ﺣَﻤْﺪًﺍ ﻟِﺮَﺏٍّ ﺧَﺼَّﻨَﺎ ﺑِﻤُﺤَﻤَّﺪٍ
ﻭَﺃَﻧْﻘَﺬَﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﻇُﻠْﻤَﺔِ ﺍﻟْﺠَﻬْﻞِ ﻭَﺍﻟﺪَّﻳَﺎﺟِﺮِ ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُﻟِﻠّﻪِ
ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻫَﺪَﺍﻧﺎَ ﺑِﻌَﺒْﺪِﻩِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﺎﺭِ ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎﻧَﺎ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
ﺑِﺎْﻹِﺫْﻥِ ﻭَﻗَﺪْ ﻧﺎَﺩَﺍﻧَﺎ ﻟَﺒَّﻴْﻚَ ﻳﺎَ ﻣَﻦْ ﺩَﻟَّﻨَﺎ ﻭَﺣَﺪَﺍﻧَﺎ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻟِﻪِ،
ﺍَﻟْﺤَﻤْﺪُﻟِﻠّﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺟَﻤَﻌَﻨَﺎ ﻓِﻲ ﻫَﺬَ ﺍﻟْﺠَﻤْﻊِ ﺍْﻟﻌَﻈِﻴْﻢِ
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Maha
Penguasa tunggal dan Maha membangkitkan keluhuran pada jiwa
hamba-hambaNya untuk mencapai keluhuran yang lebih luhur, meninggalkan
kehinaan menuju kemuliaan, meninggalkan kemuliaan menuju kemuliaan yang
lebih mulia lagi, terus menuju gerbang-gerbang keluhuran Ilahi di dalam
kenikmatan dan di dalam kesusahan, di dalam siang ataupun malam, dalam
segala keadaan gerbang kedekatan kepada Allah selalu terbuka dari Al
Qariib ( Yang Maha dekat ),
sebagaimana firmanNya:
“ Dan apabila
hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku
dekat. Aku menjawab permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi seruan Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran ”. (
QS. Al Baqarah : 186 )
Sungguh Allah Maha dekat, Maha cepat menjawab
dan mendekatkan Dzat Nya kepada hamba yang ingin mendekat kepada Nya
dengan kedekatan yang cepat dan dahsyat . Diriwayatkan didalam riwayat
yang shahih: “ Bahwa pengampunan Allah itu datang secepat hambaNya
beristighfar atau bertobat ”, secepat itulah pengampunan Allah muncul.
Jika seorang hamba berbuat
dosa , dan dalam kesempatan itu ia
langsung menyesal dan menangis, merintih dan memohon maaf, maka secepat
itulah pengampunan Allah datang.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Aku dan kalian dimana siang dan malam tiada henti-hentinya berlumur
dosa, jatuh dalam hal-hal yang makruh, hal yang syubhat atau yang haram,
semoga Allah subhanahu wata’al selalu mengikis dosa-dosa kita dan
menghapusnya sepanjang siang dan malam, dan kita memohon kepada Allah
agar pengampunanNya terus mengikuti setiap nafas kita di dalam kesalahan
dan dosa-dosa kita, karena tiada sesuatu yang lebih menghalangi kita
dari kelembutan Ilahi melebihi dosa, hanya dosalah yang merupakan hijab
yang menutup hamba dari penciptaNya hingga ia tersulitkan untuk rindu
kepada Allah. Namun ketika sudah muncul keinginan bertobat, menyesal dan
merasa hina karena telah berbuat dosa, maka di saat itu Allah membuka
pintu cahaya di dalam jiwanya , maka ia pun bergetar ingin mendekat
kepada Yang Maha Suci, ia ingin suci dan tidak ingin hina, ia ingin
mulia dan tidak ingin nista, ia ingin dekat dengan Rabbul ‘alamin dan
rindu ingin berjumpa dengan Yang Maha Indah. Dimana ketika Nabiyullah
Musa merintih, dalam firmanNya:
ﺭَﺏِّ ﺃَﺭِﻧِﻲ ﺃَﻧْﻈُﺮْ ﺇِﻟَﻴْﻚَ
( ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : 143 )
“ Ya tuhanku, tampakkanlah (diriMu) kepadaku agar aku dapat melihatMu”. ( QS. Al A’raf: 143)
Allah menjawab dengan firmanNya:
ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻦْ ﺗَﺮَﺍﻧِﻲ ﻭَﻟَﻜِﻦِ ﺍﻧْﻈُﺮْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﺒَﻞِ ﻓَﺈِﻥِ ﺍﺳْﺘَﻘَﺮَّ
ﻣَﻜَﺎﻧَﻪُ ﻓَﺴَﻮْﻑَ ﺗَﺮَﺍﻧِﻲ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺗَﺠَﻠَّﻰ ﺭَﺑُّﻪُ ﻟِﻠْﺠَﺒَﻞِ
ﺟَﻌَﻠَﻪُ ﺩَﻛًّﺎ ﻭَﺧَﺮَّ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺻَﻌِﻘًﺎ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﺃَﻓَﺎﻕَ ﻗَﺎﻝَ
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺗُﺒْﺖُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻭَّﻝُ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦ
( ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : 143 )
“ Allah berfirman: engkau tidak akan ( sanggup ) melihatKu, namun
lihatlah ke gunung itu jika ia tetap di tempatnya niscaya engkau dapat
melihatKu, maka ketika tuhannya menampakkan (keagunganNya) kepada gunung
itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan ”. ( QS. Al
A’raf: 143 )
Firman Allah: “ Sungguh engkau tidak akan mampu
melihatKu ”, maksudnya adalah penglihatan nabi Musa tidak akan mampu
Allah. Ketika Allah membuka tabir cahaya kewibawaanNya kepada gunung,
maka gunung itu hancur lebur dan tidak lagi terlihat. Diriwayatkan di
dalam tafsir Imam Ibn Katsir, tafsir Imam thabari, tafsir Imam Qurthubi
dan lainnya, bahwa keadaan gunung yang demikian tinggi dan besar itu,
ketika Allah menunjukkan cahaya kewibawaanNya maka tiba-tiba gunung itu
terpendam ke dalam bumi. Dan bahwa gunung itu tidak muncul lagi hingga
hari kiamat karena takutnya dari cahaya kewibawaan Rabbul ‘alamin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Diriwayatkan di dalam tafsir Imam Ibn Katsir bahwa Allah menutup
dzatNya dengan 70.000 tabir, dan setiap tabir itu adalah paduan dari
cahaya, kegelapan dan air. Ketiga komponen itu, air, cahaya, dan
kegelapan itu dipadu menjadi satu tabir yang demikian dahsyat, dan
terdapat 70.000 tabir yang menutup antara makhluk dan Sang Khaliq,
dijelaskan oleh Al Imam Ibn Katsir menukil salah satu riwayat yang
shahih, bahwa apabila manusia mendengar suara gemuruh air yang menjadi
salah satu tabir yang menutup makhluk dengan Allah maka hatinya akan
lepas dan terlempar dari tubuhnya karena takut mendengar dahsyatnya
gemuruh air dari salah satu 70.000 tabir yang membentengi antara makhluk
dengan Allah. Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah bahwa jika tabir
itu terbuka satu saja dan tersingkaplah sedikit cahaya Rabbul ‘alamin
kepada gunung maka gunung itu lebur tidak tersisa dan tidak akan muncul
lagi hingga hari kiamat. Dan dalam riwayat lain gunung itu hancur
menjadi debu karena takutnya dari kewibawaan Ilahi, maka ketika itu
robohlah nabiyullah Musa ‘alaihissalam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Demikianlah cahaya keagungan Ilahi yang tertup dengan tabir air, cahaya
dan kegelapan. Air, cahaya dan kegelapan itu berpadu dan tidak bisa
terbayangkan bagaimana dahsyatnya. Diriwayatkan oleh Al Imam At Тhabari
dalam menafsirkan ayat ini bahwa ketika nabiyullah Musa meminta untuk
melihat Allah maka Allah berfirman : “ Wahai Musa engkau tidak akan
melihatKu bahkan melihat pasukan-pasukanKu pun engkau tidak akan mampu
”, maka Allah perlihatkan para tentaraNya di bumi dan berdatanganlah
seluruh halilintar yang berada di bumi, seluruh awan hitam dan seluruh
malaikat yang ada di bumi mengelilingi nabiyullah Musa dan bertakbir dan
bertasbih, yang mana takbir dan tasbih mereka lebih dahsyat dari
gemuruhnya ombak yang besar, kemudian Allah memerintahkan malaikat yang
di langit pertama untuk turun dan diperlihatkan kepada Nabiyullah Musa,
maka nabi Musa as melihat para malaikat yang demikian besar dan dahsyat
dengan
bentuk -bentuk yang belum pernah dilihat, dengan warna warni
yang belum pernah terlihat mereka bergemuruh dengan takbir dan tasbih
mengagungkan nama Allah, dan suara satu dari mereka lebih dahsyat dari
gemuruhnya guntur dan jumlah mereka yang demikian banyak mengelilingi
nabiyullah Musa As. Maka Allah perintahkan malaikat yang berada di
langit kedua untuk turun dan diperlihatkan kepada nabiyullah Musa,
demikian pula malaikat yang ada di langit ketiga, keempat, kelima dan
keenam turun untuk menghadap Nabi Musa As yang sudah tidak mampu lagi
berdiri, sehingga ia roboh berdiri dengan lututnya, dan ia menyesal
karena telah meminta untuk melihat Allah dan ia pun jatuh dan terduduk,
maka Jibril As berkata : “ Bertahanlah wahai Musa, karena kau akan
melihat yang lebih dahsyat dari hal ini sebgaimana permintaanmu ”, maka
nabiyullah Musa pun merapatkan tubuhnya di dinding pegunungan seraya
berkata : “ Wahai tuhanku, aku tidak berani berbuat apa-apa, jika aku
diam niscaya aku akan mati karena ketakutan dan kerisauan, dan jika aku
bergerak maka aku akan terbentur dengan triliyunan malaikatMu yang
sedang mengelilingiku ”, maka disaat itulah Allah membuka langit ketujuh
dan membuka salah satu dari 70.000 tabir yang menutupNya dengan
makhlukNya, kemudian diperlihatkan kepada gunung maka gunung itu
terpendam kedalam bumi dan tiada akan muncul lagi hingga hari kiamat.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rahasia kewibawaan Ilahi Yang Maha menguasai seluruh jagad raya, Dia
Allah subhanahu wata’ala Yang Maha mengenalkan dzatNya, Maha Pengampun,
Maha dekat, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Maha berwibawa dan Maha
berkuasa Yang berfirman:
ﻣَﺎ ﻳَﻔْﻌَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻌَﺬَﺍﺑِﻜُﻢْ ﺇِﻥْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻭَﺁَﻣَﻨْﺘُﻢْ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺷَﺎﻛِﺮًﺍ ﻋَﻠِﻴﻤًﺎ
( ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : 147 )
“ Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan
Allah Maha berterimakasih lagi Maha Mengetahui ”. ( QS. An Nisa’: 147 )
Sungguh Allah Maha berterima kasih dan Maha mengetahui perbuatan kita
dan getaran pemikiran kita, dan Allah Maha berterima kasih dan membalas
setiap kebaikan kita dengan sepuluh kali lebih besar dari kebaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Al
Bukhari :
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺔِ ﺃَﺧِﻴﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺣَﺎﺟَﺘِﻪِ
( ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ )
“ Barangsiapa yang (peduli) terhadap kebutuhan saudaranya, maka Allah ( peduli ) pada hajatnya ”. ( Shahih Al Bukhari )
Hadirin hadirat, jika hajat ( kebutuhan ) orang lain kita pedulikan
maka Allah akan peduli kepada hajat kita dan terlebih lagi jika kita
peduli pada hajat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, apa
hajat beliau?, Hajat beliau adalah tersebar luasnya dakwah beliau, dan
banyak cara untuk menyebarkannya, mungkin dengan ucapan, perbuatan,
internet, SMS, email, surat, harta, jabatan, bahkan dengan doa dan
munajat. Hadirin hadirat, berkhidmahlah untuk hajat sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka siang dan malam Allah subhanahu
wata’ala akan menyelasaikan segala hajat kita . Rabbi, jadikanlah kami
selalu berkhidmah kepada nabi yang paling Engkau cintai, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat, terbuka
segenap hijab di malam Isra’ dan Mi’raj untuk sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika 70.000 tabir dibuka maka Jibril pun
mundur seraya berkata : “ Aku tidak akan melanjutkan lagi, jika aku
melanjutkannya maka aku akan terbakar oleh cahaya Allah”, maka Allah
subhanahu wata’ala membuka 70.000 tabir itu hingga sang nabi shallallahu
‘alaihi wasallam berhadapan dengan Allah. Allah subhanahu wata’ala yg
berfirman:
ﺛُﻢَّ ﺩَﻧَﺎ ﻓَﺘَﺪَﻟَّﻰ ، ﻓَﻜَﺎﻥَ ﻗَﺎﺏَ ﻗَﻮْﺳَﻴْﻦِ ﺃَﻭْ ﺃَﺩْﻧَﻰ
( ﺍﻟﻨﺠﻢ : 9-8 )
“ kemudian dia mendekat (pada Muhammad), lalu bertambah dekat, sehingga
jaraknya (sekitar) dua busur panah atau lebih dekat (lagi) ”. ( QS. An
Najm: 8-9 )
Saat itu nabi Muhammad sangat dekat dengan Allah,
sebgaiamana dijelaskan di dalam kitab As Syifaa oleh hujjatul islam
wabarakatul anam Al Imam Qadhi ‘Iyadh Ar (Ar : alaihi rahmtaullah :
semoga baginya Rahmat Allah), bahwa Allah subhanahu wata’ala befirman
kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika ketika
Rasulullah melihat langit pertama yang begitu dahsyat dengan gemuruh
para malaikat yang bertasbih kepada Allah, demikian pula di langit
kedua, ketiga, dan seterusnya, nabi berjumpa dengan para rasul dan para
malaikat dan disetiap langit disambut oleh para malaikat, maka sampailah
ke muntaha al khalaiq, yang batas itu tidak bisa ditembus, tetapi
beliau menembusnya dan disaat itu hilanglah semua suara, dan segala
bentuk pemandangan, dan disaat itulah nabi Muhammad berhadapan dengan
Rabbul ‘alamin Allah subhanahu wata’ala, dan nabi saw mendengar suara
yang sangat berwibawa namun penuh dengan kelembutan : “ mendekatlah
wahai Muhammad dan singkirkan ketakutanmu wahai Muhammad ”, maka beliau
bersujud dan mengucapkan kalimat:
ﺍﻟﺘَّﺤِﻴَّﺎﺕُ ﺍﻟْﻤُﺒَﺎﺭَﻛَﺎﺕُ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕُ ﻟِﻠّﻪ
Kemuliaan, kesucian, keluhuran, keberkahan, milik Allah, dan beliau saw pun mendengarkan jawaban Allah :
ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺑَﺮَﻛَﺎﺗُﻪُ
“ Salam sejahtera, serta rahmat dan keberkahan Allah untukmu wahai nabi ”
Allah bersalam kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan nabi menjawab:
ﺍَﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴْﻦَ
“ Salam sejahtera untuk kami, dan para hamba yang shalih ( nabi dan para malaikat )”.
Rasul membawa seluruh nama malaikat dan nama ummatnya untuk mendapatkan
dan termuliakan dengan salam Allah kepada beliau, Rasul membagikan
salam itu kepada seluruh nabi, rasul, malaikat dan ummatnya dengan
jawaban : “ salam sejahtera untuk kami ( bukan untukku semata) dan para
hamba Allah yang shalih ”, semua dibawa oleh Rasul didalam keagungan
salam Allah subhanahu wata’ala, oleh sebab itulah sudah sepantasnya kita
selalu bersalam kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka shalawat dan salam kepada nabi Muhammad saw merupakan rukun
didalam shalat. Ucapan yang kita ucapkan didalam tahiyyat itu adalah
rahasia kemuliaan mi’raj disaat terbukanya 70.000 tabir, Rasul
berhadapan dengan Allah. Ucapan yang diucapkan antara Allah dan RasulNya
itulah yang selalu kita ulang-ulang disaat kita shalat, betapa agungnya
shalat itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺛَﻮَﺍﺏَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍﻟْﺂَﺧِﺮَﺓِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺳَﻤِﻴﻌًﺎ ﺑَﺼِﻴﺮًﺍ
( ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ : 134 )
“ Barangsiapa menghendaki pahala di dunia, maka ketahuilah bahwa di
sisi Allah ada pahala dunia dan akhirah, dan Allah Maha mendengar lagi
Maha Melihat ”. ( QS. An Nisa’: 134 )
Barangsiapa yang menginginkan
balasan di dunia atas amalan pahalanya, ia ingin kesuksesan di dunia, ia
ingin kemakmuran dan kebahagiaan di dunia, Allah mengatakan agar
niatnya disempurnakan karena sungguh Allah memiliki balasan di dunia dan
di akhirah. Jadi, orang-orang yang beramal shalih yang mengikuti
tuntunan sang pembawa keluhuran dari Yang Maha Luhur maka ia akan
mendapatkan balasan kemuliaan di dunia dan di akhirah, demikian janji
Rabbul ‘alamin. Namun ajakan-ajakan syaitan itulah yang membuat kita
terjauhkan dari keluhuran, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala:
ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻳَﻌِﺪُﻛُﻢُ ﺍﻟْﻔَﻘْﺮَ ﻭَﻳَﺄْﻣُﺮُﻛُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻌِﺪُﻛُﻢْ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓً ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻓَﻀْﻠًﺎ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺍﺳِﻊٌ
ﻋَﻠِﻴﻢٌ
( ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ 268: )
“Syaitan itu menjanjikan ( menuntun
pada ) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji ( kikir ),
sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia Nya kepadamu, dan Allah
Maha Luas lagi Maha mengetahui ”. ( QS.Al Baqarah: 268 )
Sungguh
syaitan selalu mengajak dan menuntun kepada kesusahan dan kefakiran,
orang sudah susah ingin dijadikan lebih susah lagi oleh syaitan, dan
syaitan juga selalu mengajak kepada kejahatan. Meskipun kau sudah
terjebak oleh ajakan syaitan, tetapi Allah tetap mengajakmu kepada
anugerah-anugerah dan pengampunan di sisiNya, dan Allah Maha Luas dan
Maha Mengetahui. Maha Luas pemberianNya dan Maha mengetahui kebutuhan
hamba-hambaNya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Pada
hakikatnya kekayaan dan kemiskinan bukanlah ukuran senang dan susah,
bukanlah ukuran kenikmatan dan kesengsaraan, karena apa?, karena jika
Allah subhanahu wata’ala mencabut kenikmatannya maka si pemilik harta
itu akan merasa lebih susah dari orang yang miskin, banyak orang-orang
yang kekayaannya dan hartanya berlimpah ruah tetapi ia sakit tidak bisa
makan ini dan itu. Rumahnya, mobilnya, kantornya semua ber AC, tetapi ia
tidak boleh menikmati makanan yang enak-enak, makan daging tidak boleh,
makanan ini dan itu tidak boleh, makanan yang manis-manis tidak boleh,
harus selalu makan yang pahit-pahit, maka ia akan iri dengan para petani
atau para kuli, karena mereka sesukanya bisa makan nasi tiga kali
sehari sebanyak-banyaknya dengan semua lauk yang di inginkan karena dia
tidak sakit apa-apa, maka ia akan iri pada petani atau kuli itu dengan
makanan-makanannya tetapi ia tidak boleh menyentuh dan memakannya karena
takut gula darahnya akan naik, kolesterolnya naik dan lain sebagainya,
ia seperti di penjara padahal ia dalam kekayaan, namun orang yang susah
melihat orang kaya dengan pikirannya : “enak sekali ia tidak kepanasan
di pagi, siang, sore atau malam, selalu sejuk dengan AC sedangkan kita
selalu kepanasan, malam diserang nyamuk, siang diserang lalat terus kita
dalam kesusahan ”, padahal kesemuanya dalam kesusahan jika tidak diberi
kenikmatan oleh Allah, tetapi jika Allah memberi kenikmatan maka orang
yang di penjara pun tetap bisa tertawa terbahak- terbahak, orang miskin
atau gelandangan yang di jalanan pun bisa tersenyum dan tertawa, namun
kenikmatan sempurna yang diberikan oleh Allah adalah kecukupan. Jika ia
membutuhkan suatu hajat maka dicukupi oleh Allah, apalagi yang ia
butuhkan selain hajatnya?, kalau hajatnya dikabulkan dan diberi oleh
Allah sebelum ia meminta, apalagi yang ia butuhkan selain terus mendekat
kepada Allah?!, ini adalah balasan Allah untuk para pengikut sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala
berfirman:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﻭَﺁَﻣَﻨُﻮﺍ
ﺑِﻤَﺎ ﻧُﺰِّﻝَ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻛَﻔَّﺮَ
ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺗِﻬِﻢْ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﺑَﺎﻟَﻬُﻢْ
( ﻣﺤﻤﺪ : 2 )
“ Dan
orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan kebajikan serta
beriman kepada apa yang diturunkan kepada nabi Muhammad, dia itulah
kebenaran dari tuhan mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka
dan memperbaiki keadaan mereka ”. ( QS. Muhammad: 2 )
Mereka yang
beriman dan beramal shalih dan mengikuti apa-apa yang dibawa oleh
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mana beliau adalah
Al Haqq ( kebenaran ) dari tuhan mereka maka Allah akan menghapus
dosa-dosa mereka dan Allah perbaiki keadaan mereka di dunia dan di
akhiratnya. Jika masalah akhiratnya masih berantakan maka Allah yang
memperbaiki, nafkahnya masih berantakan maka Allah yang akan
memperbaiki, masalah keluarganya berantakan maka Allah yang memperbaiki,
usahanya berantakan Allah yang akan memperbaiki, jasadnya berantakan
Allah yang memperbaiki, wafatnya Allah pula yang mengurusnya, ruhnya
Allah juga yang mengurusnya, dan surganya Allah pula yang menyiapkannya,
demikian keadaan para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Semoga Allah menjadikan aku dan kalian ada diantara mereka,
dipelihara dengan seindah-indah bimbingan Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits yang mulia ini, dimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dikatakan oleh sayyidina Abdullah bin Umar
bahwa ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami
shalat isya’ dan itu adalah shalat Rasulullah yang terakhir sebelum
wafatnya beliau, setelah itu beliau tidak lagi mengimami shalat karena
terus sakit dan akhirnya wafat. Setelah beliau mengimami shalat maka
beliau berdiri dan menoleh kepada jama’ah seraya bersabda: “ sungguh
seratus tahun yang akan datang tidak ada lagi yang tersisa di muka bumi
ini ”, maksudnya yang hidup di masa itu, 14 abad yang silam ketika
beliau mengatakan hal itu beliau sudah melihat usia semua penduduk yang
ada di daratan permukaan bumi dan tidak satu pun yang akan hidup lebih
dari 100 tahun mulai dari beliau mengucapkan bahwa semua penduduk bumi
yang ada pada saat itu akan wafat 100 tahun kemudian. Dijelasakan oleh
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarh
Shahih Al Bukhari, menukil dari syarah Al Imam An Nawawy bahwa yang
dimaksud adalah di masa itu ketika beliau mengucapkan 100 tahun kemudian
tidak ada lagi yang tersisa hidup dari yang hidup di saat itu, tapi
setelah beliau berucap, dan barangkali ada yang lahir, maka bisa saja
usianya melebihi dari 100 tahun, tetapi mereka yang ada di saat nabi
berucap , maka mulai dari bayi hingga orang yang paling tua tidak ada
yang akan hidup melebihi 100 tahun, hadits ini mengandung hikmah yang
sangat dalam, diantaranya banyak hal-hal ghaib yang diperlihatkan kepada
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan beliau melihat usia
seluruh penduduk di daratan permukaan bumi akan berakhir berapa usia
mereka. Demikian Allah subhanahu wata’ala singkapkan tabir-tabir rahasia
yang tidak diketahui oleh makhluk tetapi diketahui oleh nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang kedua adalah kita renungkan bagaimana
luasnya pemikiran Rasulullah saw bisa menguasai dan mengetahui seluruh
usia penduduk bumi akan berakhir sebelum 100 tahun dari ucapan beliau.
Dan salah satu hikmah yang perlu kita renungkan juga, barangkali di
majelis ini juga hanya tersisa satu atau dua orang saja yang akan
berusia sampai 100 tahun lagi, dan sisanya mungkin sudah tiada lagi,
sebagian besar barangkali sudah dikubur dalam makamnya, semoga kita
semua dalam husnul khatimah.
Kita yang berkumpul di malam hari ini
mudah-mudahan selalu berkumpul bersama dengan Rasulullah shallallah
‘alaihi wasallam di alam barzakh. Acara ini juga disiarkan secara
langsung di
www.majelisrasulullah.org, seluruh dunia bisa melihatnya. Semoga yang menyaksikan dari kejauhan menonton juga dilimpahi keberkahan oleh Allah, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketahuilah bahwa dosa dan kesalahan sesungguhnya ada pada manusia, dan
syaitan adalah hamba yang sangat takut kepada Allah, syaitan tidak
pernah berbuat dosa, maksudnya kesalahannya adalah iblis, dan perbuatan
dosa syaitan adalah menggoda, syaitan tidak berbuat dosa (berbeda dg
Iblis pimpinan mereka yg menolak perintah Allah swt). Para Syaitan tidak
minum arak tetapi dia hanya menggoda orang untuk meminumnya, syaitan
tidak berzina tetapi menggoda manusia untuk berzina, dan syaitan tidak
berjudi tetapi menggoda manusia untuk berjudi, demikian perbuatan
syaitan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ
ﺇِﺫْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻠْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﺍﻛْﻔُﺮْ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻛَﻔَﺮَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧِّﻲ ﺑَﺮِﻱﺀٌ
ﻣِﻨْﻚَ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﺧَﺎﻑُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺭَﺏَّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ
( ﺍﻟﺤﺸﺮ : 16 )
“ (bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia
berkata kepada manusia, “ membangkanglah kamu! ”, kemudian ketika
manusia itu menjadi kufur ia berkata, “ sesungguhnya aku berlepas diri
dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, tuhan semesta
alam ”. ( QS. Al Hasyr: 16 )
Dan jika orang itu telah kufur dan
berpaling dari agama Allah dan kelak ketika bertemu di hari kiamat, maka
syaitan itu berkata : “ aku berlepas diri darimu, aku takut kepada
Allah ”. Syaitan takut kepada Allah, kesalahannya hanya menggoda, namun
Allah jadikan syaitan itu bersama dengan yang digodanya, demikian pula
makhluk yang mengajak kepada kebaikan maka Allah jadikan dia bersama
dengan orang yang diajaknya dan yang mengikutinya, dan orang yang
mengajak kepada kejahatan, akan bersama dengan orang-orang yang
diajaknya, dan semoga kita termasuk orang-orang yang terajak oleh
tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersama nabi
Muhammad bukan bersama syaitan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sisakan hari-hari kita di dalam keluhuran, sisakan hari-hari kita dalam
rindu kepada Allah subhanahu wata’ala. Kita telah dengar Allah
subhanahu wata’ala begitu dahsyat kewibawaannya dan tabir yang menutup
antara makhluk dengan khaliq adalah hijab jasadiah, tetapi kalau
sanubari, sungguh sanubari itu bisa melihat atau merasa dilihat Allah
subhanahu wata’ala, karena dikatakan oleh hujjatul islam wabarakatul
anam Al Imam An Nawawy AR di dalam syarah nawawiyah ‘ala Shahih Muslim,
bahwa bukanlah hal yang mustahil seseorang di dunia melihat Allah, namun
tentunya dengan perasaan dan hatinya bukan dengan matanya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Ketika ditanyakan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra : “ Wahai Ali,
apakah engkau telah melihat Allah?, sampaikah derajatmu untuk melihat
Allah? ”, maka sayyidina Ali menjawab: “ bagaimana aku beriman kepada
yang tidak aku lihat, aku sudah melihat Allah ”, bagaimana engkau
melihatNya?, sayyidina Ali berkata: “ Aku melihatNya dengan sanubari dan
kekuatan iman ”, karena Rasul telah bersabda:
ﺍَﻟْﺈِﺣْﺴَﺎﻥُ ﺃَﻥْ ﺗَﻌْﺒُﺪَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺄَﻧَّﻚَ ﺗَﺮَﺍﻩُ ﻓَﺈﻥْ ﻟَﻢْ ﺗَﻜُﻦْ ﺗَﺮَﺍﻩُ ﻓَﺈﻧَّﻪُ ﻳَﺮَﺍﻙَ
“ Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatNya maka sungguh Allah melihamu ”
Ingat Allah tidak sama dengan segala sesuatu, jika muncul hayalan dalam
perasaan kita tentang bentuk-bentuk Allah, sungguh hal itu adalah
bisikan syaitan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika syaitan berkata : “ ini
ciptaan siapa, itu ciptaan siapa, maka hati kita akan terus menjwab: “
Allah, Allah, Allah ”, lalu syaitan akan berkata: “ Lalu siapa yang
menciptakan Allah?”, maka Rasul bersabda : “ jika kalian sampai pada hal
itu maka berlindunglah kepada Allah karena hal itu sudah berada di
jurang kekufuran ”.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hati-hati dengan lintasan perasaan keraguan dengan Allah, karena itu
adalah bisikan syaitan. Allah itu ada sebelum segala sesuatu ada,
pertanyaan yang akan muncul sejak kapan Allah itu ada? Sudah sejak
ribuan tahun alam semesta ada, maka sejak kapan Allah ada? Apakah ada
begitu saja?. Maka jawabannya adalah Allah itu ada sebelum kalimat
“kapan” itu ada. Kalimat “kapan” belum ada, Allah subhanahu wata’ala
sudah ada. Jadi Allah tidak bisa diikat dengan kalimat “kapan”, karena
kalimat “kapan” yang ditanyakan adalah waktu, sedangkan Allah lah yang
menciptakan waktu dan menciptakan kalimat “kapan” itu. Demikianlah Allah
subhanahu wata’ala yang maha luhur, membukakan bagi kita rahasia
keluhuran setiap waktu dan saat.
Muncul pertanyaan kepada saya
tentang foto-foto wali Allah bagaiamana hukumnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari : “
Wahai Umar, apabila syaitan berjalan dan berhadapan denganmu maka
syaitan akan menghindar darimu dan mencari jalan lain ”, diperkuat
dengan riwayat lain bahwa syaitan itu lari ketika melihat bayangan
sayyidina Umar ra. Dijelaskan oleh hujjatul islam wabarakatul anam Al
Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al
Bukhari bahwa tidak hanya sayyidina Umar yang mencapai derajat ini, tapi
banyak dari para sahabat, para tabi’in dan para imam-imam dan shalihin
setelahnya yang mencapai derajat ditakuti oleh syaitan, berlandaskan
firman Allah:
ﺇِﻥَّ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺳُﻠْﻄَﺎﻥٌ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﻦِ ﺍﺗَّﺒَﻌَﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐَﺎﻭِﻳﻦَ
( ﺍﻟﺤﺠﺮ 42: )
“ Sesungguhnya kamu (iblis) tidak mampu berkuasa atas hamba-hambaKu,
kecuali mereka yang mengikutimu yaitu orang-orang yang sesat ”. ( QS.Al
Hijr: 42 )
Ini menunjukkan bahwa tidak hanya sayyidina Umar yang
ditakuti oleh syaitan, tetapi hamba-hamba Allah yang shalih pun tidak
bisa terkecohkan oleh syaitan, dan juga berdasarkan sabda Rasulullah
kepada para sahabat riwayat Imam Al Bukhari di dalam kitabnya Adab Al
Mufrad : “ Maukah kalian kukabarkan tentang orang-orang yang terbaik
diantara kalian?”, maka para sahabat menjawab: “ betul wahai Rasulullah,
saya ingin mendengar siapa orang-orang yang terbaik diantara kami ”,
Rasulullah menjawab: “ mereka adalah orang-orang yang ketika kalian
memandangnya maka kalian akan mengingat Allah, membuat kalian ingin
dekat kepada Allah, membuat kalian malu kepada Allah, membuat kalian
enggan berbuat dosa ”. Wajah-wajah yang seperti itulah wajah yang
terbaik diantara kalian.
Hadirin hadirat, lalu bagaimana dengan
foto-foto para shalihin?, segala sesuatu yang bisa membuat kita semakin
dekat dan ingat kepada Allah maka hal itu baik dipandang. Bagaimana
dengan Ka’bah manakah yang lebih afdhal, bangunan batu atau wajah
seorang shalih? Tentunya wajah orang yang shalih lebih afdhal.
Sebagaimana hajar al aswad yang mana sayyidina Umar bin Khattab berkata:
ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻚَ ﺣَﺠَﺮٌ ﻟَﺎ ﺗَﻀُﺮُّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻔَﻊُ ﻭَﻟَﻮْﻟَﺎ
ﺃَﻧِّﻲ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳُﻘَﺒِّﻠُﻚَ
ﻣَﺎ ﻗَﺒَّﻠْﺘُﻚَ
“ Sesungguhnya aku mengetahui kau adalah batu yang
tidak memberi bahaya dan manfaat, kalau bukan karena aku melihat
Rasulullah menciummu, niscaya aku tidak menciummu ”(Shahih Bukhari)
Berbeda dengan orang-orang shalih karena Allah turunkan malaikat dengan
keberadaan mereka, dimanapun mereka berada maka Allah turunkan malaikat
disana. Hadirin hadirat, boleh dibuktikan orang-orang yang asyik hadir
di maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan bersih dari
makanan yang syubhat maka mereka tidak akan melihat jin atau syaitan
yang menakutkan, bukan mereka tidak melihat tetapi jin atau syaitan
tidak berani memperlihatkan dirinya kepada mereka karena mereka diikuti
para malaikat, tetapi orang-orang yang terus makan makanan haram, jarang
hadir maulid nabi, jarang berdzikir, jarang shalat, maka jin dan
syaitan akan terus menampakkan dirinya dengan bentuk yang berbeda-beda,
mungkin berambut panjang, dengan rupa nenek-nenek atau kakek-kakek atau
dengan rupa bayi dan lain sebgainya agar manusia takut, tetapi jika ia
adalah orang yang beriman dan mencintai sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, cahaya para malaikat muqarrabin mengelilinginya, maka
jin atau syaitan tidak berani mendekat atau menampakkan dirinya.
Hadirin hadirat, sampaikanlah dirimu pada derajat itu, maka engkau akan
tenang dari semua gangguan, di saat seorang hamba berdzikir mengingat
Allah maka Allah jaga dia dari segala sesuatu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Betapa mulianya orang-orang yang merindukan Allah, oleh sebab itu
wajah-wajah mereka dipajang. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam
kitabnya Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mencantumkan satu riwayat
yang tsiqah bahwa salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ketika didatangi oleh salah seorang sahabat dan berkata: “
wahai ummul mu’minin, aku belum sempat memandang wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam karena ketika itu aku masih kecil, maka
gambarkanlah kepadaku seperti apa wajah beliau ”, berkatalah ummul
mu’minin Ra: “ apakah engkau ingin melihat wajah Rasulullah?”, sahabat
itu berkata: “iya, wahai ummul mu’minin”, maka ummul mu’minin
mengeluarkan sebuah cermin kecil dan di cermin itu tergambarkan wajah
wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu ketika dipakai
bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu
tidak mau lahi memunculkan wajah yang lainnya kecuali wajah nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka cermin itu tidak mau
menangkap pemandangan yang lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, ummul mu’minin berkata: “ Jika aku merindukan
Rasulullah maka aku buka cermin ini dan aku melihat wajah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam ”. Kita tidak bisa melihat wajah
Rasulullah, maka dipajanglah wajah-wajah orang yang dicintai oleh
Rasulullah dari para shalihin dan para awliyaa’, karena hal itu akan
mengingatkan kita kepada Allah, bukan membuat kita musyrik justru
membuat kita semakin taat, hanya saja syaitan tidak suka karena syaitan
terbakar jika melihat wajah-wajah mereka. Maka syaitan berkata
singkirkan foto-fotonya karena hal itu musyrik, kalau foto artis
dipajang di rumah tidak apa-apa, atau foto gedung-gedung yang
mengingatkan kepada hal-hal keduniawian dipajang di rumah tidak apa-apa,
tapi kalau foto orang shalih maka musyrik..!, hal yang seperti ini
ajaran seorang muslim atau ajaran syaitan?!. Hadirin hadirat, ada logika
yang menjelaskannya. saya tidak berpanjang lebar menjelasakan.
Kita
bermunjat semoga Allah memuliakan kita dalam keluhuran, semoga Allah
subhanahu wata’ala terus memberikan keindahan dzatnya kepada sanubari
kita sehingga kita selalu merasa dekat kepada Allah. Rabbi, singkapkan
70.000 tabir yang menutup antara kami dan diriMu, bukakan seluruh tabir
itu untuk sanubari kami sehingga kami selalu asyik dan rindu padaMu ,
kami mendengar dari sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “
Barangsiapa yang rindu berjumpa dengan Allah, maka Allah pun rindu
berjumpa dengannya ”. Dan kami mendengar sabda nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, Engkau berfirman dalam hadits qudsy riwayat Shahih Al
Bukhari :
ﻣَﻦْ ﺃَﺣَﺐَّ ﻟِﻘَﺎﺋِﻲْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖُ ﻟِﻘَﺎﺀَﻩُ ﻣَﻦْ ﻛَﺮِﻩَ ﻟِﻘَﺎﺋِﻲْ ﻛَﺮِﻫْﺖُ ﻟِﻘَﺎﺀَﻩُ
“ Barangsiapa yang ingin perjumpaan denganKu maka Aku pun rindu
berjumpa dengannya, barangsiapa yang benci untuk berjumpa denganKu
Akupun benci berjumpa dengannya ”.
Pastikan kami adalah orang yang
selalu rindu berjumpa denganMu wahai Rabbi, munculkan kerinduan di dalam
sanubari kami untuk berjumpa denganMu wahai Rabbi. Wahai Yang Maha
Indah, wahai yang maha melimpahkan anugerah, wahai yang maha menyiapkan
surga terindah bagi hamba-hamba yang merindukanMu, dari cahaya kerinduan
yang terbit dari jiwa kami Engkau munculkan keberkahan dan kemudahan di
dunia dan akhirah, pengabulan hajat dunia dan akhirah…