Ada sebuah kisah yang mengisahkan tentang tempat tinggal roh. Abu Bakar r.a. ditanya tentang ke mana roh itu pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka Abu Bakar berkata : “Roh itu akan menuju ke tujuh tempat yakni : Roh para nabi ke surga Adnin, roh para ulama akhirat menuju ke surga Firdaus, roh mereka yang berbahagia menuju ke surga Illiyyina, roh para syuhada berterbangan seperti burung di surga sekehendak mereka, roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara, tidak di bumi dan tidak dilangit sampai hari kiamat, roh anak-anak yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik, dan roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijin, mereka disiksa beserta jasadnya sampai hari kiamat”.
Ikutan Setan
Sebagaimana uraian di atas wali mursyid merupakan teknokrat di bidang kerohanian. Syekh Abu Yazid Al-Bisthami berkata, “Barangsiapa menuntut ilmu tanpa Syekh (Guru Mursyid), maka setan lah sebagai Syekh (Guru Mursyid) nya”. Dalam sebuah hadist nabi bersabda: “Jadikanlah dirimu beserta Allah, jika engkau tidak bisa menjadikan kamu beserta Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang sudah beserta Allah”. Manusia yang sudah pasti beserta Allah tentu para Nabi dan para Auliya Allah.
Sekarang Nabi telah tiada secara zahir, tetapi rohnya tetap hidup bergandengan dengan Yang Maha Hidup (Allah SWT). Karena itu, manusia wajib mencari guru yang mursyid (ulama pewaris nabi) sebagai pengganti Rasul di muka bumi, sebagai juru selamat dunia dan akhirat. Karena rohani guru tersebut senantiasa bergandengan pula dengan rohani Rasulullah. Di situlah tempat bersandar diri bukan kepada ulama dunia yang kerap menjual ayat-ayat Tuhan. Ulama dunia malah diancam oleh Tuhandengan azab yang paling pedih.
Kembali ke soal roh, urusan roh memang tergolong urusan yang sangat pelik, maka jarang orang bisa memahaminya. Dekatnya jasmani misalnya dengan seorang guru mursyid, itu tidak berarti secara otomatis jiwa/roh kita pun ikut dekat. Bila si murid hendak berhubungan secara rohani dengan gurunya maka ia harus terlebih dahulu mensyucikan jiwa/rohnya. Menyucikannya bukan dengan air tetapi dengan dzikrullah secara sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk guru mursyid.
Sebagaimana uraian di atas wali mursyid merupakan teknokrat di bidang kerohanian. Syekh Abu Yazid Al-Bisthami berkata, “Barangsiapa menuntut ilmu tanpa Syekh (Guru Mursyid), maka setan lah sebagai Syekh (Guru Mursyid) nya”. Dalam sebuah hadist nabi bersabda: “Jadikanlah dirimu beserta Allah, jika engkau tidak bisa menjadikan kamu beserta Allah maka jadikanlah dirimu beserta dengan orang yang sudah beserta Allah”. Manusia yang sudah pasti beserta Allah tentu para Nabi dan para Auliya Allah.
Sekarang Nabi telah tiada secara zahir, tetapi rohnya tetap hidup bergandengan dengan Yang Maha Hidup (Allah SWT). Karena itu, manusia wajib mencari guru yang mursyid (ulama pewaris nabi) sebagai pengganti Rasul di muka bumi, sebagai juru selamat dunia dan akhirat. Karena rohani guru tersebut senantiasa bergandengan pula dengan rohani Rasulullah. Di situlah tempat bersandar diri bukan kepada ulama dunia yang kerap menjual ayat-ayat Tuhan. Ulama dunia malah diancam oleh Tuhandengan azab yang paling pedih.
Kembali ke soal roh, urusan roh memang tergolong urusan yang sangat pelik, maka jarang orang bisa memahaminya. Dekatnya jasmani misalnya dengan seorang guru mursyid, itu tidak berarti secara otomatis jiwa/roh kita pun ikut dekat. Bila si murid hendak berhubungan secara rohani dengan gurunya maka ia harus terlebih dahulu mensyucikan jiwa/rohnya. Menyucikannya bukan dengan air tetapi dengan dzikrullah secara sungguh-sungguh sesuai dengan petunjuk guru mursyid.