1. Latifatul Qalbi Di sini letaknya sifat-sifat
syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-lain,
letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir
sekurangnya 5 000, Insya Allah pada tingkat ini diganti dengan Iman,
Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.
2. Latifatul Roh Di sini letaknya sifat bahimiyah
(binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah susu
sebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah di isi
dengan khusyu’ dan tawadhu’.
3. Latifatus Sir Di sini letaknya sifat-sifat
syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah
danpendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat
dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat kasih sayang
dan ramah tamah.
4. Latifatul Akhfa Di sini letaknya sifat-sifat
pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua jari
diatas sususebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah
diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar.
5. Latifatul Akhfi Di sini letaknya sifat-sifat
robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, , letaknya
ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah
diganti dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’, tadarru dan tafakur.
6. Latifatun Nafsun Di sini letaknya sifat-sifat
nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-angan, , letaknya
tepatdiantara dua kening, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah
diganti dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang.
7. Latifah Arbaah atau kullu jasad Di sini letaknya
sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, , letaknya
diseluruh tubuh mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik
pusatnya di tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kita buat
dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan
amal.
Mengenal lathifah lathifah batin dan tarekat sufi Acuan dalam
pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan akhlak nubuwah
(kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam
melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,
kemudian melangkah kepada aktivitas aktivitas, yang meliputi:
Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa,
artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan
hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.
Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini
berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang
sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan
dalam tempatnya kecintaan kepada Allah semata.
Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa
dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari dzikir atau
ingat kepada Allah.
Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.
Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh manusia.
Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa
Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah
Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:
“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun
(istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat
bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu’ad (jujur ingatannya), di
dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), didalamnya lagi ada lubbun
(merasa terlalu rindu) dan di dalam lubbun ada sirrun (mesra),
sedangkan di dalam sirrun ada “Aku”.
Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas
melalui sistem interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang
dapat diperhatikan dalam gambar di atas.Pada dasarnya lathifah-lathifah
tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : “Kun fayakun”, yang artinya, “jadi maka jadilah” (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan)bersifat material.
Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan
jasmaniah manusia, selanjutnya Allahmenitipkan kelima lathifah tersebut
ke dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah
seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada
tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat.
Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah.
Lathifah al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi
sebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata
lain bertempatnya lathifahyang bersifat immaterial ke dalam badan
jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai
kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat
barzakhiyah (keadaanantara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).
Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui
sistem evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah kedalam jasad manusia melalui
proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka
Allah memerintahkanruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka
dengan enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan
berat hati karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh
mendapat sabda Allah: “Jika seandainya kamu mau masuk dengan senang,
maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila
kamu masuk dengan paksa,maka kamupun akan keluar dengan terpaksa”. Ruh
memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke batas
mata,selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung
jari kaki.
Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruhmenjadi hidup, bergerak,
berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah
mistis tentang karakter manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud),
dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).Bahkan dalam
al Qur’an tergambarkan ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah
tergesa gesa ingin berdiri.Sebagaimana firman Allah : “Manusia tercipta
dalam ketergesa-gesaan” (Q.S.21:37).Pada proses penciptaan anak Adam pun
juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui
tahapan.Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang
ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).Ketika itulah
Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada
tahapan selanjutnya Allah menambahkanruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka
jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta tumbuh yang
memang sudah adabersama dengan masuknya ruh al-hayat.
Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir,
yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telahsempurna (bahkan
mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat
Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusiadapat merasa dan berpikir.
Sehingga layak menerima taklif syari’ (kewajiban syari’at) dari Allah
dan menjadi khalifah Nya.Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam
diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari
fokuspembahasan lathifah (kesadaran).
Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan
kelembutan kesadaranmanusia. Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya,
karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi aktivitas
dankarakteristiknya.Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu
sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran
yangbersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun demikian, ia
berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai mediabereksistensi. Menurut
Al Ghazall, di dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu.
Lathifah inilah hakikatnya manusia.Ialah yang mengetahui, dia yang
bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala.
Lathifah ini pula yangdimaksudkan sabda Nabi “Sesungguhnya Allah
tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang
hatimu”.Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia,
maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusatgelombang, sedangkan
letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai
letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat”channelnya”. Jika seseorang
ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada
tempat ini. Lathifah inimemiliki nur berwarna kuning yang tak
terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).
Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh
itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatuidentitas yang lebih
dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya,
tetapi dapat dirasakan adanya, dandiketahui gejala dan karakteristiknya.
Lathifah ini terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke
arah kanan.Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain
tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam
sifatbahimiyah atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula
seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah sajayang
kekal), dan tampak pada pandangan batiniah.
Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi
para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan
tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang
pertama kali mengungkap sistem interiorisasilathifah manusia adalah Amir
Ibn Usman Al Makki (w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari
empat lapisan kesadaran,yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan
Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang
terdalam.Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia.
Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan
pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya,
seperti Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H),dan Ibnu Arabi (637 H).
Setelah ia mengalami “ittihad” dengan Tuhan, ia masih mengalami
berbagai pengalaman ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia
merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma’bud adalah berbeda, manusia
adalahhamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.Hal yang diketahui dari
lathifah ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan.
Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua jari, berhubungan dengan
hati jasmaniah (hepar).
Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yangbaik, ia
juga merupakan sarangnya sifat sabbu’iyyah atau sifat binatang buas.
Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapatmerasakan fana’ fi
al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.Lathifah
al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih
dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaanistilah ini mengacu kepada hadis
Nabi : “Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah
yang mencukupi”.Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah.
Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak
dapat dipungkiri.Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu
sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan denganlimpa
jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah
ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad,kibir (takabbur,
sombong), khianat dan serakah.Lathifah yang paling lembut dan paling
dalam adalah lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada
danberhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki
nur cahaya berwarna hijau yang tak terhinggakan.Dalam lathifah ini
seseorang salik akan dapat merasakan’isyq (kerinduan) yang mendalam
kepada Nabi Muhammad s.a.w.sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang
mengunjungi.
Sesuai dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat
dalam tubuh manusia dalam upayakontemplasi, yaitu:Pertama qalb yang
berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh berfungsi untuk
mencintai Allah, danKetiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.Dengan
demikian proses ma’rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat
digambarkan sebagai berikut dibawah ini.Aktivitas spiritual itu mengalir
di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil ‘alamin; Tradisi
kenabian pada hakekatnya tidaklepas dari mission sacred, misi yang suci
tentang kemanusiaan dan kealam semestaan untuk merefleksikan asma Allah.