SEJARAH SINGKAT KEKHALIFAHAN
UMAR BIN KHATTAB
"Ya
Allah...buatlah Islam ini kuat dengan masuknya salah satu dari kedua
orang ini. Amr bin Hisham atau Umar bin Khattab." Salah satu dari doa
Rasulullah pada saat Islam masih dalam tahap awal penyebaran dan masih
lemah. Doa itu segera dikabulkan oleh Allah. Allah memilih Umar bin
Khattab sebagai salah satu pilar kekuatan islam, sedangkan Amr bin
Hisham meninggal sebagai Abu Jahal.
Umar
bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw.
Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi
besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya,
jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat
kemerah-merahan.
Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah Abu Bakar As Siddiq.
Nasabnya
adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin
Abdullah bin Qarth bin Razah bin 'Adiy bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya Ka'ab. Antara
beliau dengan Nabi selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Hantamah binti
Hasyim bin al-Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah memberi beliau
"kun-yah" Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang
paling tua; dan memberi "laqab" (julukan) al Faruq.
Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum
masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras
permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek
moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya
dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau
masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas
cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara
sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi
membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan
kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah
syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau
mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an
bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu
dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan
bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah
terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat
jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka
beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian
pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud
membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin
Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu
berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin
Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata,
"Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu
membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu
melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki
tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai
Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama
yang kamu yakini."
Kemudian
dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat
Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab
datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan
menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin
Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa."
Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama
nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika
kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar
ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan
berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam
yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah
mengalir pada iparnya.
Umar
bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku
ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor.
Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah
terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang
ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji
dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala
Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari
persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu,
wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah
pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab
atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah
rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju
rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang
melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu
rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul.
Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab,
'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya.
Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi
kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan
pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata
kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah,
muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya
Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika
itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di
rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah
orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami
senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
Umar
bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh
tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin
mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar
sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara
pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan
dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin
serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu
lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah
kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk
segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang
oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah
engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar,
sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah
meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
Setelah
mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu
di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang
mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar
dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia
segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi
lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
Mendengar
jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh
dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran
darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah,
maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai
Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku
bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”
Melihat
keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan
dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran
tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis,
dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah
bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh
mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah
mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca :
Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah
nama-nama yang indah nan suci”
“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.
Mendengar
ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya
berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah
SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :
“Ya
Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih
Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah
SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.
Umar
bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana
dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya
mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang
dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan
merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:
“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar
?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita
sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan
pedangnya sendiri”.
Rasulullah
SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera
menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah
SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras,
seraya berkata :
“Engkau
wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah
diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah
?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan
Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian
Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di
dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.
Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman
beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan
Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan
selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan
ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran,
menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang
paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah
Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan
Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh
besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa
kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil
menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat,
Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam
masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah,
penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin
Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam
menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran
Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil
memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga,
dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan
Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang
maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam
menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam
tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan
Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran
Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah.
Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637,
terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641,
seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya
itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran
Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir
kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644,
sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini
tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka
dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus
dengan pasukan menyeberang Afrika Utara.
Selain
pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah
ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata,
”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang
satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang
lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu
mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab
menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan
konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf,
menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas
negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah
tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk
lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat
penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan
hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali
cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai
dan juga konsep yang lainnya.
Namun
dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru
beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk
mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah
berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat
dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit,
padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung
ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.”
Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada
anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut
diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah
yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau
berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum
muslimin kenyang memakannya…
Tidak
diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang
arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan
ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga
kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara.
Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu
bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan
dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap
rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar
bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat.
Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan
pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha
Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah
bin Ubaidilah, Zubair binl Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman
bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan
berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati.
Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan
melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah
ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Kekhalifahan Umar bin Khattab
Pada
hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar sibuk bertanya pada
banyak orang."Bagaimana pendapatmu tentang Umar?" Hampir semua orang
menyebut Umar adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik.
Setelah itu, Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat
bahwa penggantinya kelak adalah Umar.
Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat itu.
Pada
tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi
khalifah. Jika orang-orang menyebut Abu Bakar sebagai "Khalifatur-
Rasul", kini mereka memanggil Umar "Amirul Mukminin" (Pemimpin orang
mukmin). Umar masuk Islam sekitar tahun 6 Hijriah. Saat itu, ia berniat
membunuh Muhammad namun tersentuh hati ketika mendengar adiknya,Fatimah,
melantunkan ayat Quran.
Selama
di Madinah, Umarlah –bersama Hamzah-yang paling ditakuti orang-orang
Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah,
ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara terang-terangan. Ia
menantang siapapun agar menyusulnya bila ingin "ibunya meratapi,
istrinya jadi janda, dan anaknya menangis kehilangan."
Kini
ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam tengah
bertempur sengit di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak
memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia yang
sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan
yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.
Di
Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu dan
kecerdikan serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim
bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi
terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi
-baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas.
Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu.
Panglima
Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya "Jirri Tudur"–
ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk
berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena
sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar. Ketika
berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang
motivasinya berperang serta tentang Islam.
Mendengar
jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim,
Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas,
sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid.
Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam
mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat
meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan.
Umar
kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima
Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan
Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima
keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar," katanya. Ia terus
membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai.
Dengan menggunakan "tangga manusia", pasukan Khalid berhasil menembus
benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke
Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad
dikuasai Romawi.
Penguasa
Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu
pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia
menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka
Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil
mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar
dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia
hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan
serta air.
Kesederhanaan
Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum
GerejaSyria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap kedatangan Islam.
Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang diakui kerajaan
hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah
Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash
dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Ke
wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon –pusat
kerajaan Persia,pada 637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke Madinah, dan
dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar, Abdullah anak Umar, serta
Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal Ali Abidin
-Imam besar Syiah.
Dengan
demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari
ayah, serta darah raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan
mengapa warga Iran menganut aliran Syiah. Dari Persia, Islam kemudian
menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan
ke timur ke wilayah Afghanistan sekarang.
Banyak
Sekali Sifat-sifat teladan yang patut kita contoh dari Seorang Umar Bin
Khatab, Salah satunya adalah, Suatu ketika Umar bin Khattab sedang
berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan
Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid ,
sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia melanjutkan.
"Sesungguhnya
seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa
lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk
kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah.
Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas
yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk
membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu
sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus
diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal."
Selesai
khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya
berkata; "Ya Amiirul Muminin, saya datang dari Mesir dengan menembus
padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang curam.
Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan Tuan."
"Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku," ujar Umar.
"Saya
telah dihina di hadapan orang banyak oleh Amr bin Ash, gubernur Mesir.
Dan sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama."
"Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?" tanya khalifah Umar ragu-ragu.
"Ya Amiirul Muminin, benar adanya."
"Baiklah,
kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas. Tetapi, engkau
harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada Amr aku berikan dua
orang pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat
melaksanakan balasan dengan memukulnya 40 kali."
"Baik
ya Amiirul Muminin. Akan saya laksanakan semua itu," jawab orang itu
seraya berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui gubernur
Mesir Amr bin Ash.
Ketika
sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya. "Ya Amr,
sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan
untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk
bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk
menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar
telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum."
"Apakah kamu akan menuntut gubernur?" tanya salah seorang yang hadir.
"Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia," jawab lelaki itu tegas.
"Tetapi, dia kan gubernur kita?"
"Seandainya yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan menuntutnya."
"Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri."
Maka banyaklah yang berdiri.
"Apakah kamu akan memukul gubernur?" tanya mereka.
"Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali."
"Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu."
"Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu," jawabnya .
"Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau jadi penggantinya," bujuk mereka.
"Saya tidak suka pengganti."
"Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun."
"Demi
Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela
pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum,"
ujarnya seraya meninggalkan tempat.
Amr
binAsh serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu. Ia
menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia
selamat di dunia.
"Ini
rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu," kata gubernur Amr bin Ash sambil
membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan.
"Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari hukuman ini?" tanya lelaki itu.
"Tidak, jalankan saja keinginanmu itu," jawab gubernur.
"Tidak,
sekarang aku memaafkanmu," kata lelaki itu seraya memeluk gubernur
Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.
Umar
wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat subuh, seorang
asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau beracun.
Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus sendiri juga tewas. Banyak
dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini adalah
pembunuhan pertama seorang muslim oleh muslim lainnya.
Umar
bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani
berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk
pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan
harta pampas an perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat
mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan
catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat
tarawih berjamaah.
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada
hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau
ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang
bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia
mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di
samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63
tahun.