Laman

Senin, 07 Mei 2018

KETIKA PENGLIHATAN DISINGKAPKAN.


Tadi malam temanku datang dan menceritakan kisahnya, “ Setelah sholat magrib saya duduk dzikir meditasi tidak bisa lama karena ada undangan kenduri/tahlilan di tetangga, sebelum dzikir selesai cakra mahkota di kepala terbuka cahaya ilahi masuk lewat ubun-ubun lalu turun ke bawah dari kening cahaya tersebut memancar keluar, sehingga yang kulihat adalah terang benderang.
Setelah selesai dzikir sayapun berangkat ke rumah tetangga yang punya hajat selamatan, ternyata sudah datang semuanya, kemudian saya salami satu-persatu lalu sayapun duduk. Ketika acara tahlil dimulai ada yang aneh, kulihat orang di depanku berubah menjadi hitam kotor, khawatir hanya gangguan penglihatanku, lalu kulihat-satu-persatu orang yang hadir, ternyata wajahnya berubah semuanya.
Ada empat orang mereka lulusan pesantren sebagaian ada yang menjadi takmir masjid, ada yang mempunyai musholla, mereka suka memimpin tahlil dan ngisi ceramah, tapi wajahnya mereka sangat kotor seperti orang yang tidak pernah mandi.
Lalu kulihat lagi di sekelilingku ada dua orang yang wujudnya sangat hitam jelek seperti orang gembel, kedua orang ini prilakunya sehari-hari main judi dan suka mabuk-mabukkan. Di antara tujuh puluh orang undangan yang kelihatan agak bersih dan ngganteng adalah di samping kiriku, dia dulu waktu mudanya suka mabuk-mabukan, setelah menikah berubah drastis dan rajin beribadah. Tolong anda jelaskan apakah yang saya alami hal tersebut...?”
Lalu sayapun menjelaskan, “ Apa yang kamu alami dna kamu lihat itu benar, ketika sebelum berangkat selamatan, kamu dalam kondisi dzikir lalu cahaya ilahi masuk ke dalam kepalamu dan turun kemudian keluar memancar di cakra ajna yaitu di kening, sehingga oleh Allah kamu dibukakan dan disingkapkan hakekat jiwa manusia.
Hakekat jiwa seseorang itu tergantung prilaku dan sifat-sifatnya/akhlaknya, jika mereka selalu mengikuti hawa nafsunya dan sifat-sifat yang negatif dalam dirinya maka wujudnya akan berubah menjadi jelek hitam seperti orang yang kotor tidak pernah mandi. Jika prilaku mereka semakin parah, maka wujudnya bisa berubah seperti hewan sesuai prilakunya masing-masing.
Jika prilaku dan sifat manusia itu baik dan akhlaknya terpuji serta rajin beribadah, maka wujud jiwanya akan bercahaya, walaupun fisiknya tidak ganteng, tapi wujud jiwanya akan ganteng bercahaya dan menyenangkan.”
“ Tapi mengapa empat orang yang ngajinya pintar sekali, pandai berceramah dan ahli agama , ibadahnya rajin wujud jiwanya juga kotor dan jelek...?” tanya temanku.
Sayapun menjawab, “ Walaupun seseorang rajin beribadah pandai mengaji, tetapi ibadahnya tidak masuk dan merubah sifat-sifat negatif dalam jiwanya, maka sholatnya hanya sebatas olah gerak, ngajinya hanya sebatas kulit, dzikirnya hanya sebatas olah suara. Tidak masuk ke dalam jiwa dan merubah sifat-sifat negatif dalam dirinya, coba kamu perhatikan mereka itu sifatnya dalam kehidupan sehari-harti kamu akan faham dengan sendirinya.
Makanya jangan mudah terjebak dengan penampilan, memakai surban, jubahnya panjang, tasbihnya besar-besar, kalau berbicara sangat fasih, ternyata semua itu hanya sebatas kulit dan aksoseris, maka jiwanyapun tidak bercahaya.”
Temanku bertanya kembali, “ waktu terbukanya hijab aku sempat bingung karena tidak bisa kututup, kubacakan sholawat nuril anwar masih tetap juga, bagaimana cara menutup kembali hal itu...?”
Sayapun menjawab, “ Jika kamu melihat penampakan lalu ingin menutup lagi, maka cukup kamu baca basamalah dengan niat menutup dan usaplah keningmu, maka cakra ajna di keningmu akan menutup kembali. Jika kamu membaca sholawat nuril anwar, maka penglihatanmu akan smeakin tajam dan jelas. Yang kamu alami itu bukan terbukanya mata ghaib, melainkan mukasyafah, tersingkap hijab/penghalang pandangan kita, sehingga kamu bisa melihat dari wujud jiwanya.
Malam jumat kemarin waktu kita duduk dzikir bersama, penglihatanmu juga disingkapkan dan kamu bisa melihat jiwa-jiwa teman kita yang berlatih tazkiyatun nafs (membersihkan Jiwa) kamu melihat jiwa-jiwa yang bersih dan bercahaya. Nah maka pada waktu kamu menghadiri selamatan, pandanganmu disingkapkan dan bisa melihat jiwa-jiwa yang tidak melakukan tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa).
Hikmah yang kamu alami itu adalah bahwasanya jiwa seseorang itu hakekat wujudnya tergantung sifat dan prilakunya. Jika dalam sehari-hari kita selalu mengikuti hati nurani atau sejatidiri, maka jiwa kita akan semakin bercahaya semakin lama semakin terang cahayanya sesuai tingkatan ruhaniahnya.
Jika kita dalam sehari-hari mengikuti hawa nafsu, maka semakin lama jiwa kita semakin redup, semakin gelap dan semakin gelap, bahkan bisa berwujud hewan secara maknawi.”
فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
“Maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (Qs. Al-Qof :22)



KECANTIKAN JIWA


Ada seorang mak-mak muda bertanya, “ Mas, beberapa hari lalu pas dzikiran saya kok diperlihatkan pocong (mayat org yang sudah dibungkus kafan) dan cacing tanah. Pocongnya kainnya sudah tidak putih lagi sudah campur dengan tanah liat, sebagian wajahnya sudah membusuk. Saya dzikiran sambil kuat-kuatin hati... Itu mungkin sekadar simbol tapi tetap menyeramkan maknanya apa ya?
Sayapun menjawab, “ Mayat yang membusuk dan cacing, itu artinya jangan terlalu mempercantik jasad melampui batas dan mengeluarkan uang yang berlebihan, padahal ketika meninggal dunia nanti jasad kita membusuk dimakan cacing.”
Sayapun ganti bertanya, “ Hayo ikut perawatan apa sampean...? jangan kejebak produk iklan yang aneh-aneh.”
Diapun menjawab, “Iya sih mas, sempat galau karena banyak jerawat, emang ada niat kepingin perawatan, kok pas ya ngasih simbolnya.”
Sekarang ini mak-mak berlomba-lomba untuk mempercantik diri dengan berbagai produk kecantikan, agar tubuh semakin putih, wajah semakin cantik. Itu adalah kodrat alami bagi mak-mak, tapi jangan lupa kecantikan itu tidak harus dari luar, tapi dari dalam jiwa pakai saja produk wudhu, sholat tahajud, menjaga hati dari sifat-sifat negatif, dzikir atau meditasi.
Orang-orang yang istiqomah memakai produk di atas, maka auranya akan sangat ndah sekali, wajahnya menyebarkan cahaya kedamaian dan ketenangan.
“Wajah (orang-orang beriman) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat.” (QS. Al-Qiyâmah: 23).

SEDIKIT SEKALI YANG MENJADI MANUSIA.


Dalam suatu majlis taklim seorang Kiyai menjelaskan kepada para santrinya, “ jadilah kalian manusia jangan menjadi hewan, karena kalian diciptakan dan lahir menjadi manusia, maka berprilakulah menjadi manusia secara utuh.”
“ Guru...! secara hekekat banyak manakah wujud manusia yang berwujud hewan dengan manusia yang memang benar-benar manusia...?” Tanya seorang santrinya.
Lalu Kiyai tersebut mengambil segenggam debu dan berkata, “ Sekarang banyak manakah debu yang saya genggam dengan debu yang kita injak...?”
“ Banyak debu yang kita injak.” Jawab para santri dengan serentak.
Kemudian Sang kiyai tersebut menjelaskan, “ Begitu juga walaupun jumlah manusia sekarang ini milyaran, akan tetapi sedikit sekali manusia yang benar-benar secara hakekat wujudnya adalah manusia.”
“ Guru...! Kenapa manusia banyak secara hakekat wujudnya menjadi hewan, apakah salah mereka...?” Tanya salah seorang santri.
Kiyai tersebut menjawab, “ Orang-orang yang hidupnya selalu mengikuti hawa nafsunya, maka hakekat dirinya akan berubah menjadi wujud hewan.
Jika seseorang suka berbuat dosa besar dan sering melanggar perintah Allah, maka secara hakekat wujudnya orang tersebut adalah seekor babi.
Jika seseorang suka korupsi, maka secara hakekat wujudnya adalah seekor tikus.
Jika seseorang pamer dan membanggakan dirinya karena kekayaan dan harta yang dimilikinya, maka secara hakekat orang tersebut adalah buruk merak.
Jika seseorang kalau bicara suka menyakiti orang lain dan tidak bisa menjaga lidahnya, maka secara hakekat orang tersebut adalah menjadi binatang yang berbisa seperti kalajengking, ular, kelabang.
Jika seseorang suka menipu orang lain dengan berbagai cara untuk meraih keuntungan, maka secara hakekat dia adalah seekor kelinci.
Jika seseorang diajak kemana saja mau, diajak kebaikan mau dan diajak menuju kejelekan ikut, maka secara hakekat dia adalah kambing.
Jika seseorang jika berkata suka dusta, jika berjanji suka mengingkari, jika diberi amanat dia khianat, maka secara hakekat dia adalah seekor bunglon.
Jika seseorang yang suka mampir dan masuk ke tempat-tempat maksiat dan penuh dosa, maka secara hakekat dia adalah lalat.
Jika seseorang suka menilai orang lain negatif dan selalu menjelek-jelekan orang lain, maka secara hakekat dia adalah anjing.
Jika seseorang yang hidupnya tidak punya rasa malu, maka secara hakekat dia menjadi ikan yang tidak bersisik.
Jika seseorang suka menjadi isteri simpanan pejabat atau orang lain, maka secara hakekat dia adalah burung yang dijadikan peliharaan dan perlombaan.
Jika seseorang yang selalu membantah dan menentang nasehat gurunya, maka secara hakekat dia adalah seekor bebek.
Masih banyak lagi, jika kita bahas isi kebun binatang tidak bakalan habis, yang saya sebutkan di atas adalah contoh-contoh perilaku manusia yang menyebabkan secara hakekat wujudnya menjadi hewan.”
“ Guru....! Ternyata sangat mengerikan sekali, jika saya amati semua sifat itu ada di dalam diri saya semuanya, wah berarti saya adalah kebun binatang. Lalu bagaimana agar kita tidak menjadi hewan ...?” Tanya murid sambil ketakutan.
Lalu Kiyai tersebut menjawab, “ Anak-anakku, jika kalian ingin menjadi manusia secara dohir dan bathin, maka setiap kamu melakukan apa saja, ikutilah hati nuranimu/sejatidirimu maka kamu akan menjadi manusia secara utuh. Akan tetapi jika kamu mengikuti hawa nafsumu, maka kamu akan menjadi hewan walaupun wujudmu adalah manusia.”
“ Kita dilahirkan menjadi manusia, maka ketika mati maka harus menjadi manusia.”

MEMBUKA RAHASIA ENERGI DZIKIR

Narasumber : Habib Huda - Semarang

Tanpa disadari oleh para pelaku dzikir pada umumnya, ternyata bacaan-bacaan dzikir merupakan simpul energi positif alam yg berbeda tingkat kepadatan/potensial energi pd tiap-tiap bacaannya. Dengan berdzikir membuat energi positif alam tertarik & menempel di jiwa-raga si pelaku dzikir. Berikut ini tingkatan potensial energi tiap bacaan dzikir, warna aura energinya, manfaatnya & sebab-sebab tdk masuknya energi dzikir...

1. Rahasia energi bacaan dzikir istigfar " astagfirullahaladzim " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)1 dgn warna/aura energi biru muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura biru muda menyala. Manfaatnya utk relaxasi saraf terhalus tubuh spy tdk tegang sehingga tdk menimbulkan gangguan psikis spt mdh marah/emosi. Energi dzikir istigfar tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg bersifat egois, keras kepala & sikap fanatik apapun (SARA + PARPOL).

2. Rahasia energi bacaan dzikir tasbih " subhanallah " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)2 dgn warna/aura energi hijau muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura hijau muda menyala. Manfaatnya utk menjaga agar tubuh selalu dlm kondisi sehat. Energi dzikir tasbih tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg memakan makanan yg kotor spt jeroan iso babat, yg dibeli dgn harta haram, yg dibeli dgn harta samar-samar spt uang tip & org yg kecanduan spt rokok/alkohol/narkoba..!

3. Rahasia energi bacaan dzikir tahmid " alhamdulillah " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)3 dgn warna/aura energi merah muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura merah muda menyala. Manfaatnya utk menjaga kesehatan fungsi hati & limpa. Energi dzikir tahmid tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg sedang mengalami gangguan psikis spt sakit hati/sedih, patah hati/kecewa, dendam & bg mereka yg hobi makan pedas !

4. Rahasia energi bacaan dzikir " 99 asmaul husna " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)4 dgn warna/aura energi emas muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura emas muda menyala. Manfaatnya utk menjaga kesehatan/stamina tulang & otot. Energi dzikir ini tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg berfisik lemah (stamina ngedrop) akibat kebiasaan hidup & kebiasaan makan/minum yg kurang baik buat kesehatan !

5. Rahasia energi bacaan dzikir sholawat " apapun jenis bacaan sholawatnya " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)5 dgn warna/aura energi kuning muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura kuning muda menyala. Manfaatnya utk menjaga kesehatan seluruh sistem saraf tubuh. Energi dzikir sholawat tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg kecanduan kopi + hobi begadang !

6. Rahasia energi bacaan dzikir hauqolah " laa haula walaa quwwata illaa billaah.." jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)6 dgn warna/aura energi ungu muda. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura ungu muda menyala. Manfaatnya untuk menstabilkan denyut jantung spy selalu dibatas kecepatan normal. Energi dzikir hauqolah tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg sering melanggar aturan agama, aturan masyarakat & aturan negara !

7. Rahasia energi dzikir tahlil " laailaha illallaah " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)7 dgn warna/aura putih. Jk sdh memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura putih terang. Manfaatnya utk menjaga kestabilan suhu tulang. Energi dzikir tahlil tdk dpt masuk di jiwa-raga mereka yg mempunyai rasa takut berlebihan & bg mereka yg hobi minum dingin siang-malam !

8. Rahasia energi bacaan dzikir takbir " allahu akbar " jk dibaca berulang dgn penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)8 dgn warna/aura energi oranye. Jk sdh memadat dijiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura oranye terang. Manfaatnya utk menjaga aliran darah spy tdk ada penyumbatan & penggumpalan. Energi dzikir takbir tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg hobi makan tanpa aturan waktu & bg mereka yg bersikap kasar/radikal !

9. Rahasia energi bacaan dzikir basmalah " bismillahirrohmanirrohim " jk dibaca berulang dengan penghayatan yg baik akan menarik energi positif alam (+)9 dgn warna/aura energi terang. Jk sudah memadat di jiwa-raga si pelaku dzikir akan beraura terang listrik. Manfaatnya utk menjaga seluruh anggota tubuh agar supaya tdk terradiasi oleh segala macam bentuk energi negatif yg berasal dr luar tubuh. Energi dzikir basmalah tdk bs masuk di jiwa-raga mereka yg super ego (keras hati+keras kepala), super pemalu & super cuex (individualis) !

10. Rahasia energi bacaan dzikir online " allah, allah, allah..tanpa berhenti sedetikpun " dzikir ini mendatangkan energi positif alam (+)10 yg tdk berwarna/beraura energi (hy bening/jernih). Hanya manusia yg beriman dihati & diakalnya sj yg mampu melakukan dzikir online. Otak sbg pusat pengendali kesadaran denyut nadi sehingga manusia yg beriman dihati & diakalnya dlm mengingat-Nya itu sebanding dgn jumlah denyut nadinya sendiri, meskipun ia tdk berdzikir lisan & meskipun ia dlm kondisi tdk sadar/tertidur ( DERAJAT WALIYULLAH) !

Ilmu pengetahuan Alam dan Kesamaannya dalam ilmu sufi falsafi.


Di alam semesta yang kita tempati ini kita hidup di sebuah planet yang kita namakan bumi, bumi beserta planet lainnya mengitari matahari yang dinamakan tatasurya. Tatasurya kita berada di galaksi bimasakti, dan bima sakti adalah salah satu dari milyaran galaksi didalam cluster galaksi, dan cluster galaksi berada didalam supercluster yang hingga sampai pada alam semesta teramati, bumi kita bagaikan debu di angkasa raya ini.
Dahulu Albert einstein mencetuskan teori relativitas umum, einstein meyakini alam semesta berperilaku teratur seperti yang diamati dikarenakan mematuhi hukum hukum fisika, sehingga tercetus kalimat einstein "Tuhan tidak sedang bermain dadu"
Keteraturan alam semesta ini mematuhi hukum hukum fisika yang kita sebut sebagai Sunnatullah, pastilah ada yang mengatur.
Tujuan awal dalam ilmu sains fisika adalah untuk mengerti perilaku alam semesta, bagaimana tercipta dan untuk apa diciptakan, pertanyaan terakhir terdengar seperti keinginan manusia untuk mengerti pikiran Tuhan.
Seorang fisikawan yang baru baru ini wafat stephen hawking beliau mengatakan bahwa asal usul alam semesta di masa lampau berukuran sangat kecil yang berawal dari singularitas. Singularitas artinya titik tunggal berasal dari kata singular atau sebuah kondisi "tunggal". Dititik ini ruang waktu belum ada seluruh komponen alam semesta masih menjadi 1 forsa tunggal, kemudian entah mengapa yang menjadi pertanyaan para fisikawan sampai sekarang 1 forsa tunggal ini kemudian pecah menjadi 4 forsa dan menghasilkan ledakan maha dahsyat yang disebut Big Bang.
Teori diatas hampir mirip seperti pembahasan para sufi bahwa alam semesta tercipta dari 4 anasir Alif lam lam ha, dari dzat kesifat lalu asma dan menjadi af'al.
Tapi Sayangnya beliau semasa hidupnya tidak mempercayai adanya Tuhan.
Stephen Hawking berkata :
"Apa yang Tuhan lakukan sebelum penciptaan (alam semesta)? Apakah dia mempersiapkan Neraka bagi orang-orang yang menanyakan pertanyaan seperti itu?"
Seseorang yang tidak meyakini adanya Tuhan itu adalah hak mereka kita tidak boleh mencelanya yang harus kita lakukan adalah mendoakan yang baik untuknya.
Dahulu sayapun pernah menanyakan hal serupa, bagaimana alam ini tercipta dan sebelum alam ini tercipta hanya ada apa. Seorang teman memperingatkan saya agar berhati hati dan menghindari pertanyaan itu agar jauh dari kekafiran, tapi saya yakin kita adalah manusia ciptaan Tuhan yang diberi karunia akal yang mempunyai kemampuan mempertanyakan hal tersebut lalu mengapa harus menjadi kafir karenanya?
Keyakinan dan rasa ingin tau saya, saya salurkan dengan mempelajari ilmu pengetahuan alam, ilmu agama, sampai pada ilmu kebathinan, berdialog dengan pemuka agama, dan pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa saya percaya dengan ilmu sains walau tidak sepenuhnya, karena sebagian besar teori yang ada butuh dikaji dan teori dimasa depan bisa berubah, dan saya juga semakin yakin dengan kebenaran agama asalkan kita terus bisa menggali makna terdalamnya.
Perjalanan ilmu pengetahuan manusia dizaman sekarang telah melewati batas batas alam ini dan sekarang para fisikawan sedang berusaha memahami alam semesta lainnya yang berdimensi lebih tinggi sehingga tercipta teori "String", dalam teori ini string adalah partikel dasar jutaan kali lebih kecil dari quark sehingga tidak ada lagi yang lebih kecil dari string.
Dalam teori string ini, string harus bergerak didalam 10 dimensi sehingga menurut teori ini alam yang kita tempati ini sebenarnya memiliki 11 dimensi ruang waktu, karena memang harus ada dimensi extra di alam ini bagi string untuk exist.
Kita hidup di alam semesta yang mempunyai tiga dimensi, lalu dimana dimensi ruang lainnya? Mengapa kita tidak bisa melihatnya?
Dimensi-dimensi yang berada diatas tiga dimensi berukuran sangat halus sehingga tidak bisa kita amati, namun dimensi diatas kita bisa mengamati dimensi kita, ini ibarat alam manusia dan alam jin yang berdampingan didunia kita, alam jin berada di dimensi keempat.
Lalu muncul pertanyaan dalam hati bisakah manusia menembus kedalam dimensi diatasnya? Karena tidak ada partikel yang bisa pergi kedimensi lain selain graviton, maka berdasarkan teori fisika untuk pergi ke kedimensi lain manusia harus merubah wujudnya menjadi wujud yang halus seperti graviton dalam dunia fisika, mungkin graviton inilah yang sering kita sebut sebagai Ruh, ini berarti untuk pergi ke dimensi lain kita harus mati dulu.
Ini ibaratkan alam dua dimensi yang diwakili sebuah gambar jika gambar itu keluar maka bagaimanakah bentuk yang hanya memiliki dua dimensi bisa exist di alam tiga dimensi, pastinya akan tetap berwujud sebuah lembaran tipis dan tetap tidak akan bisa exist didunia ini kecuali merubah bentuknya kedalam tiga dimensi.
Begitu pula jika manusia ingin pergi ke dimensi yang lebih tinggi maka tidak mungkin manusia bisa pergi utuh dengan jasadnya kecuali merubah wujudnya terlebih dulu menjadi wujud yang mampu bisa exist di dimensi lain, atau dengan kata lain hanya Ruhnya saja.
Apakah ada manusia yang bisa ke kedimensi lain? Ada.
Manusia itu adalah Nabi Muhammad dalam peristiwa isra' mi'raj yang saya tulis dipost sebelumnya.
Jika kita melihat video-video di youtube isra miraj Nabi Muhammad digambarkan beliau pergi naik kelangit ke alam semesta fisik padahal isra' mi'rajnya Nabi Muhammad itu bukan kelangit di Alam semesta ini tapi beliau pergi ke alam lain yang berdimensi lebih tinggi.
Jadi benar Nabi Muhammad Isra' Miraj hanya Ruhnya saja tidak beserta jasadnya, walau banyak ulama sekarang dan ulama terdahulu tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad Isra' Mi'raj hanya ruhnya saja karena jika hanya ruhnya saja maka bentuk kemu’jizatan tidak terlihat, sebab jika tidak beserta jasadnya maka tidak ada bedanya dengan mimpi dan mimpi adalah hal yang biasa. Namun bagi saya rasulullah isra' miraj hanya ruhnya saja yang lebih shahih.
Kembali lagi dalam teori string selain membutuhkan ruang yang berdimensi lebih dalam perkembangannya ilmuwan dibingungkan sebuah pertanyaan dalam teori string ini, Jika string adalah partikel terkecil dan satu satunya bahan dasar pembentuk ruang waktu, pertanyaannya lalu mengapa string butuh ruang waktu untuk bergetar dan bergerak, jika begitu maka string tidak bisa dikatakan sebagai bahan dasar pembentuk ruang waktu.
Jikapun harus ada bahan dasar pembuat ruang waktu maka entitas itu tidak boleh terikat oleh ruang waktu dan tidak terikat oleh dimensi, entitas semacam itu diibaratkan sebuah titik tanpa dimensi, atau dimensi nol dan teori ini dikenal sebagai teori zero brane.
Lalu apa entitas itu jika bukan selain string? Otak dan akal manusia terbatas tidak akan bisa menjangkau sesuatu yang tak terbatas, ilmu pengetahuan sekarang bisa maju, itupun hasil dari penggabungan terus menerus dari ribuan otak manusia yang tercerdas didunia ini dan itupun masih tetap membingungkan mereka, ilmu sains ini ibaratkan hanya setetes saja dari lautan ilmu Allah yang diberikan kepada manusia.
Entitas itu bagi saya pastinya adalah Allah Tuhan Sekalian Alam ini. Tuhan tidak mungkin terbelenggu oleh ciptaannya sendiri, Tuhan tidak mungkin terikat oleh satupun ruang waktu yang diciptakannya sendiri, Tuhan adalah sebuah entitas Dzat yang terbebas dari ruang dan waktu.
Wallahu a'lam


"PERTEMUAN DUA SAMUDERA"


Assalamu'alaikum saudara saudariku semuanya.

Majma’al Bahrain
Majma’al Bahrain adalah Pertemuan dua lautan
"Laa syariati fii haqioti batiila, Laa haqiqoti fii syariati atiila"
"Hakekat tanpa syariat adalah Batal, Syariat tanpa hakekat adalah kosong".
"Kulit tanpa isi adalah Kosong, Isi tanpa kulit adalah Batal"

"Ahli kuliti mestinya mendalami isi-I"
"dan ahli bathin-i mestinya menghiasi diri dengan kulit-ti"
Pertemuan dua lautan antara syariat dan hakekat,
Pertemuan dua lautan antara pikir dan dzikir,
Pertemuan dua lautan antara akal dan rasa.
apakah sesuatu itu memiliki NILAI IBADAH,
ataukah hanya ADAT atau KEBIASAAN saja,
hanya TAMPAKnya saja,
atau hanya GAMBARnya saja sebagai GAMBAR IBADAH.
Maka ingatlah sabda Nabi,
"Innamal a'malu bi niat"
"sesungguhnya amal itu bersama niat".
Maka yang membedakan sesuatu itu termasuk IBADAH atau hanya TAMPAKnya saja ibadah, adalah NIATnya.
Apabila NIATnya :"Semata-mata menjalankan PERINTAH ALLAH", maka semua apa yang kita lakukan adalah Ibadah. dan sebaliknya,seandainya niat kita ternyata adalah selain itu,maka meskipun wujudnya, atau gambarnya atau tampaknya ibadah,
tetapi NILAI Ibadahnya adalah tidak ada.
Syahadat adalah bentuk Ibadah,
Sholat adalah bentuk Ibadah,
Puasa adalah bentuk ibadah,
Zakat adalah bentuk Ibadah,
Haji adalah bentuk Ibadah.
Tetapi seandainya bentuk-bentuk Ibadah tersebut tidak kita niatkan"SEMATA-MATA karena MENJALANKAN PERINTAH ALLOH",maka apa-apa yang kita kerjakan hanyalah BENTUKnya saja,
hanyalah GAMBARnya saja,
hanyalah TAMPILANnnya,
tidak ada nilai ibadahnya saja.
atau KOSONG MELOMPONG.
Maka ingatlah sabda Nabi
Qola Rosululloh SAW,"Nanti akan banyak umatku yang sholat tapi sebenarnya tidak sholat,Puasa tapi sebenarnya tidak puasa melainkan hanya mendapaqtkan lapar dan dahaga saja"
Inilah yang diancam oleh Allah "Neraka weil",
diterangkan dalam ayat,
"Fawailulil musholin",
"Neraka weil bagi orang yang sholat"
Dan Perhatikanlah,
Makan diperintahkan oleh Allah di dlm al Qur'an,
minumpun juga diperintahkan oleh Allah di Qur'an,
( "Kulu wa asrobu","makanlah dan minumlah").
Tetapi apabila kita makan dan minum karena lapar dan haus, dan TIDAK DISADARI atau DINIATKAN bahwa makan dan mimum kita adalah karena menjalankan PERINTAH ALLOH,maka itu hanyalah makan dan minum karena kebiasaan.
Karena ADAT saja.
Kosong dari nilai ibadah.
Tetapi apabila kita niatkan SEMATA-MATA karena MENJALANKAN PERINTAH ALLAH, maka makan dan minum kita akan menjadi IBADAH atau memiliki NILAI IBADAH.
Maka jagalah, dan perhatikanlah masalah NIAT,
letakkan kesadaran pada SEMATA-MATA MENJALANKAN PERINTAH ALLAH.bukan yang lainnya.
"Sesungguhnya Nabi Muhammad, sedetikpun tidak pernah pututs hubungannya dengan Allah SWT"
Lalu anda bagaimana....????

Mimpi-mimpi


Mimpi yang dimimpikan di antara masa seseorang hampir lena hingga dia tidur lena adalah benar dan berfaedah. Mimpi-mimpi ini selalunya merupakan pembawa pembukaan dan perantaraan kepada yang luar biasa. Bukti kebenaran mimpi dinyatakan oleh Allah dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah akan buktikan mimpi itu benar kepada Rasul-Nya, kamu akan masuk Masjidil Haram jika dikehendaki Allah dengan aman”. (Surah al-Fath, ayat 27).
Dan memang benar Nabi s.a.w memasuki kota Makkah yang masih dikuasai oleh musuh-0musuh baginda, tahun sesudah baginda bermimpi. Contoh lain ialah mimpi Nabi Yusuf a.s:
“Tatkala Yusuf berkata kepada bapanya, ‘Wahai bapaku, sesungguhnya aku melihat sebelas bintang dan matahari serta bulan – aku lihat – bersujud kepadaku”. (Surah Yusuf, ayat 4).
Nabi s.a.w bersabda, “Tidak ada nabi yang datang selepas aku tetapi boleh datang pembukaan-pembukaan yang lain. Orang yang beriman akan melihat pembukaan itu dalam mimpi mereka atau pembukaan itu akan ditunjukkan kepada mereka menerusi mimpi”.
“Bagi mereka pembukaan tentang khabar baik dalam dunia ini dan di akhirat”. (Surah Yunus, ayat 64).
Mimpi datangnya dari Allah tetapi kadang-kadang ada juga yang datang dari syaitan. Nabi s.a.w bersabda, “Sesiapa yang melihatku di dalam mimpi sesungguhnya dia benar-benar melihatku kerana syaitan tidak dapat mengambil bentukku”. Syaitan juga tidak dapat mengambil bentuk mereka yang mengikut iman, jalan kebenaran, makrifat, kebenaran dan cahaya Nabi s.a.w. Orang arif mentafsirkan hadis Nabi s.a.w di atas dengan mengatakan syaitan bukan sahaja tidak dapat mengambil bentuk Nabi s.a.w malah syaitan juga tidak dapat berpura-pura mengakui seseorang atau sesuatu yang ada sifat kemurahan dan kebaikan atau kasih sayang dan lemah lembut dan beriman. Sesungguhnya Nabi-nabi, wali-wali, malaikat, Masjidil haram, matahari, bulan, awan putih, Quran yang suci, merupakan kewujudan yang ke dalamnya syaitan tidak boleh masuk juga tidak dapat mengambil bentuk mereka. Ini kerana syaitan adalah tempat dan keadaan yang menzahirkan kekerasan, hukuman dan kesengsaraan. Ia hanya boleh menggambarkan kekeliruan dan keraguan. Bila seseorang sudah memiliki di dalam dirinya kenyataan nama Allah, ‘Pembimbing Mutlak Kepada Kebenaran’, bagaimana sifat yang membawa kekacauan itu boleh menyata dalam dirinya? Sifat-sifat yang bertentangan satu sama lain tidak boleh bertukar tempat, seperti air dengan api. Kemurkaan tidak dapat mengambil tempat kemurahan, juga tidak boleh api menyerupai air. Mereka menolak sesama mereka, mereka berjauhan, mereka kepunyaan ruang yang berlainan. Allah Pisahkan kebenaran daripada kepalsuan:
“Demikianlah Allah nyatakan kebenaran dan kepalsuan… dengan misalan dan ibarat…”. (Surah ar-Ra’d, ayat 17).
Tetapi syaitan boleh mengaku menjadi Allah dan menipu manusia, membawa mereka menjadi sesat. Ini hanya boleh dilakukan dengan izin Allah. Allah mempunyai banyak sifat-sifat yang kelihatan bertentangan satu sama lain. Misalnya sifat-Nya Yang Gagah dan Keras kelihatan berlawanan dengan sifat-Nya Yang Indah dan Lemah-lembut. Syaitan dilaknati hanya boleh berpura-pura mengambil watak kemarahan dan keperkasaan kerana ia secara kejadian asalnya adalah bentuk menyatakan kekerasan Allah. Allah memiliki kedua-dua sifat, Pembimbing Mutlak kepada kebenaran dan juga Pembawa kepada kesesatan. Syaitan tidak boleh menjelma dengan watak sifat yang mengandungi nilai pembimbingan. Jika syaitan berpura-pura menjelmakan sebarang sifat Allah, ia lakukannya dengan kehendak dan izin Allah, bagi membimbing orang yang beriman kepada kebaikan dengan menentang kejahatan, membawanya kepada kebenaran dengan cara menentang kepalsuan. Dalam kenyataannya syaitan tidak ada sebarang kuasa untuk merampas iman daripada seseorang yang beriman; ia hanya boleh mengambilnya jika orang yang beriman itu sendiri mencampakkan imannya.
Allah memerintahkan Nabi-Nya supaya:
“Katakanlah: ‘Inilah jalanku, yang aku dan orang-orang yang mengikuti daku menyeru (manusia) kepada Allah dengan basirah (penyaksian yang jelas). Maha Suci Allah! Dan bukanlah aku dari golongan musyrikin”. (Surah Yusuf, ayat 108).
Dalam ayat ini ‘orang yang mengikuti daku’ adalah manusia sempurna, guru kerohanian yang sebenar yang akan datang selepas Nabi Muhamamd s.a.w, yang akan mewarisi ilmu batin baginda dan kebijaksanaan baginda dan yang akan berada hampir dengan Allah. Manusia yang demikian digambarkan sebagai ‘pelindung dan pembimbing sebenar’. (Surah al-Kahfi, ayat 17).
Ada dua jenis mimpi; subjektif (memberi pandangan atau perasaan sendiri) dan objektif (bermatlamat), masing-masing dibahagi kepada dua jenis. Jenis pertama mimpi subjektif ialah bayangan atau gambaran suasana kerohanian yang tinggi dan hasil daripada keharmonian, dan kelihatan dalam gambar seperti matahari, bulan, bintang, pemandangan padang pasir putih bermandikan cahaya, taman syurga, mahligai, roh yang cantik dalam bentuk malaikat dan lain-lain. Ini semua adalah sifat-sifat hati yang murni. Jenis kedua mimpi subjektif mengandungi gambaran yang berkaitan dengan suasana seseorang yang bebas daripada keresahan, yang mengenal diri dan menemui ketenteraman fikirannya. Gambaran-gambaran ini adalah kelazatan yang dia akan temui dalam syurga, bau-bauan dan suara di dalam syurga. Dia akan bermimpikan beberapa jenis haiwan dan burung yang menyerupai yang paling cantik yang jenisnya ada dalam dunia. Haiwan yang dilihat di dalam mimpi itu adalah haiwan syurga. Misalnya, unta adalah haiwan syurga. Kuda dihantar sebagai haiwan yang membawa tentera suci di dalam peperangan menentang orang-orang kafir di sekelilingnya dan di dalamnya. Lembu jantan kepada Nabi Adam a.s bagi menenggala tanah untuk ditanam gandum. Kambing biri-biri datangnya dari madu syurga, unta diciptakan dari cahaya syurga, kuda daripada selasih manis di dalam syurga, biri-biri daripada kunyit syurga.
Baghal menggambarkan suasana terendah seseorang yang menemui hati dan fikiran yang tenang. Bila dia mimpikan baghal itu tandanya dia cuai dan malas di dalam melakukan ibadat sebab hawa nafsu badannya menahan, dan usaha kerohaniannya tidak memberi hasil. Kemudian dia harus bertaubat dan teruskan melakukan kebajikan supaya dia akan mendapat hasil.
Keldai diciptakan dari batu syurga dan diberikan untuk berkhidmat kepada Nabi Adam a.s dan keturunannya. Keldai adalah lambang jasad dan keperluan kebendaannya, ego dan pentingkan diri sendiri. Jasad adalah haiwan yang membawa beban, membawa roh. Jika seseorang menjadi hamba kepada jasad dia adalah umpama orang yang memikul keldai di atas bahunya, tetapi manusia sebenar menunggangi keldai jasad kebendaannya. Jadi, keldai melambangkan cara atau alat dia mengarahkan urusan akhiratnya di dalam dunia ini.
Berkata-kata dengan jejaka tampan dengan wajah yang berseri-seri adalah tanda kenyataan Ilahi sampai kepada seseorang itu kerana mereka yang sudah memperolehi makrifat kepada kenyataan Ilahi di dalam syurga akan muncul di dalam rupa yang cantik. Nabi s.a.w menggambarkan orang demikian sebagai berkeadaan serba-kena, serba-elok, lemah lembut dan mempunyai mata kehitaman yang indah. Baginda bahkan mengatakan, “Aku lihat Tuhanku dalam rupa jejaka tampan”. Kerana Allah tidak menyerupai sesuatu, hadis ini dimengertikan sebagai kenyataan sifat-sifat Allah Yang Maha Indah digambarkan di dalam cermin roh yang suci. Gambaran ini dinamakan bayi bagi hati. Rupa kebendaan, badan, adalah cermin kepada kebijaksanaan ketuhanan yang mengajarkan dan membentuk kita. Gambaran ini juga adalah perhubungan di antara hamba dengan Tuhan. Saidina Ali r.a berkata, “Jika aku tidak dibentuk oleh Tuhanku aku tidak akan mengenal-Nya”.
Bagi pembentukan kerohanian, seseorang itu memerlukan petunjuk, bimbingan dan teladan daripada pembimbing yang masih hidup. Guru-guru yang menjadi pembimbing adalah nab-nabi dan orang-orang yang hampir dengan Allah yang mewarisi kebijaksanaan nabi-nabi. Melalui pengajaran mereka hati dan diri seseorang diterangi cahaya, menerangi perjalanan mereka. Murid menemui roh yang diilhamkan di dalam dirinya melalui mereka yang menjadi guru kerohanian tersebut.
“Dia jualah yang tinggi darjat-Nya, yang memiliki arasy. Dia kirimkan roh (dari perintah-Nya) kepada sesiapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya buat Dia ancam dengan hari pertemuan”. (Surah Mukmin, ayat 15).
Untuk keselamatan hati kamu mestilah mendapatkan guru yang mengilhamkan kamu dengan roh itu.
Imam al-Ghazali berkata, “Tidak menjadi kesalahan bagi seseorang melihat Allah dalam mimpinya sebagai gambaran yang indah. Gambaran itu adalah symbol menurut peringkat kerohanian seseorang. Apa yang dilihat tentu sekali bukan Zat Yang Maha Suci yang tidak serupa dengan sesuatu. Begitu juga Nabi s.a.w tidak dapat dilihat dalam rupa baginda yang asli, kecuali mereka yang menjadi waris kepada hikmah kebijaksanaan baginda, ilmu dan amalan baginda, dan yang mengikuti baginda secara keseluruhan. Yang lain, bila mereka mimpikan Rasulullah s.a.w, mimpikan simbol menurut kemampuan dan suasana mereka, tetapi mereka tidak sebenarnya melihat baginda”.
Kata qil (kata orang bijak pandai), “Dibolehkan melihat Allah di dalam mimpi sebagai cahaya atau rupa manusia”. Dia menyatakan Diri-Nya dalam bentuk sifat-sifat-Nya. Kepada Nabi Musa a.s Dia kelihatan sebagai api pada pokok jujube yang terbakar. Itu adalah penzahiran tentang Kalam Suci yang Nabi Musa a.s dengan sebagai Belukar Terbakar, mengatakan,“Wahai Musa, apakah di tangan kamu?’ (Surah Ta Ha, ayat 15).
Apa yang kelihatan kepada Musa a.s sebagai api adalah cahaya Ilahi. Dia melihatnya sebagai api menurut peringkat dan hasratnya, kerana dia sedang mencari api. Bagi manusia, peringkat kewujudan terendah pada dirinya ialah tumbuh-tumbuhan, kemudian haiwan. Apakah yang ganjil jika manusia yang telah menyucikan dirinya daripada tahap-tahap rendah itu sehingga menjadi manusia sempurna, melihat kenyataan Tuhan dizahirkan sebagai Belukar Terbakar. Bagi manusia sempurna yang lain Allah menzahirkan Kalam-Nya sebagai perkataan mereka sendiri, keluar daripada mulut mereka. Bayazid al-Bustami berkata, “Zatku adalah Yang Maha Mulia. Betapa besarnya kemuliaan daku”. Kalam Suci keluar daripada mulut Junaid al-Baghdadi, “Tiada yang lain kecuali Allah di dalam jubahku”. Terdapat rahsia-rahsia besar di dalam peringkat seperti ini yang dicapai oleh manusia sempurna. Terlalu sukar untuk menerangkannya dan terlalu panjang untuk menghuraikannya. Ia hanya berkaitan dengan mereka yang menghabiskan hayatnya mengejar ilmu batin.
Untuk menjadi penerima penzahiran Ilahi dan untuk berhubung dengan roh Nabi s.a.w, seseorang mesti diajar dan dididik dan dibawa ke peringkat kerohanian tersebut. Orang yang baharu memasuki perjalanan kerohanian tidak boleh berharap dapat berhubung dengan Allah dan Rasul-Nya. Di antara guru yang suci yang hampir dengan Allah dan Rasul-Nya ada hubungan yang mengatasi zahiriah. Jika Nabi s.a.w masih hidup seseorang boleh mengambil ilmu secara langsung daripada baginda dan tidak perlulah kepada perantaraan. Tetapi oleh kerana baginda sudah wafat dan berpindah kepada alam baqa, baginda berpisah dengan keadaan keduniaan dan kebendaan. Jadi, seseorang tidak dapat berhubung secara langsung dengan baginda. Hal yang sama juga terjadi pada guru yang benar. Bila mereka meninggal dunia orang ramai tidak boleh lagi belajar dengan mereka.
Kamu akan faham jika kamu mempunyai pengertian yang mendalam, jika kamu mencari bukan untuk menjadi luar biasa. Mencari untuk memperolehi kefahaman ini dengan renungan mendalam, agar kamu melepasi kegelapan ego diri kamu dengan cahaya yang dinyalakan. Kamu perlu cahaya untuk melihat, untuk mengerti. Kamu tidak boleh melihat di dalam kegelapan. Cahaya itu hanya jatuh pada tempat yang sesuai, yang teratur dan suci, tempat yang mulia. Orang yang baharu, dengan dirinya sendiri, tidak dapat meletakkan dirinya dalam kesesuaian dan sebab itu memerlukan guru.
Guru yang masih hidup mestilah ada hubungan dengan Nabi s.a.w – iaitu jika dia benar-benar pewaris suasana Nabi s.a.w. Dalam perjalanannya dia menerima bimbingan daripada Nabi s.a.w dan diajarkan untuk menjadi hamba Allah yang sabar. Dengan bantuan ini dia menjadi alat bagi penerusan jalan batin. Selebihnya adalah rahsia. Hanya orang yang layak mengalaminya akan mengalaminya.
“Bagi Allah jualah kemuliaan dan bagi Rasul-Nya dan bagi orang mukmin”. (Surah Munafiquun, ayat 8).
Suasana yang mulia ini adalah rahsia.
Latihan kerohanian bukanlah perkara mudah. Roh kebendaan berada di dalam tubuh dan dilatih dengannya. Tempat roh kerohanian di dalam hati. Tempat roh sultan adalah pusat hati. Tempat roh kudus (roh suci) adalah rahsia. Rahsia itu adalah jalan yang menghubungkan yang hak dengan orang yang beriman. Ia adalah juru bahasa, menterjemahkan yang hak kepada si pencari, kerana rahsia itu kepunyaan Allah, adalah hampir dengan-Nya dan amanah-Nya.
Ada juga mimpi akibat kelakuan buruk. Ia menunjukkan sifat-sifat ego yang menguasai atau kesedaran terhadap kesalahan tetapi dia tidak mampu menghentikannya.
Malah dalam suasana yang lebih baik bila seseorang diingatkan oleh Allah tentang kesalahan dan dosanya dia mimpikan haiwan liar seperti harimau dan singa, serigala dan beruang, anjing dan babi jantan, dan haiwan-haiwan kecil – musang, arnab, kucing ular, kala jengking dan haiwan yang memakan daging dan juga haiwan berbisa, haiwan yang merosakkan.,
Untuk menyatakan sebahagian kecil kejahatan yang ditunjukkan oleh gambaran-gambaran itu: Harimau adalah simbol; ujub dan besar diri serta takabur yang sampai kepada peringkat angkuh dengan Allah:
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan tidak mahu terima dia, maka tidak akan dibuka pintu-pintu langit dan tidak akan mereka masuk syurga sehingga unta boleh masuk ke lubang jarum”. (Surah al-A’raaf, ayat 40).
Hukuman yang sama juga bagi mereka yang angkuh dengan sesama manusia.
Serigala adalah simbol kasihkan diri yang melampau dan inginkan pujian. Beruang melambangkan kemarahan dan keberangan dan kezaliman ke atas orang yang dia kuasai. Serigala melambangkan kerakusan tanpa memperdulikan haram dan halal, bersih atau kotor. Anjing melambangkan kasihkan dunia dan huru harinya. Babi melambangkan kedinginan, cita-cita tinggi, berendam dan hawa nafsu yang kuat. Musang menunjukkan penipuan, pembohongan, menipu dalam urusan dunia. Arnab menunjukkan kelakuan yang sama, kecuali dilakukan secara tidak sedar dan dalam kelalaian. Harimau bintang – usaha yang digunakan tanpa pertimbangan dan menyakitkan hati, juga ingin menjadi terkenal. Kucing – kebakhilan dan memutar belit. Ular – berbohong, mengata-ngata, membuat tuduhan palsu dan menyakitkan orang lain dengan perkataannya. Kala jengking – kritik yang tidak sihat, mempersendakan orang dan tidak menerima mereka. Tebuan – bahasa kesat yang menyakitkan hati orang.
Jika seseorang bermimpi berlawan dengan salah satu daripada haiwan tersebut tetapi tidak dapat mengalahkannya dia perlu memperkuatkan lagi usaha, ibadat dan ingatan secara sedar, sehingga sekali pukul binatang itu dapat dihapuskan. Jika bermimpi membunuh binatang itu bermakna dia telah berhenti melakukan kesalahan dan menyakitkan hati orang lain. Allah berfirman:
“Dia akan hapuskan daripada mereka kejahatan dan Dia akan perbaiki keadaan mereka”. (Surah Muhammad, ayat 2).
Jika dia bermimpi salah satu daripada binatang itu berubah menjadi manusia itu tandanya suasananya yang salah dahulu telah diperbetulkannya dan taubatnya diterima, kerana tanda sebenar taubat diterima ialah ketidak-upayaan melakukan kesalahan yang sama.
“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan akal salih, maka mereka itu Allah tukarkan kejahatan mereka dengan kebaikan…” (Surah al-Furqaan, ayat 70).
Bila seseorang diselamatkan daripada kejahatan dan kesalahan dia mesti menjaganya sungguh-sungguh, jangan berasa sudah selamat, kerana hawa nafsu dan ego mendapat kembali kekuatannya melalui ingatan yang sedikit terhadap keingkaran, bangkangan dan kejahatan, dan membawa seseorang kembali kepada cara lama. Suasana roh yang sejahtera dengan mudah akan hilang. Tujuan Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya menahan diri daripada yang haram adalah mengwujudkan amaran yang berterusan untuk menjaga seseorang agar sentiasa berwaspada.
Ego jahat yang memerintah kadang-kadang kelihatan dalam mimpi sebagai orang kafir; diri yang mengkritik diri sendiri boleh kelihatan sebagai orang Yahudi; diri yang berperangsang kadang-kadang kelihatan sebagai orang Kristian.

Doa dan zikir berhubung jalan suluk


Sesiapa yang memilih untuk memisahkan dirinya daripada dunia supaya dia dapat menghampiri Allah hendaklah tahu ibadat-ibadat seperti doa dan zikir yang sesuai untuk tujuan tersebut. Melakukan ibadat tersebut memerlukan suasana yang suci dan sebaik-baiknya berada di dalam keadaan berpuasa. Bilik khalwat biasanya berhampiran dengan masjid kerana syarat bagi salik perlu meninggalkan bilik khalwatnya lima kali sehari bagi mengerjakan sembahyang berjemaah dan pada ketika tersebut hendaklah menjaga dirinya agar tidak menonjol, menyembunyikan diri dan tidak berkata-kata walau sepatah perkataan pun. Sesiapa yang di dalam suluk hendaklah mengambil langkah tegas untuk lebih menghayati dan mematuhi prinsip-prinsip, dasar-dasar dan syarat-syarat sembahyang berjemaah.
Setiap malam, ketika tengah malam, salik mestilah bangun untuk mengerjakan sembahyang tahajjud, yang bermaksud suasana jaga sepenuhnya di tengah-tengah tidur. Sembahyang tahajjud membawa symbol kebangkitan setelah mati. Bila seseorang berjaya bangun untuk melakukan sembahyang tahajjud dia adalah Pemilik hatinya dan pemikirannya bersih. Agar suasana jaga ini tidak rosak dia tidak seharusnya melibatkan diri dengan kegiatan harian seperti makan dan minum.
Sebaik sahaja bangun dengan menyedari dibangkitkan daripada kelalaian kepada kesedaran, ucapkan:
“Alhamduli-Llahi ahyani ba’da ma amatani wa-ilaihin-nusyur- Segala puji bagi Allah yang membangkitkan daku setelah mengambil hidupku. Selepas mati semua akan dibangkitkan dan kembali kepada-Nya”.
Kemudian bacakan sepuluh ayat terakhir surah al-‘Imraan, iaitu ayat 190 – 200. Selepas itu mengambil wuduk dan berdoa:
“Kemenangan untuk Allah! Segala puji untuk-Mu. Tidak ada yang lain daripada-Mu yang layak menerima ibadat. Daku bertaubat dari dosaku. Ampuni dosaku, maafkan kehadiranku, terimalah taubatku. Engkau Maha Pengampun, Engkau suka memaafkan. Wahai Tuhanku! Masukkan daku ke dalam golongan mereka yang menyedari kesalahan mereka dan masukkan daku ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang salih yang memiliki kesabaran, yang bersyukur, yang mengingati Engkau dan yang memuji Engkau malam dan siang”.
Kemudian dongakkan pandangan ke langit dan buat pengakuan:
“Aku naik saksi tiada Tuhan melainkan Allah, Esa, tiada sekutu, dan aku naik saksi Muhamamd adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Daku berlindung dengan keampunan-Mu daripada azab-Mu. Daku berlindung dengan keredaan-Mu daripada murka-Mu. Daku berlindung dengan-Mu daripada-Mu. Aku tidak mampu mengenali-Mu sebagaimana Engkau kenali Diri-Mu. Aku tidak mampu memuji-Mu selayaknya. Daku adalah hamba-Mu, daku adalah anak kepada hamba-Mu. Dahiku yang di atasnya Engkau tuliskan takdir adalah dalam tangan-Mu. Perintah-Mu berlari menerusi daku. Apa yang Engkau tentukan untukku adalah baik bagiku. Daku serahkan kepada-Mu tanganku dan kekuatan yang Engkau letakkan padanya. Daku buka diriku di hadapan-Mu, mendedahkan semua dosaku. Tiada Tuhan kecuali Engkau, dan Engkau Maha Pengampun, aku yang zalim, aku yang berbuat kejahatan, daku menzalimi diriku. Untukku kerana daku adalah hamba-Mu ampunkan dosa-dosaku. Engkau jualah Tuhan, hanya Engkau yang boleh mengampunkan”.
Kemudian menghadap ke arah kiblat dan ucapkan:
“Allah Maha Besar! Segala puji untuk-Nya. Aku ingat dan membesarkan-Nya”.
Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Segala kemenangan buat Allah”.
Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Segala puji dan syukur untuk Allah”.
Kemudian ucapkan sepuluh kali:
“Tiada Tuhan melainkan Allah”.
Kemudian lakukan sembahyang sepuluh rakaat, dua rakaat satu salam. Nabi s.a.w bersabda, “Sembahyang malam dua, dua”. Allah memuji orang yang bersembahyang malam.
“Dan di sebahagian malam hendaklah engkau sembahyang tahajjud sebagai sembahyang sunat untukmu, supaya Tuhanmu bangkitkan kamu di satu tempat yang terpuji”. (Surah Bani Israil, ayat 79).
“Renggang rusuk-rusuk mereka dari tempat tidur, dalam keadaan menyeru Tuhan mereka dengan takut dan penuh harapan, dan sebahagian daripada apa yang Kami kurniakan itu mereka belanjakan”. (Surah as-Sajadah, ayat 16 & 17).
Kemudian pada akhir malam bangun semula untuk mengerjakan sembahyang witir tiga rakaat, sembahyang yang menutup semua sembahyang-sembahyang pada hari itu. Pada rakaat ketiga selepas al-Faatihah bacakan satu surah dari Quran, kemudian angkatkan tangan seperti pada permulaan sembahyang sambil ucapkan “Allahu Akbar!” dan bacakan doa qunut. Kemudian selesaikan sembahyang seperti biasa.
Setelah matahari terbit orang yang di dalam suluk perlu melakukan sembahyang isyraq, sembahyang yang menerangi, dua rakaat. Selepas itu melakukan sembahyang istihadha’ dua rakaat, mencari perlindungan dan keselamatan daripada syaitan. Pada rakaat pertama selepas al-Faatihah bacakan surah al-Falaq. Dalam rakaat kedua selepas al-Faatihah bacakan surah an-Nas.
Bagi mempersiapkan diri untuk hari itu lakukan sembahyang sunat istikharah, sembahyang meminta petunjuk Allah untuk keputusan yang benar pada hari itu. Pada tiap rakaat selepas al-Faatihah bacakan ayat al-Kursi. Kemudian tujuh kali surah al-Ikhlas. Kemudian pagi itu lakukan sembahyang dhuha, sembahyang kesalihan dan kedamaian hati. Lakukan enam rakaat. Bacakan surah asy-Syams dan surah ad-Dhuha. Sembahyang dhuha diikuti oleh dua rakaat kaffarat, sembahyang penebusan terhadap kekotoran yang mengenai seseorang tanpa boleh dielakkan atau disedari. Tersentuh dengan kekotoran walaupun secara tidak sengaja masih berdosa, boleh dihukum. Ini boleh berlaku walaupun di dalam suluk, misalnya melalui keperluan tubuh badan. Nabi s.a.w bersabda, “Jaga-jaga dari najis – walaupun ketika kamu kencing, satu titik tidak mengenai kamu – kerana ia adalah keseksaan di dalam kubur”. Setiap rakaat, selepas membaca al-Faatihah bacakan surah al-Kausar tujuh kali.
Satu lagi sembahyang – panjang, walaupun empat rakaat – harus dilakukan dalam satu hari semasa khalwat atau suluk. Ini adalah sembahyang tasbih – sembahyang penyucian atau pemujaan. Jika seseorang itu mengikuti mazhab Hanafi dia melakukannya empat rakaat satu salam. Jika dia berfahaman Syafi’e dilakukannya dua rakaat satu salam, dua kali. Ini jika dilakukan di siang hari. Jika dilakukan malam hari Hanafi dan Syafi’e sependapat, dua rakaat satu salam, dua kali.
Nabi s.a.w memberitahu mengenai sembahyang ini kepada bapa saudara baginda, Ibnu Abbas, “Wahai bapa saudaraku yang ku kasihi. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu satu pemberian. Perhatikanlah aku akan Sampaikan kepada kamu satu yang sangat baik. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu kehidupan dan harapan baharu. Ingatlah aku akan berikan kepada kamu sesuatu yang bernilai sepuluh daripada perbuatan-perbuatan yang baik. Jika kamu kerjakan apa yang aku beritahu dan ajarkan kepada kamu Allah akan ampunkan dosa-dosa kamu yang lalu dan yang akan datang, yang lama dan yang baharu, yang kecil dan yang besar. Lakukan secara diketahui atau tidak diketahui, secara tersembunyi atau terbuka”.
“Engkau kerjakan sembahyang empat rakaat. Pada tiap-tiap rakaat selepas al-Faatihah kamu bacakan satu surah dari Quran. Ketika kamu berdiri bacakan lima belas kali:
Subhana Llahi il-hamdu li-Llahi la ilaha illa Llahu wa-Llahu akbar, wa-la hawla wa-la quwwata illa billahil l-‘Ali I-‘Azim.
Bila kamu rukuk, tangan di atas lutut, bacakan sepuluh kali. Ketika berdiri ulanginya sepuluh kali lagi. Ketika kamu sujud bacakan sepuluh kali. Bila kamu bangun dari sujud bacakan sepuluh kali. Ketika duduk bacakan sepuluh kali. Sujud semula bacakan sepuluh kali. Duduk semula bacakan sepuluh kali. Kemudian bangun untuk rakaat kedua. Lakukan serupa untuk rakaat yang lain sehingga empat rakaat”.
“Jika kamu mampu lakukan sembahyang ini setiap hari. Jika tidak lakukan sekali sebulan. Jika tidak mampu juga lakukan sekali setahun. Jika masih tidak mampu lakukan sekali seumur hidup”.
Jadi, empat rakaat itu tasbih diucapkan sebanyak tiga ratus kali. Sebagaimana Nabi s.a.w ajarkan kepada bapa saudara baginda Ibnu Abbas, dianjurkan juga kepada orang yang bersuluk melakukan sembahyang tersebut.
Selain daripada tugas tersebut orang yang di dalam suluk juga dianjurkan membaca Quran sekurang-kurangnya sebanyak 200 ayat sehari. Dia juga hendaklah mengingati Allah secara terus menerus dan menurut suasana rohani, samada menyebut nama-nama-Nya yang indah secara kuat atau senyap di dalam hati. Ingatan di dalam hati secara senyap hanya bermula bila hati kembali jaga dan hidup. Bahasa zikir ini adalah perkataan rahsia yang tersembunyi.
Setiap orang mengingati Allah menurut keupayaan masing-masing. Allah berfirman:
“Hendaklah kamu sebut Dia sebagaimana Dia pimpin kamu”. (Surah al-Baqarah, ayat 198).
Ingatlah kepada-Nya menurut kemampuan kamu. Pada setiap tahap kerohanian ingatan itu berbeza-beza. Ia mempunyai satu nama lagi, ia mempunyai satu sifat lagi, satu cara lagi. Hanya orang yang ditahap itu tahu zikir yang sesuai.
Orang yang di dalam suluk juga dianjurkan membaca surah al-Ikhlas seratus kali sehari. Perlu juga membaca Selawat seratus kali sehari. Dia juga perlu membaca doa ini sebanyak seratus kali:
“Astaghfiru Llah al-‘Azim, la ilaha illa Huwa l-Hayy ul-Qayyum – mimma qaddamtu wa-ma akhkhartu wa-ma ‘alantu wa-ma asrartu wa-ma anta a’lamu bihi minni. Anta l-Muqaddimu wa-antal Muakhkhiru wa-anta ‘ala kulli syai in Qadir”.
Masa yang selebihnya setelah dilakukan ibadat-ibadat yang telah dinyatakan, gunakan untuk membaca Quran dan lain-lain pekerjaan ibadat.

Pengasingan diri dengan memasuki khalwat dan suluk


Khalwat dan suluk harus dilihat secara zahir dan batin. Khalwat zahir ialah apabila seseorang mengambil keputusan untuk memisahkan dirinya daripada dunia, memencilkan dirinya di dalam satu ruang yang terpisah daripada orang ramai supaya manusia dan makhluk di dalam dunia selamat daripada kelakuan dan kewujudannya yang tidak diingini. Dia juga berharap agar dengan berbuat demikian sumber kepada kewujudan yang tidak diingini, egonya dan hawa nafsu badannya akan terpisah daripada bekalan hariannya dan terhenti juga segala yang memuaskan dan mengenyangkannya. Seterusnya dia berharap pengasingan itu akan mendidik egonya dan seleranya, memberi peluang kepada perkembangan diri rohaninya.
Bila seseorang memutuskan demikian niatnya mestilah ikhlas. Dalam satu segi dia seumpama meletakkan dirinya di dalam kubur, dalam keadaan mati, mengharapkan semata-mata keredaan Allah, berhasrat dalam hatinya melahirkan yang asli dan beriman, yang boleh lahir daripada kewujudannya yang hina ini. Nabi s.a.w bersabda, “Yang beriman adalah yang orang lain selamat daripada tangan dan lidahnya”.
Dia mengikat lidahnya dari berkata yang sia-sia kerana Nabi s.a.w bersabda, “Keselamatan manusia datang dari lidah dan kebinasaannya juga dari lidah”. Dia menutupkan matanya daripada yang diharamkan agar pandangannya yang khianat dan menipu daya tidak jatuh ke atas apa yang dimiliki oleh orang lain. Dia menutup telinganya dari mendengar pembohongan dan kejahatan, dan mengikat kakinya, membelenggunya dari pergi kepada dosa.
Nabi s.a.w bersabda menceritakan setiap anggota badan boleh melakukan dosa sendirian, “Mata boleh berzina”. Bila salah satu daripada pancaindera berdosa satu makhluk hitam yang hodoh diciptakan daripadanya dan pada hari pembalasan ia menjadi saksi terhadap dosa yang kamu lakukan. Kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.
Tuhan memuji orang yang menghindarkan dirinya daripada kesalahan kerana yang demikian merupakan penyesalan yang sebenar, taubat yang kuat.
“Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya, dan menegah diri daripada hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurga itu tempat kembalinya”. (Surah an-Naazi’aat, ayat 40 & 41).
Orang yang takutkan Tuhannya dan bertaubat, mengeluarkan kewujudannya yang hina daripada yang beriman dan mengeluarkan keburukannya daripada imannya, ditukarkan di dalam khalwatnya, sehingga jadilah ia jejaka tampan. Kewujudan yang elok ini menjadi khadam kepada penghuni syurga.
Mengasingkan diri adalah benteng menghalang musuh bagi dosa diri sendiri dan kesalahan. Di dalamnya, sendirian, seseorang terpelihara di dalam kesucian. Firman Allah:
“Barangsiapa percaya akan pertemuan Tuhannya hendaklah ia kerjakan amal salih dan janganlah ia sekutukan seseorang jua dalam ibadat kepada Tuhannya”. (Surah al-Kahfi, ayat 110).
Semua yang diceritakan hingga kini adalah maksud bagi suasana khalwat zahir. Maksud khalwat batin pula ialah mengeluarkan dari hati walaupun hanya memikirkan hal keduniaan, kejahatan dan ego, meninggalkan makan, minum. Harta, keluarga, isteri, anak-anak dan perhatian serta kasih sayang semuanya.
Anggapan orang lain melihat atau mendengar tentangnya jangan masuk kepada khalwat ini. Nabi s.a.w bersabda, “Kebesaran dan apa yang diburunya adalah bala, dan melarikan diri daripada kebesaran dan mengharapkan pujian orang dan apa yang dibawanya adalah keselamatan.”. Orang yang bercadang memasuki khalwat batin mestilah menutupi hatinya daripada kemegahan, sombong, takabur, marah, dengki, khianat dan yang seumpamanya. Jika sebarang perasaan yang demikian masuk kepadanya di dalam khalwatnya hatinya menjadi terikat. Ia tidak lagi terlepas daripada dunia dan khalwat demikian tidak berguna. Sekali kekotoran memasuki hati ia kehilangan kesuciannya dan semua kebaikan terbatal.
“Apa yang kamu bawa itu sihir, sesungguhnya Allah akan membatalkannya (kerana) Allah itu tidak membaguskan amal orang-orang yang berbuat bencana”. (Surah Yunus, ayat 81).
Walaupun perbuatan seseorang itu kelihatan bagus pada pandangan orang lain, bila sifat-sifat buruk memasukinya, orang itu dianggap berlaku khianat dan menipu dirinya sendiri dan juga orang lain. Nabi s.a.w bersabda, “Sombong dan takabur mencemarkan iman. Fitnah dan umpatan lebih buruk dari dosa zina”. Juga, “Sebagaimana api membakar kayu dendam membakar dan menghapuskan perbuatan baik seseorang”. Juga, “Fitnah itu tidur, laknati ke atas siapa yang mengejutkannya”. Juga, “Orang yang bakhil tidak masuk syurga walaupun dia habiskan umurnya dengan ibadat”. Juga, “Kepura-puraan adalah bentuk sembunyi mengadakan sekutu bagi Tuhan”. Juga, “Syurga menolak orang yang menolak orang lain”.
Banyak lagi tanda-tanda sifat buruk yang dikutuk oleh Rasulullah s.a.w. Apa yang dinyatakan sudah memadai untuk menunjukkan kepada kita bahawa dunia ini adalah tempat yang memerlukan berterusan di dalam berhati-hati dan berwaspada, perlu berjalan melaluinya dengan penuh cermat dan perhatian. Matlamat pertama jalan kerohanian ialah menyucikan hati dan langkah untuk memperolehinya ialah membenteras keegoan dan keinginan hawa nafsu. Di dalam khalwat, dengan berdiam diri, bertafakur dan berzikir terus menerus, ego seseorang diperbaiki. Kemudian Allah Yang Maha Tinggi menjadikan hati seseorang itu bercahaya.
Tiada yang dilakukan di dalam khalwat secara perbuatan sendiri. Apa yang perlu ialah cinta, ikhlas dan keyakinan yang sebenar. Cara ini bukan cara orang tersebut sendiri. Dia menuruti cara para sahabat Rasulullah s.a.w, cara orang-orang yang mengikuti mereka dan cara orang yang mengetahui cara mereka dan mengikutinya.
Bila orang yang yakin berada pada jalan ini menurut jalan taubat, ilham dan menyucikan hatinya, Allah mencabut dari hatinya dan dirinya segala yang merosakkan dan yang keji dan melindunginya agar dia tidak kembali kepadanya. Wajahnya akan menjadi cantik; perasaannya, samada dipendamkan atau dizahirkan, menjadi tulen. Apa sahaja yang dia lakukan dilakukannya dengan cara yang terpuji kerana dia berada di dalam kehadiran Ilahi. “Allah mendengar orang yang memuji-Nya”. Jadi, Allah menjaganya. Allah menerima doanya, kerinduannya dan puji-pujiannya dan mengabulkan segala keinginannya.
“Barangsiapa mahukan kemuliaan maka bagi Allah jualah semua kemuliaan. Kepada-Nya naik perkataan yang baik, amal yang salih itu Dia angkat”. (Surah Fatir, ayat 10).
Perkataan yang baik menyelamatkan lidah daripada perkataan yang sia-sia. Lidah adalah alat yang baik untuk memuji Tuhan, mengulangi nama-nama-Nya yang indah, memperakui keesaan-Nya. Allah memberi amaran terhadap perkataan yang sia-sia:
“Tidak sekali-kali! Sesungguhnya yang demikian perkataan yang ia ucapkan padahal di belakang mereka satu dinding hingga hari mereka dibangkitkan (mereka tidak benar dalam perkataan mereka)”. (Surah Mukminuun, ayat 100).
Allah mengurniakan keampunan-Nya, kasihan belas-Nya kepada orang yang belajar dan mengamalkannya dengan niat yang baik. Dia membawanya hampir dengan membawanya kepada darjat yang lebih tinggi. Dia reda kepadanya, Dia maafkan kesalahannya.
Bila seseorang telah dinaikkan kepada darjat itu hatinya menjadi seperti laut. Bentuk dan warna laut itu tidak berubah kerana sedikit Kekejaman dan penganiayaan yang orang ramai Buangkan kepadanya. Nabi s.a.w bersabda, “Jadilah seperti laut yang tidak berubah, tetapi di dalamnya tentera gelap (ego) kamu akan lemas”, seperti Firaun lemas di dalam Laut Merah. Dalam lautan itu kapal agama timbul dengan selamat dan sejahtera, ia berlayar di dalam lautan yang luas itu. Roh orang yang di dalam khalwat terjun ke dasarnya untuk mendapatkan mutiara kebenaran, membawa ke permukaan mutiara kebijaksanaan (makrifat) dari batu karang budi pekerti dan menyebarkannya ke tempat yang jauh. Firman Allah:
“Keluar daripadanya mutiara dan marjan (batu karang)”. (Surah ar-Rahmaan, ayat 22).
Untuk memelihara lautan tersebut zahir kamu mestilah sama dengan batin kamu, diri kamu mestilah sama dengan apa yang kelihatan pada diri kamu. Suasana zahir dan suasana batin kamu mestilah satu. Bila ini terjadi, tiada lagi penipuan, hasutan atau kekacauan di dalam laut hati kamu. Tiada ribut nakal yang boleh memabukkan di dalam lautan yang tenang itu. Orang yang memperolehi suasana tersebut berada di dalam keadaan taubat sepenuhnya; ilmunya luas dan bermanfaat, perbuatannya semuanya adalah khidmat untuk orang lain, hatinya tidak mengalir kepada kejahatan. Jika dia tersilap atau lupa dia dimaafkan kerana dia ingat bila dia lupa dan bertaubat bila dia bersalah. Dia berada dalam kehampiran dengan Allah dan dirinya sendiri.

Menyaksikan yang hak


Nabi s.a.w bersabda, “Satu ilham Ilahi yang memutuskan seseorang daripada dunia ini dan kurniaan atas seseorang akan kenyataan atau cermin sifat-sifat Tuhan, menampakkan kepada seseorang keesaan Ilahi, lebih baik daripada pengalaman dunia dan akhirat”. Dan, “Orang yang tidak mengalami zauk (keghairahan) yang daripadanya menerima kenyataan makrifat Ilahi dan yang hak adalah tidak hidup”.
Banyak ayat-ayat dan hadis-hadis serta perkhabaran daripada wali-wali menceritakan suasana ini.
“Dan apakah orang yang Allah luaskan dadanya kepada Islam, iaitu ia berjalan atas nur dari Tuhannya (sama dengan yang beku hatinya?). Maka kecelakaan (adalah) bagi mereka yang beku hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu (adalah) dalam kesesatan yang nyata. Allah telah turunkan sebaik-baik perkataan, kitab yang sebahagiannya menyerupai sebahagiannya, yang diulang-ulangkan, yang seram lantarannya kulit-kulit badan orang yang takut kepada Tuhannya. Kemudian jadi lemas kulit-kulit mereka dan hati-hati mereka kepada mengingat Allah. Yang demikian itu pimpiman Tuhan, yang Ia pimpin dengannya siapa yang Ia kehendaki, dan barangsiapa disesatkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya sebarang pimpinan”. (Surah az-Zummar, ayat 22 & 23).
Junaid al-Baghdadi berkata, “Bila zauk (keghairahan) bertemu dengan kenyataan Ilahi di dalam diri seseorang, dia itu berada di dalam keadaan samada kelazatan yang amat sangat atau keharuman yang mendalam”.
Ada dua jenis zauk: zauk lahiriah dan zauk rohaniah. Zauk lahiriah adalah hasil daripada ego diri. Ia tidak memberi kepuasan secara rohaniah. Ia dipengaruhi oleh pancaindera. Sering kali ianya kepura-puraan, berlaku agar dilihat atau diketahui oleh orang lain. Zauk jenis ini tidak berharga sedikit pun kerana ianya disengajakan, dengan kehendak atau niat: orang yang mengalaminya masih merasakan yang dia boleh berbuat dan memilih (tidak ada fana padanya). Tidak guna menganggap penting pengalaman yang demikian.
Zauk kerohanian, Bagaimanapun, keseluruhannya berbeza, suasana yang dihasilkan oleh pengaliran tenaga kerohanian yang melimpah ruah. Secara biasa, pengaruh luar – seperti puisi yang indah yang dibaca, atau Quran dibaca dengan suara yang merdu, atau keghairahan yang dicetuskan oleh upacara zikir sufi – boleh mengakibatkan peningkatan kerohanian. Ini berlaku kerana pada ketika itu penentangan lahiriah seseorang dihapuskan, kehendak dan kekuatan akal untuk memilih diatasi. Bila kekuatan badan dan fikiran sudah dilemahkan suasana zauk adalah semata-mata bersifat kerohanian. Meneruskan perjalanan dengan pengalaman yang demikian sangat besar gunanya bagi seseorang.
“Dan orang yang menjauhi berhala-hala daripada menyembahnya dan kembali kepada Allah adalah bagi mereka khabar yang menggirangkan. Oleh itu girangkanlah hamba-hamba-Ku. Yang mendengar perkataan lalu menurut yang sebaik-baiknya. Merekalah orang-orang yang dipimpin oleh Allah dan mereka itu ialah orang-orang yang mempunyai fikiran”. (Surah az-Zumar, ayat 17 & 18).
Nyanyian merdu burung-burung, keluhan pencinta, adalah sebahagian daripada penyebab luar yang menggerakkan tenaga kerohanian. Dalam suasana tenaga kerohanian yang demikian syaitan dan ego tidak boleh campur tangan; iblis bertindak di dalam alam kegelapan perbuatan-perbuatan yang muncul daripada ego diri dan tidak boleh berbuat apa-apa di dalam alam kemurahan dan keampunan yang bercahaya. Dalam alam kemurahan dan keampunan Allah, syaitan menjadi cair laksana garam di dalam air, sama seperti ia hilang apabila dibaca:
“La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azim” – Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi, Maha Mulia.
Pengaruh-pengaruh yang merangsangkan zauk kerohanian diterangkan oleh hadis, “Ayat-ayat Quran, puisi yang berhikmah dan ajaib mengenai cinta dan bunyi serta suara kerinduan menyalakan wajah roh”.
Zauk sebenar adalah hubungan cahaya dengan cahaya bila roh insan bertemu dengan cahaya Ilahi. Allah berfirman:
“Yang suci untuk yang suci pula”. (Surah an-Nuur, ayat 26).
Jika zauk datang dari rangsangan ego dan syaitan tiada cahaya di sana. Di sana hanya ada kegelapan tanpa cahaya, ragu-ragu, penafian dan kekeliruan. Kegelapan menjadi bapa kepada kegelapan. Dalam bahagian roh dan jiwa, ego tidak ada bahagian. Firman Tuhan:
“Yang tidak suci untuk yang tidak suci pula”. (Surah an-Nuur, ayat 26).
Penzahiran suasana zauk ada dua jenis: penzahiran zauk lahiriah yang bergantung kepada kehendak diri sendiri dan penzahiran zauk kerohanian yang di luar pilihan dan kehendak seseorang. Dalam kes pertama yang nyata ialah disengajakan. Jika seseorang menggeletar, bergoyang dan meraung walaupun bukan di bawah pengaruh kesakitan atau gangguan dalam tubuh, ia tidak dianggap sah. Apa yang sah ialah perubahan yang nyata pada keadaan lahiriah yang tidak disengajakan dan disebabkan oleh keadaan batin seseorang.
Penzahiran yang tidak disengajakan adalah akibat tenaga kerohanian yang tidak dapat dikawal oleh seseorang. Rohnya yang di dalam zauk mengatasi pancaindera. Ia adalah umpama keadaan meracau orang yang demam panas, agak tidak mungkin mencegah orang yang demikian daripada terketar-ketar, bergoyang dan menjadi kaku di dalam meracau itu kerana dia tidak ada kuasa terhadap penzahiran yang keluar atau berlaku kepadanya itu. Begitu juga bila tenaga kerohanian membesar sehingga mengalahkan kehendak, fikiran dan tubuh badan, zauk yang lahir daripada yang demikian adalah benar, jujur dan bersifat kerohanian. Keadaan zauk kerohanian yang demikian, yang di masuki oleh para sahabat akrab Allah di dalam melakukan pergerakan dan pusingan pada upacara mereka, adalah cara untuk menimbulkan keghairahan dan dorongan pada hati mereka. Ini adalah makanan bagi mereka yang mengasihi Allah; ia memberikan tenaga di dalam perjalanan mereka yang sukar dalam mencari yang hak. Nabi s.a.w bersabda, “Upacara keghairahan yang dilakukan oleh para pencinta Allah, tarian dan nyanyian mereka, merupakan kewajipan bagi sebahagian, dan bagi sebahagian yang lain adalah harus sementara bagi yang lain pula adalah bidaah. Ia adalah kewajipan bagi manusia yang sempurna, harus bagi kekasih Allah dan bagi yang lalai adalah bidaah”. Dan, “Adalah sifat yang tidak sihat bagi orang yang tidak merasa kelazatan berada bersama kekasih Allah: puisi orang arif yang mereka nyanyikan, musim bunga, warna dan keharuman bunga, burung dan nyanyiannya”.
Orang yang lalai, yang menganggapkan mencari zauk kerohanian sebagai bidaah, orang yang tidak sihat sifatnya yang tidak dapat menikmati kelazatan yang indah, adalah sakit dan tidak ada penawar untuk penyakit ini. Mereka lebih rendah daripada burung dan haiwan, lebih rendah daripada keldai, kerana haiwan juga menikmati irama. Bila Nabi Daud a.s melagukan suaranya burung-burung terbang di sekelilingnya untuk menikmati kemerduan suaranya. Nabi Daud a.s berkata, “Orang yang tidak mengalami keghairahan tidak dapat merasai agamanya”.
Terdapat sepuluh suasana zauk. Sebahagiannya ketara dan tanda-tandanya kelihatan kepada orang lain, seperti kesedaran rohani dan berzikir mengingati Allah dan membaca Quran dengan senyap. Menangis, merasai penyesalan yang mendalam, takutkan azab Allah, kerinduan dan kesayuan, malu terhadap kelalaian diri; apabila seseorang menjadi pucat atau mukanya berseri-seri kerana keghairahan daripada suasana dalaman dan kejadian di sekelilingnya, membara dengan kerinduan terhadap Allah – semua ini dan semua keganjilan pada lahiriah dan rohaniah yang dihasilkan oleh perkara-perkara tersebut adalah tanda-tanda zauk atau keghairahan.

Haji ke Mekah dan Haji rohani ke hakikat hati


Pekerjaan hajji menurut syariat ialah mengunjungi ka’abah di Makkah. Ada beberapa syarat berhubung dengan ibadat hajji: memakai ihram – dua helai kain yang tidak berjahit menandakan pelepasan semua ikatan duniawi; memasuki Makkah dalam keadaan berwuduk; tawaf keliling ka’abah sebanyak tujuh kali tanda penyerahan sepenuhnya; lari-lari anak dari Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali; pergi ke Padang Arafah dan tinggal di sana sehingga matahari terbenam; bermalam di Musdalifah; melakukan korban di Mina; meminum air zamzam; melakukan sembahyang dua rakaat berhampiran dengan tempat Nabi Ibrahim a.s pernah berdiri. Bila semua ini dilakukan pekerjaan hajji pun sempurna dan balasannya diperakui. Jika terdapat kecacatan pada pekerjaan tersebut balasannya dibatalkan. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
“Sempurnakan hajji dan umrah kerana Allah”. (Surah al-Baqarah, ayat 196).
Bila semua itu telah selesai banyak daripada hubungan keduniaan yang ditegah semasa pekerjaan hajji dibolehkan semula. Sebagai tanda selesainya pekerjaan hajji seseorang itu melakukan tawaf terakhir sekali sebelum kembali kepada kehidupan harian.
Ganjaran untuk orang yang mengerjakan hajji dinyatakan oleh Allah dengan firman-Nya:
“Dan barangsiapa masuk ke dalamnya amanlah ia, dan kerana Allah (wajib) atas manusia pergi ke rumah itu bagi yang berkuasa ke sana”. (Surah al-‘Imraan, ayat 97).
Orang yang sempurna ibadat hajjinya selamat daripada azab neraka. Itulah balasannya.
Pekerjaan hajji kerohanian memerlukan persiapan yang besar dan mengumpulkan keperluan-keperluan sebelum memulakan perjalanan. Langkah pertama ialah mencari juru pandu, pembimbing, guru, seorang yang dikasihi, dihormati, diharapkan dan ditaati oleh orang yang mahu menjadi murid itu. Pembimbing itulah yang akan membekalkan murid itu bagi mengerjakan hajji kerohanian, dengan segala keperluannya.
Kemudian dia mesti menyediakan hatinya. Untuk menjadikannya jaga seseorang itu perlu mengucapkan kalimah tauhid “La ilaha illa Llah” dan mengingati Allah dengan menghayati kalimah tersebut. Dengan ini hati menjadi jaga, menjadi hidup. Ia hendaklah mengingati Allah dan berterusan mengingati Allah sehingga seluruh diri batin menjadi suci bersih daripada selain Allah.
Selepas penyucian batin seseorang perlu menyebutkan nama-nama bagi sifat-sifat Allah yang akan menyalakan cahaya keindahan dan kemuliaan-Nya. Di dalam cahaya itulah seseorang itu diharapkan dapat melihat ka’abah bagi hakikat rahsia. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s dan anaknya Nabi Ismail a.s melakukan penyucian ini:
“Janganlah engkau sekutukan Aku dengan sesuatu apa pun dan bersihkan rumah-Ku untuk orang-orang tawaf, dan yang berdiri, dan yang rukuk, dan yang sujud”. (Surah al-Hajj, ayat 26).
Sesungguhnya ka’abah zahir yang ada di Makkah dijaga dengan bersih untuk para pekerja hajji. Betapa lebih lagi kesucian yang perlu dijaga terhadap ka’abah batin yang ke atasnya hakikat akan memancar.
Selepas persediaan itu pekerja hajji batin menyelimutkan dirinya dengan roh suci, mengubah bentuk kebendaannya menjadi hakikat batin, dan melakukan tawaf ka’abah hati, mengucap di dalam hati nama Tuhan yang kedua- “ALLAH”, nama yang khusus bagi-Nya. Ia bergerak dalam bulatan kerana laluan rohani bukan lurus tetapi dalam bentuk bulatan. Akhirnya adalah permulaannya.
Kemudian ia pergi ke Padang Arafah hati, tempat batin yang merendahkan diri dan merayu kepada Tuhannya, tempat yang diharapkan seseorang dapat mengetahui rahsia “La ilaha illa Llah”, “Yang Maha Esa, tiada sekutu”. Di sana ia berdiri mengucapkan nama ketiga “HU” – bukan sendirian tetapi bersama-Nya kerana Allah berfirman:
“Dia beserta kamu walau di mana kamu berada”. (Surah al-Hadiid, ayat 4).
Kemudian dia mengucapkan nama keempat “HAQ”, nama bagi cahaya Zat Allah – dan kemudian nama kelima “HAYYUN” – hidup Ilahi tang darinya hidup yang sementara muncul. Kemudian dia menyatukan nama Ilahi Yang Hidup Kekal Abadi dengan nama keenam “QAYYUM” – Yang Wujud Sendiri, yang bergantung kepada-Nya segala kewujudan. Ini membawanya kepada Musdalifah yang di tengah-tengah hati.
Kemudian dia di bawa ke Mina, rahsia suci, intipati atau hakikat, di mana dia ucapkan nama yang ke tujuh “QAHHAR” – Yang Meliputi Semua, Maha Keras. Dengan kekuasaan nama tersebut dirinya dan kepentingan dirinya dikorbankan. Tabir keingkaran ditiupkan dan pintu kebatilan diterbangkan.
Mengenai tabir yang memisahkan yang dicipta dengan Pencipta, Nabi s.a.w bersabda, “Iman dan kufur wujud pada tempat di sebalik arasy Allah. Keduanya adalah hijab memisahkan Tuhan daripada pemandangan hamba-hamba-Nya. Satu adalah hitam dan satu lagi putih”.
Kemudian kepada roh suci dicukurkan daripada segala sifat kebendaan.
Dengan membaca nama Ilahi ke lapan “WAHHAB” – Pemberi kepada semua, tanpa batas, tanpa syarat – dia memasuki daerah suci bagi Zat. Kemudian dia mengucapkan nama kesembilan “FATTAH” – Pembuka segala yang tertutup.
Memasuki ke tempat menyerah diri di mana dia tinggal mengasingkan diri, hampir dengan Allah, dalam keakraban dengan-Nya dan jauh daripada segala yang lain, dia mengucapkan nama yang ke sepuluh “WAHID” – Yang Esa, yang tiada tara, tiada sesuatu menyamai-Nya. Di sana dia mula menyaksikan sifat Allah “SAMAD” – Yang menjadi sumber kepada segala sesuatu. Ia adalah pemandangan tanpa rupa, tanpa bentuk, tidak menyerupai sesuatu.
Kemudian tawaf terakhir bermula, tujuh pusingan yang dalam tempoh tersebut dia mengucapkan enam nama-nama yang terakhir dan ditambah dengan nama ke sebelas “AHAD” – Yang Esa. Kemudian dia minum daripada tangan keakraban Allah.
“Dan Tuhan mereka membuat mereka meminum minuman asli”. (Surah Insaan, ayat 21).
Cawan yang di dalamnya minuman ini disediakan ialah nama yang kedua belas “SAMAD” – Sumber, yang menunaikan segala hajat, satu-satunya tempat meminta tolong.
Dengan meminum dari sumber ini dia melihat semua tabir tersingkap daripada wajah keabadian. Dia mendongak melihat kepada-Nya dengan cahaya yang datang daripada-Nya. Alam ini tiada persamaan, tiada bentuk, tiada rupa. Ia tidak mampu diterangkan, diibaratkan, alam yang tidak ada mata pernah melihatnya, tiada telinga pernah mendengarnya dan tiada hati manusia yang ingat. Kalam Allah tidak didengar dengan bunyi atau dilihat dengan tulisan. Kesukaan yang tiada hati manusia boleh merasai ialah kelazatan menyaksikan hakikat Allah dan mendengar percakapan-Nya:
“Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal salih, maka mereka itu Allah akan tukarkan kejahatan-kejahatan mereka kepada kebaikan-kebaikan”. (Surah al-Furqaan, ayat 70).
Kemudian pekerja hajji itu dibebaskan daripada semua perbuatan yang daripada dirinya dan bebas daripada ketakutan dan dukacita.
“Ketahuilah sesungguhnya pembantu-pembantu Allah, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak akan mereka berdukacita”. (Surah Yunus, ayat 62).
Akhirnya tawaf selamat tinggal dilakukan dengan mengucapkan semua nama-nama Ilahi.
Kemudian pekerja hajji kembali ke rumahnya, ke tempat asalnya, bumi suci di mana Allah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan paling indah. Ketika kembalinya itu dia mengucapkan nama kedua belas “SAMAD”, perbendaharaan yang daripadanya semua keperluan makhluk dibekalkan. Itu adalah alam kehampiran Allah. Itulah tempat kediaman pekerja hajji batin, dan ke sanalah mereka kembali.
Hanya itulah yang dapat diceritakan sekadar lidah mampu ucapkan dan akal mampu terima. Selepas itu tiada berita yang boleh diberi kerana selebih daripada itu tidak boleh disaksikan, tidak dimengerti, tidak mampu difikir atau diterangkan. Nabi s.a.w bersabda, “Ada ilmu yang tinggal tetap seumpama khazanah yang tertanam. Tiada siapa yang boleh mengetahuinya dan tiada siapa boleh mendapatkannya melainkan mereka yang menerima ilmu Ilahi”, tetapi bila diperdengarkan kewujudan ilmu demikian, yang ikhlas tidak menafikannya.
Manusia yang memiliki pengetahuan biasa mengumpulkan apa yang boleh dikumpulkan di permukaan. Orang yang memiliki ilmu ketuhanan mengeluarkan dasarnya. Hikmah kebijaksanaan orang arif adalah sebenar-benar rahsia bagi Allah Yang Maha Tinggi. Tiada siapa yang tahu apa yang Dia tahu kecuali Dia sendiri.
“Sedang mereka tidak meliputi (sedikit pun) daripada ilmu-Nya kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuan-Nya meliputi langit-langit dan bumi, dan memelihara keduanya tidaklah berat bagi-Nya”. (Surah al-Baqarah, ayat 255).
Mereka yang dirahmati, yang dikurniakan sebahagian ilmu-Nya adalah nabi-nabi dan kekasih-Nya yang berjuang untuk datang hampir kepada-Nya. Firman-Nya:
“Dia mengetahui rahsia dan yang lebih tersembunyi”. (Surah Ta Ha, ayat 7).
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Kepunyaan-Nya nama-nama yang sangat baik”. (Surah Ta Ha, ayat 8).
Dan Allah paling mengetahui.

Mintalah Pertolongan Kepada Allah


( الحــديث التاسع عشر )
عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ
[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح وفي رواية غير الترمذي: احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ أَمَامَكَ، تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَاعْلَمْ أَنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً].
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma, beliau berkata : Suatu saat saya berada dibelakang nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda : Wahai ananda, saya akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu, Jagalah Allah niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Allah tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu , niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.
(Riwayat Turmuzi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih). Dalam sebuah riwayat selain Turmuzi dikatakan : Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya didepanmu. Kenalilah Allah di waktu senggang niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidaklah akan menimpamu dan apa yang ditetapkan akan menimpamu tidak akan luput darimu, ketahuilah bahwa kemenangan bersama kesabaran dan kemudahan bersama kesulitan dan kesulitan bersama kemudahan).
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
Perhatian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengarahkan umatnya serta menyiapkan generasi mu’min idaman.
Termasuk adab pengajaran adalah menarik perhatian pelajar agar timbul keinginannya terhadap pengetahuan sehingga hal tersebut lebih terkesan dalam dirinya.
Siapa yang konsekwen melaksanakan perintah-perintah Allah, nicsaya Allah akan menjaganya di dunia dan akhirat.
Beramal shalih serta melaksanakan perintah Allah dapat menolak bencana dan mengeluarkan seseorang dari kesulitan.
Tidak mengarahkan permintaan apapun (yang tidak dapat dilakukan makhluk) selain kepada Allah semata.
Manusia tidak akan mengalami musibah kecuali berdasarkan ketetapan Allah ta’ala .
Menghormati waktu dan menggunakannya kepada sesuatu yang bermanfaat sebagaimana Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam