Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Selasa, 14 Januari 2014
Ya Allah, tetapkanlah limpahan rahmat dan kesejahteraan serta keberkahan atas beliau
Ketika sang kekasih Allah itu tengah mendengarkan berita malaikat dengan penuh perhatian dan wajahnya tampak berseri bagaikan sinar di pagi hari, tiba tiba Halimah menjemputnya sambil memanggil..
Ia berseru, “Wahai anakku yang jauh di sana..”
Malaikat pun menyahut, “Wahai Muhammad, engkau tidaklah jauh, bahkan engkau sangat dekat dengan Allah, engkaulah pilihan dan kekasih Nya.
”Halimah kembali berseru, “Wahai anakku yang sendirian..”
Malaikat menyahutinya, “Wahai Muhammad, engkau tidak sendirian, bahkan engkaulah orang yang mempunyai pengukuhan.
Penghiburmu adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha agung. Dan teman temanmu adalah saudara
Saudaramu yang terdiri dari para malaikat dan ahli tauhid.”
Halimah berseru lagi,
“Wahai anak yatim..” Malaikat pun kembali menyahut, “Kebaikan Allah selalu diberikan kepadamu sebagai anak yatim.
Sungguh kedudukanmu di sisi Allah sangat agung.”`
Ketika Halimah melihat sang Nabi dalam keadaan selamat dari marabahaya, dengan gembira ia mengajaknya pulang ke rumah.
Kemudian Halimah menceritakan kejadian itu kepada sebagian peramal dengan mengulang ulang cerita tersebut kembali.
Kemudian sang peramal bertanya kepada Nabi, “Wahai anak dari negeri Sumur Zamzam, Maqam Ibrahim, Rukun Yamani dan Baitul haram, apakah engkau menyaksikannya dalam keadaan sadar ataukah tidur?”
Nabi menjawab, “Demi kehormatan Raja Yang Maha Mengetahui, aku menyaksikan para malaikat itu dalam keadaan sadar
Dan aku tidak meragukan kejadian itu dan tidak pula mataku saat itu terhalang.”
Sang peramal itu pun berkata,
“Bergembiralah engkau Nak. Engkaulah pembawa panji panji kemenangan. Kenabianmu menjadi kunci penutup para nabi.
Malaikat Jibril akan datang kepadamu. Dan di atas hamparan alas yang suci akan engkau peroleh firman Tuhan, Yang Mahaagung.
Tiada seorang pun yang dapat menghitung keutamaan yang meliputi dirimu. Untuk menguraikan sebagian dari sifatmu, lidah yang fasih pun tak lagi mampu
KISAH NABIULLAH MUHAMMAD SAW
Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang
“Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang
yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat),
Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia
menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya
beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah
kemenangan yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)
Abu
Hurairah r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w telah bersabda:
"Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian
beriman hingga saling menyayangi antara satu sama lain. Mahukah kalian
aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan
saling menyayangi antara satu sama lain? Sebarkanlah salam
sebanyak-banyaknya diantara kalian" - (Muslim)
Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali
ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu) Hind bin
Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan
perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan
kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka
dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang
senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam
purnamanya, tingginya cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu
pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan
bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat, warnanya
hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya,
yang bila baginda marah kelihatannya seperti bercantum, hidungnya
mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya lebat, kedua
belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya tebal,
giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang
halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi
tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara
kedua bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya
dan pusatnya dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya
dan perutnya bersih dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya
dan di atas dadanya berbulu pula, lengannya panjang, telapak tangannya
lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua tangan dan kakinya tebal
berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak kakinya tidak
menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya lembut
serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar
daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak
seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan
perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah
atas jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke
bumi, kelihatan baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada
melihat ke atas langit, jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan
terlalu lama, selalu berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya,
selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku:
Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti orang yang selalu
bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang,
tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan
bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh
mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau
berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina
diri, senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela
nikmat apa pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan
marahnya, apabila sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat
membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi
marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian
dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada
seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela
kerananya. Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela
sesuatu untuk kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan
semua telapak tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan
telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan
menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya,
dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang
menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya,
kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa,
baginda ketawa seperti embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan
lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian
aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya
sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan
itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.)
tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya,
malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku tentang
masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya
bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam
rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah
ta'ala, satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk
dirinya sendiri. Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh
dengan urusan di antaranya dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk
melayani semua orang yang awam maupun yang khusus, tiada seorang pun
dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani
ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang
terutama untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri
masing-masing dalam agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan
ada yang lebih dari itu, maka baginda akan duduk dengan mereka dan
melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri mereka sendiri
dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa yang perlu
dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan semua
orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir menyampaikan
kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku
keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa
yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan
keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan
menetapkan kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ
hanya hal-hal yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima
dari bicara yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka
datang kepadanya sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada
meninggalkan tempat melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka
tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka
keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang keadaannya
di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW ketika
di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada
kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka,
dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua
setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang
layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda
senantiasa menjaga hati mereka agar tidak dinampakkan pada mereka selain
mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia. Baginda selalu menanyakan
sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan selalu bertanyakan
berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang baik dipuji
dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala perkara, tidak
banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak suka lalai
atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah
meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa
mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang
utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang
paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan
membantu dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata
Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan
bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak duduk dalam
sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir
kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan
melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu.
Apabila baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk
sehingga selesai majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu.
Bila berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua
orang dengan sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya
itu merasa tiada seorang pun yang diberikan penghormatan lebih darinya.
Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan, atau
sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran
hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah
menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu keperluan, jika ada
diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan kata-kata yang
tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya sangat baik, dan perilakunya
sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah, dan mereka
dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat
sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu,
amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat padanya
segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang
sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua
dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu
diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan
ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada
orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya:
Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya mudah dilayan,
seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar atau suka
berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau atau
beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah
mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang
berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut.
Baginda tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka
mencari-cari keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang
kecuali yang mendatangkan faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam majelisnya
memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger di
atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula
berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu
basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila
dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa
takjub. Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang
seringkali bersifat kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu
daripadanya tanpa mahu mengalah atau menunggu, sehingga terkadang para
sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang, tetapi baginda tetap
menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati seseorang yang
perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan menghardiknya!".
Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa yang ditolongnya,
dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak menggalakkan untuk
berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa pun
sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau
baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Berkata
Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana
pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada
mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana
berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan
kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana
persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun
tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan
terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran.
Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun
menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat
berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan
melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang
berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang
lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat
oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk
maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat
buat ummatnya, baik
Kebenaran yang sejati tentang Tuhan dan cara menyembah-Nya hanya bisa diperoleh dari/ melalui wahyu.
Kebenaran yang turun melalui wahyu itulah
kebenaran yang sejati, yang paling benar, tidak
Bisa di nalar oleh fikiran, ilham dan kasyaf.
Tugas fikiran, ilham dan kasyaf adalah
membuktikan kebenaran wahyu bukan mencari
kebenaran yang lain.
Bangsa manusia telah memilih seorang wakil
yang paling sempurna dari kalangan mereka,
seorang insan yang paling tinggi kecerdasan
akalnya, paling luas ilhamnya dan paling
terang seluruh kasyafnya.
Wakil yang sempurna
itu tiada lain adalah Nabi Muhammad s.a.w. Sebelum
wahyu datang wakil yang sempurna itu telah
menjalani latihan khalwat di Gua Hiraa.
Melalui
proses tersebut kesempurnaan baginda s.a.w
menjadi lebih sempurna tetapi kesempurnaan
yang paling sempurna itu pun tetap tunduk
kepada hukum Allah s.w.t.
.. yaitu berhajat kepada
jawaban dan bimbingan yang langsung
dariNya, tidak mampu dcapai oleh akal, tidak
mampu
diuraikan oleh ilham dan tidak mampu dilihat oleh
kasyaf, walaupun kesemua itu
beradadalam kesempurnaan. Apabila Allah
s.w.t mendatangkan jawaban dengan wahyu-
Nya
barulah hilang segala kesamaran dan
kekusutan dan tersingkaplah hijab yang
menutupi
Yang Haq!
Fikiran, ilham dan kasyaf wajib menerima
dengan apa yang di bawa oleh wahyu karena wahyu
Adalah Kalam al-Haq.
Pada tanggal 17 Ramadan,
tahun ke 41 usia Nabi Muhammad s.a.w,
wahyu yang pertama menyinari fitrah suci
baginda s.a.w.
Terbukalah era baru di dalam
kehidupan manusia dan penduduk seluruh alam.
Yang samar menjadi terang. Yang tertutup menjadi
terbuka.
Yang terhijab telah tersingkap.
Yang Haq telah nyata tanpa keraguan
Langganan:
Postingan (Atom)