Ilmu ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang
Islam adalah agama damai, sejuk, indah, memberi keselamatan kepada
pemeluknya dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Siapapun yang menyentuh Islam akan ikut bahagia lahir dan bathin. Islam
adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berakhlak yang baik dan
bekasih sayang antara satu dengan lain. Junjungan kita Rasulullah SAW
memberikan contoh akhlak yang baik itu dan membimbing para sahabat dan
ummat zaman itu untuk berakhlak yang baik, saling sayang menyayangi dan
saling mencintai satu sama lain. Begitu mendalam dan berbekas pengajaran
akhlak dari Nabi kepada sahabat sehingga mereka bahkan lebih mencintai
saudaranya dari mencintai diri sendiri.
Bukan hanya terhadap
ummat, kepada musuhpun Nabi menunjukkan kasih sayang, memberikan maaf
kepada orang yang menyakiti Beliau bahkan terhadap orang yang pernah
ingin membunuh Beliau. Power kasih sayang yang tulus itulah yang
menyebabkan Beliau bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat Arab
yang terpecah menjadi banyak kabilah dan suku.
Dalam Hadist Qudsi Allah berfirman :
“Kasih sayang-Ku pasti Ku berikan kepada mereka yang saling berkasih
sayang di jalan-Ku, saling berkumpul memenuhi panggilan-Ku, saling
memberi pada jalan-Ku dan saling berziarah berkunjung karena aku”. (HR.
Ahmad, Hakim, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Baihaqi dari Mu’az).
Apabila kita ingin dicintai oleh Allah, maka tebarkanlah kasih sayang
kepada semua manusia di muka bumi ini terlebih lagi kepada kekasih-Nya.
Selain dari Guru Mursyid, kita tidak tahu siapa diantara manusia yang
berjalan dimuka bumi ini yang dekat dengan Tuhan dan makbul doanya
sehingga tidak ada salahnya kalau kita berbuat baik dan menghargai semua
orang sebagai bagian dari ajaran Rasulullah SAW. Bisa jadi orang yang
kita lihat secara zahir bisa-biasa saja ternyata dialah orang yang
paling dekat dengan Allah.
Berbuat baik dan menebarkan kasih
sayang itu ibarat menam tanaman yang baik, semakin lama akan menuai
hasil yang baik pula. Sebaliknya, berbuat jahat dan kemungkaran seperti
menebarkan api yang akan bisa membakar dan memusnahkan diri sendiri.
Guru saya yang mulia memberikan nasehat, “Jangan pernah kau mendokan
orang dengan doa yang buruk, karena kedudukanmu akan buruk pula di mata
Tuhan”. Guru sangat melarang kita untuk mendoakan orang agar kena bala
atau mendapat musibah, walaupun orang tersebut telaah berbuat jahat
kepada kita. “Jika ada orang yang berbuat tidak adil kepada engkau,
serahkan kepada Tuhan karena Dia lebih mengetahui hal yang tidak kau
ketahui”, demikian nasehat Guru kepada saya.
Cara Nabi membina
ummat Beliau zaman dulu kemudian diteruskan oleh para ulama pewaris
Beliau sampai sekarang, sehingga tidak mengherankan kita lihat di
kalangan pengamal Tarekat terutama yang masih satu Guru, diantara sesama
murid benar-benar akrab secara lahir dan bathin. Mereka saling berkasih
sayang, saling menghargai satu sama lain. Kedekatan dan keakraban
semasa murid Guru bahkan melebihi kedekatan dengan saudara kandung.
Memang para murid secara jasmani dilahirkan dari ibu yang berbeda akan
tetapi secara rohani mereka “dilahirkan” dari Guru yang sama.
Sesama murid Guru, pada hakikatnya kedudukan kita sama, tidak ada yang
lebih tinggi atau lebih rendah walaupun dalam pandangan zahir terkadang
dibedakan dari tahun masuk tarekat, tahun dituakan atau jumlah suluk
yang pernah di ikuti. Biarlah Guru dan Allah SWT yang memberikan
penilaian terhadap kedudukan kita, sementara tugas kita hanya memperkuat
tali persaudaraan sehingga rahmat Allah akan selalu mengalir kepada
kita semua. Begitu tingginya nilai persaudaraan dan persahabatan
sehingga Allah menjadi orang ketiga diantara dua orang yang bersahabat
sebagaimana Firman Allah :
“Aku adalah yang ketiga dari antara
dua orang yang bersahabat selama salah seorang diantaranya tidak
berkhianat. Bila salah seorang berkhianat kepada temannya, maka aku
keluar diantara keduanya.” (HR. Abu Daud dan Hakim dari Abu Hurairah).
Saya mengakhiri tulisan singkat ini dengan mengutip ucapan Guru, “Ilmu
ini (Hakikat) hanya bisa turun dengan Kasih Sayang dan kau pun
menyampaikannya dengan kasih sayang, tanpa kasih sayang maka ilmu ini
tidak akan bisa turun (tidak bisa diajarkan)”. Maknanya, ilmu-ilmu
hakikat yang sangat tinggi nilainya hanya bisa turun (mengalir) dari
Guru kepada para murid dan dari murid kepada orang lain harus dengan
kasih sayang. Itulah sebabnya dalam terekat yang diutamakan bukan zikir
atau ibadah akan tetapi Hadap (sopan santun) kepada Guru karena itu
merupakan kunci turunnya seluruh ilmu dan karunia Allah SWT.