhût (alam dimensi ketuhanan). Manusia awal itu
adalah manusia yang masih berwujud ruh (jiwa) yang sangat murni, yang
disebut rûh al-quds.
Ruh al-Quds dicipta langsung oleh Allah SWT
dan didalamnya terkandung disain serta program-program
(rencana-rencana) Allah, juga sifat-sifat Allah, yang sifatnya sangat
misterius (sirri). Maka Ruh al-Quds disebut juga Sirr (rahasia).
Allah SWT adalah cahaya (QS an-Nûr 24). Ruh al-Quds yang dicipta
langsung oleh Sang Cahaya pun mengandung cahaya yang sangat murni, yang
memiliki tingkat radiasi sangat tinggi.
Dalam kitab itu juga dikatakan bahwa alam memiliki lapis-lapis dimensional yang berbeda:
1. Alam Lâhût, alam dimensi ketuhanan.
2. Alam Jabarût, alam ilmu, ketentuan, rencana dan takdir.
3. Alam Malakût, alam para malaikat, alam ruh, alam enerji.
4. Alam Mulki, alam fisik, alam nyata.
Ketika Rûh al-Quds akan diturunkan dari alam lâhût ke alam jabarût ia
dibalut lebih dulu dengan lapisan Ruh as-Shulthâny. Sebab kalau tidak,
radiasi cahaya Ruh al-Quds yang sangat murni dan teramat kuat itu akan
membakar semua yang ada di alam jabarut. Ruh as-Sulthany adalah mantel
(hijâb) bagi Ruh al-Quds. Ruh as-Shulthany disebut juga dengan Fuâd.
Lalu Ruh al-Quds (Sirr) yang sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany
(Fu’ad) diturunkan ke alam level-3, yaitu alam malakût. Namun alam
malakut lebih materialized daripada alam-alam sebelumnya, dan apa yang
ada di dalamnya akan mudah terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds
meskipun sudah dibalut dengan Ruh as-Sulthany. Oleh sebab itu sebelum
diturunkan ke alam malakut, Ruh al-Quds yang sudah dengan Ruh
as-Sulthany, dibalut lagi dengan Rûh ar-Rûhâny. Ruh lapis ketiga ini
disebut juga Qalbu.
Selanjutnya Ruh al-Quds (Sirr), yang sudah
dibalut dengan Ruh as-Sulthany (Fuad) dan Ruh ar-Ruhaniyah (Qalbu),
diturunkan lagi ke alam level-4 yaitu alam mulki. Inilah alam kosmik
yang sekarang dapat kita lihat secara visual dengan mata kepala kita.
Alam kosmik wujudnya sangat lahiriah dan dapat dikenali secara empirik
(terukur). Namun radiasi cahaya Ruh al-Quds, meski sudah dibalut dengan
dua lapis ruh lainnya, masih terlalu tinggi bagi alam ini. Apa yang ada
di alam mulki dapat terbakar oleh radiasi cahaya Ruh al-Quds. Untuk itu,
sebelum diturunkan ke alam mulki, Ruh al-Quds dibalut lagi dengan lapis
ke-3 yaitu Rûh al-Jismâny yang untuk mudahnya sering disebut dengan Rûh
saja. Untuk lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini.
Alam Rûh (Nafs)
Lâhût Rûh al-Quds - Sirr
Jabarût Rûh as-Sulthany - Fu’ad
Malakût Rûh ar-Rûhâny - Qalbu
Mulki
Rûh al-Jismâny - Rûh
Diri (nafs) kita yang hakiki dalah diri yang berwujud ruh (jiwa).
Tubuh biologis kita hanyalah cangkang atau wadah bagi diri kita yang
sesungghnya, yaitu ruh. Di dalam rûh ada qalbu, di dalam qalbu ada fuâd
dan di dalam fuad ada sirr. Sirr adalah rahasia. Sirr berisi
rahasia-rahasia Allah untuk orang itu berupa sifat-sifat Allah, rencana
dan takdir Allah. Sirr terhubung langsung dengan Allah SWT.
Dikenal pula istilah lubb yang jamaknya albâb. Surat Ali Imran ayat 130
menyebut Uli al-Albâb sebagai individu yang selalu berdzikir, berfikir,
dan beribadah. Apa arti lubb? Kalau kita menebang sebatang pohon, lalu
kita perhatikan penampang potongannya, akan terlihat di bagian tengah
dari batang pohon itu ada bagian yang berwarna kecoklatan. Itulah inti
dari batang pohon tersebut. Arab menyebutnya lubb.
Qalbu adalah
lubb bagi ruh. Intinya ruh adalah qalbu, intinya qalbu adalah fu’ad, dan
intinya fuad adalah sirr. Sirr adalah inti dari segala inti, yang
mengandung rahasia dari segala rahasia, sehingga disebut Sirr al-Asrar
(secret of the secrets).
Banyak orang memahami bahwa hati
(qolbu) itu adalah segumpal daging dalam diri manusia. Pemahaman ini
tidak salah karena didasarkan pada sabda Rosululloh Saw sebagai berikut :
Artinya : “… Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging,
jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati (qolbu) “.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)
Namun pemahaman ini adalah
pemahaman yang sangat mendasar yang diajarkan oleh Rosululloh Saw kepada
umatnya yang pada waktu itu masih kental dengan kejahiliyahan dan tidak
mau menerima sesuatu yang sulit difahami secara akal. Adapun maksudnya
agar umatnya mudah mengerti dan tidak timbul banyak pertanyaan yang
menjadikannya kembali kepada kemusyrikan dan kekufuran.
Menurut
penjelasan K.H. Zainal Abidin Bazul Ashab (Pimpinan Pondok Pesantren
Az-Zainiyyah, Nagrog – Sukabumi) bahasa yang digunakan oleh Rosululloh
Saw dalam hadits di atas merupakan kepiawaian komunikasi artinya yang
dimaksudkan oleh beliau bukanlah hati yang berbentuk segumpal darah itu,
akan tetapi tempat atau mahalnya berada tepat di bagian tersebut.
Qolbu adalah sebuah latifah/titik sensor/dimensi ketuhanan yang tidak
mempunyai bentuk fisik sebagaimana difahami oleh sebagian kita. Untuk
membuktikan bahwa qolbu itu bukanlah daging hati, kita bisa melihat dan
menyaksikan seekor ayam atau kambing yang kita potong kemudian kita
bedah perutnya maka kita akan menemukan pada hewan tersebut segumpal
daging yang disebut daging hati, tapi pernahkah setelah kita cari
kemudian kita temukan di dalam perut hewan yang sudah dibedah tersebut
ada daging qolbu.
Kemudian kita pergi ke sebuah warung makan
atau restoran lalu kita bertanya apakah disana ada sop daging hati atau
goreng daging hati, maka pasti di salah satu warung makan atau restoran
itu ada dan disediakan menu makanan dengan lauk sop atau goring daging
hati. Tapi coba kita tanyakan apakah disana ada sop atau goring daging
qolbu, maka jawabannya pasti tidak ada karena qolbu tidak
diperjualbelikan dan bukan untuk dimakan dan bukan pula berbentuk
segumpal daging.
Daging hati yang berbentuk segumpal daging itu
dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu. Adapun qolbu menurut Imam
Al-Ghozali r.a adalah ruh, akal atau nafsu.
APA ITU RUH ?
Firman Alloh Swt dalam surah Al-Israa ayat 85 :
Artinya : dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit".
Dalam kitab sirrurl asror karya Syekh Abdul
Qodir Al-Jailani dikemukakan sebagai berikut : Makhluk yang pertama kali
diciptakan oleh Alloh Swt adalah ruh, ruh siapa? Ruh Muhammad Saw.
Sebagaimana telah Alloh firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh
Muhammad dari cahaya-Ku”.
Ruh adalah hakikat Muhammad dan
hakikat Muhammad disebut nur kenapa disebut nur ? karena bersih dari
segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk
pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku
dari Alloh dan makhluk lain dari aku”.
Dari ruh Muhammad inilah
Alloh menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000
tahun dari penciptaan ruh Muhammad). Kemudian ruh-ruh tersebut
diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang
terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Alloh dari bumi yang
tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah
diwujudkan jasad itu maka Alloh menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad,
dan sebagai barang titipan pastinya Alloh akan mengambil kembali
titipannya itu. Ketahuilah ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri
asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Alloh
bertanya kepada semua ruh : “Alastu birobbikum?” (Bukankah Aku ini
Tuhanmu sekalian?) Ruh-ruh menjawab : “Benar, Engkau adalah Tuhan kami”.
(Al-‘A’raf 172). Tapi sayang banyak ruh yang lupa dengan perjanjian
awalnya terhadap Alloh Swt, sehingga mereka terlena dan betah tinggal di
dalam jasad sebagai tempat terendah bagi mereka.
Ruh-ruh yang
setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap
berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi.
Namun sangat sedikit orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau
kembali ke negeri asalnya. Oleh karena itu Alloh melimpahkan kenabian
kepada ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka.
Nabi mengajak mereka agar kembali dan sampai serta bertemu dengan Alloh
Swt.
Tapi sebagai manusia biasa Nabi memiliki keterbatasan waktu
di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Alloh
mewariskan tugas ini kepada para ulama yang sholih yang sudah mencapai
kesucian ruh dan telah Alloh berikan bashiroh (pandangan yang jelas)
kepadanya. Siapa mereka? Mereka adalah para wali Alloh.
Para
wali Alloh sebagai ahli bashiroh telah dibukakan mata hatinya untuk
mengetahui jalan menuju Alloh, mereka itulah yang disebut ahli ruhani.
Ruh terbagi ke dalam 4 bagian :
(1) Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yang berada di alam lahut
atau alam ma’rifat atau alam tertinggi. Ruh ini adalah hakikat manusia
yang disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan
taubat dan talqin kalimat “Laa Ilaaha Illalloh”. Ruh ini dinamakan oleh
ahli Tashowuf sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani). Ruh inilah yang
senantiasa akan mampu berhubungan dengan Alloh Swt sedangkan badan atau
jasmani ini bukan mahromnya bagi Alloh. Ruh Al-Qudsi telah Alloh
tempatkan di dalam rasa (sirri). Alatnya adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu
tauhid. Amalannya adalah mudawamah nama-nama Tauhid dengan lisan sir
tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yang mampu melihat/menelitinya
kecuali Alloh. Adapun keuntungannya yaitu keluarnya tiflul ma’ani,
musyahadah serta terarah dan melihat kepada zat Alloh dalam
keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.
(2)
Ruh Sulthoni, adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam
jabarut. Tempat ruh ini adalah fuad (mata hati). Alatnya adalah
ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Alloh dengan lisan dan hati
(qolbu). Adapun keuntungan pengolahan dari ruh sultani adalah melihat
pantulan “Jamalillah” (keindahan Alloh). Tempatnya adalah di sorga
ketiga yaitu sorga firdaus.
(3) Ruh Sairani Rawani (ruh ruhani),
adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut.
Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin
tanpa suara dan huruf, hasilnya adalah ma’rifat kepada Alloh Swt, ilmu
bathin, memperoleh ketenangan did lam bergaul, hidupnya hati dan
musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan sorga dan ahlinya dan
malaikat-malaikatnya). Tempatnya di akhirat adalah sorga tingkat ke dua
yaitu sorga na’im.
(4) Ruh Jismani, adalah ruh yang memiliki
lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh
jismani Alloh telah tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah
tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yang zahir. Alat untuk
mengolah ruh ini adalah syari’at, hasilnya adalah wilayah (pertolongan
Alloh), mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Alloh), dan
musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Alloh) begitupula karomatul
kauniyah pada martabat kewalian seperti ; berjalan di atas air, terbang
di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, melihat rahasia badan
dsb. Keuntungan di akhirat akan ditempatkan di sorga ma’wa.
Setiap ruh itu mempunyai hanut (tempat) di daerah keberadaannya, dan
bekal/alat pengolahannya dan keuntungan/hasil pengolahannya dan cara
pengolahannya yang tidak pernah sia-sia yang diketahui secara tertutup
(rahasia) maupun secara terbuka. oleh karena itu wajib bagi setiap
manusia untuk mengetahui cara mengolah dirinya, sebab apa yang dilakukan
di muka bumi ini akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari
kiamat.
Tujuan utama didatangkannya manusia kea lam terendah
adalah agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Alloh dan
mencapai darajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan
menggunakan hati (qolbu) dan jasad. Maka perlu ditanamkan bibit tauhid
di lading hati agar tumbuh menjadi pohon tauhid yang akarnya tertanam di
dalam rasa dan menghasilkan buah tauhid untuk mencapai ridho Alloh Swt.
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.
APA ITU AKAL ?
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah otak, sehingga kalau
kita berkata kepada orang lain “gunakan akalmu!” maka kita akan menunjuk
dan mengarahkannya kepada kepala kita sebagai isyarat bahwa tempatnya
akal disana. Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak
keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara
fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepa ini. Tapi meskipun
demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan.
Semoga Alloh
senantiasa menjaga kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman
yang mendalam akan akal ini sehingga kita tahu sebenarnya akal itu apa.
Sulit saudaraku untuk yakin dan beriman dengan menggunakan otak kita
ini, otak ini selalu menuntut bukti nyata, alasan dan sebab yang benar
menurutnya. Dengan selalu menggunakan otak dan menuntut segala
sesuatunya harus rasional akhirnya kita tidak bisa beriman secara
betul-betul akan tetapi malah bermain-main dalam keimanan. Seperti dalam
melaksanakan sholat, perhatikanlah firman Alloh berikut :
Artinya : “dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sholat,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. yang demikian itu
adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan
akal”. (Al-Maaidah ayat 58)
Akal adalah alat untuk berfikir dan
memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah maupun quraniyah. Tapi
berfikir dengan akal tidak seperti berfikir dengan otak, berfikir dengan
akal itu akan berujung dengan satu kesimpulan : “robbana maa kholaqta
hadza baathila” tidak ada sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu
sia-sia. Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir
dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus
meningkat.
Sekarang kita buktikan bahwa akal bukanlah otak,
pernahkah anda makan goring atau pepes ikan mas ? ketika kita makan
dibagian kepalanya akan terdapat yang disebut otak ikan. Tapi sekarang
adakah di kepala ikan itu akal, maka pasti tidak ada karena akal bukan
di kepala dan akal bukan otak. Kalau akal diartikan otak seperti yang
ada di kepala ikan maka berarti ikan juga punya akal. Jadi jelas bahwa
akal bukanlah otak dan otak bukanlah akal. Akal itu adalah qolbu,
sebagaimana Alloh firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :
Artinya :
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan
bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang Dia menyaksikannya”.
Dalam ayat di atas Alloh menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal.
APA ITU NAFSU ?
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada
tabi’at badaniyah/biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik
atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman
Alloh surah At-Takwir ayat 7 :
Artinya : “dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)”.
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi
Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah
“marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :
(1) Nafsu Amaroh
Nafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi
(2) Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua
jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Laum artinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr artinya menipu
4. Al-Ujb artinya bangga diri
5. Al-Ghibah artinya mengupat
6. Ar-Riya’ artinya pamer amal
7. Az-Zulm artinya zalim
8. Al-Kidzb artinya dusta
9. Al-ghoflah artinya lupa
(3) Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah artinya murah hati
2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup
3. Al-Hilm artinya murah hati
4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati
5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh
6. As-Shobr artinya sabar
7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab
(4) Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya
dua jari dari samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya
sebagai berikut :
1. Al-Juud artinya dermawan
2. At-tawakkul artinya berserah diri
3. Al-Ibadah artinya ibadah
4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho artinya rido
6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan
(5) Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia,
tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun
pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Karom artinya
2. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
3. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
4. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
5. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
6. Al-Wafa’ artinya tepat janji
(6) Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya
dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun
pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
2. Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Alloh
3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim
ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian
kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan
jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
(7) Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar,
tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai
berikut :
1. Ilmu Al’Yaqiin
2. Ainul Yaqiin
3. Haqqul Yaqiin
QOLBU = RUH = AKAL = NAFSU
Kenapa dikatakan demikian, karena memang benar seperti itu adanya.
Mari kita lihat bersama apabila ada di hadapan kita sosok mayat. Apabila
saya tanyakan, mayat ini sudah tidak ada apanya : qolbunya, ruhnya,
akalnya atau nafsunya. maka pasti jawabannya : “semuanya”.
Tidak
salah apabila ada yang mengatakan qolbunya yang tidak ada, karena
ketika seseorang meninggal maka qolbunya yang selalu menjadi sumber
perasa ketika masih hidup seperti ; sedih, senang, tentram, menyesal,
marah maka setelah meninggal perasaan di mayat itu hilang, dia tidak
merasakan apa-apa lagi.
Tidak salah juga kalau orang berkata
ruhnya yang tidak ada, karena ruh adalah nyawa bagi mayat itu. Setelah
ruhnya tidak ada maka mayat itu tidak bernyawa lagi, tidak bernafas lagi
tidak berdetak lagi jantungnya serta nadinyapun tidak berdenyut lagi.
Apabila ada yang mengatakan akalnya yang tidak ada, maka ini juga
betul karena setelah meninggalnya seseorang maka mayat orang tersebut
tidak akan berfikir lagi dan tidak akan faham lagi dengan ilmu-ilmu yang
dulu pernah dipelajarinya selagi hidup.
Terakhir jika dikatakan
yang tidak ada itu nafsunya, maka ini pun betul. Karena nafsu itu
adalah unsur dalam jiwa orang yang masih hidup yang memiliki
keinginan-keinginan baik maupun buruk. Dengan demikian setelah menjadi
mayat maka tidak ada lagi pada mayat itu nafsunya sehingga dia tidak
memiliki keinginan apapun.
Sekarang dapat kita simpulkan kalau
semua jawaban tersebut adalah benar, maka berarti keempat nama yang
berbeda itu adalah satu, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Imam
Al-Ghozali r.a : qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un
wahidun).