Di dalam mempelajari ilmu Agama mesti kita harus
mengenal Rasa, dalam pengenalan Rasa ini kalau hanya sampai pada
tingkat Syariat, bab Rasa itu tidak pernah dibicarakan atau disinggung.
Tetapi pada tingkat Tharekat keatas bab rasa ini mulai disinggung,
karena bila belajar ilmu Agama itu berarti mulai mengenal siapa Sang
Percipta itu. Karena ALLAH SWT maha GHOIB maka dalam mengenal hal GHOIB
kita wajib mengaji rasa.
Jadi jelas berbeda dengan tingkat
syariat yang memang mengaji telinga dan mulut saja. Dan mereka hanya
yakin akan hasil kerja panca inderanya. Bukan Batin..!
Bab Rasa dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu :
1. RASA TUNGGAL
2. SEJATINYA RASA
3. RASA SEJATI, dan
4. RASA TUNGGAL JATI.
Mengkaji Rasa sangat diperlukan dalam mengenal GHOIB. Karena hanya
dengan mengkaji rasa yang dimiliki oleh batin itulah maka kita akan
mengenal dalam arti yang sebenarnya, apa itu GHOIB.
1. RASA TUNGGAL :
Yang empunya Rasa Tunggal ini ialah jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah,
lemah dan capai. Kalau Rasa lapar dan haus itu bukan milik jasmani
melainkan milik nafsu. Mengapa jasmani memiliki rasa Tunggal ini. Karena
sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. Orang
tentu mengenal nama QODHAM atau ALIF LAM ALIF. Itulah sebabnya maka
didalam AL QUR’AN, ALLAH memerintahkan agar kita mau merawat
jasad/jasmani. Kalau perlu, kita harus menanyakan kepada orang yang
ahli/mengerti. Selain merawatnya agar tidak terkena penyakit jasmani,
kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi korban karena ulah hawa
nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin. Bila
soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, niscaya jasad kita
juga tahu terima kasih. Kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka
kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula. Karena
sesungguhnya jasad itu pakaian sementara kita untuk hidup sementara
dialam fana ini.
Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan
sungguh-sungguh (kita bersihkan 2 x sehari/mandi, sebelum puasa keramas,
sebelum sholat berwudhu dulu, dan tidak menjadi korban hawa nafsu,
serta kita lindungi dari pengaruh alam), maka dikala hendak mati jasad
yang sudah suci itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali keasal,
untuk kembali ke sang pencipta. Seperti halnya kita bersama-sama pada
waktu datang/lahir kealam fana ini. Mati yang demikian dinamakan mati
TILEM (tidur) atau mati sempurna.
Pandangan yang kita lakukan
malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad. Kalau jasad sampai
dikubur, maka QODHAM atau ALIF LAM ALIF, akan mengalami siksa kubur. Dan
kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.
Dalam mencari nafkah baik
lahir maupun batin, jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu
istirahat. Sebab itu ALLAH ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari
nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8 jam untuk beristirahat). Juga dalam
hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab itu ALLAH tidak
suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka berlebih-lebihan itu adalah
Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak merasa
puas.
2. SEJATINYA RASA :
Apapun yang datangnya dari luar
tubuh dan menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan sejatinya
rasa. Jadi sejatinya rasa adalah milik panca indera :
MATA :
Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tempatnya dll.
TELINGA :
Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang dll.
HIDUNG :
Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk dll.
KULIT :
Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang berpenyakitan dll.
LIDAH :
Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk dll.
3. RASA SEJATI :
Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari luar, dan dari
tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. Pada waktu keluarnya sesuatu dari
tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa Sejati
timbul pada waktu klimaks/pada waktu keluarnya Ma'ul hayat yang keluar
dari mangkuk "NUN" dibawah otak besar manusia atau HIPOTALAMUS mengalir
melalui tulang belakang manusia.
4. RASA TUNGGAL JATI :
Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Solat Dha’im.
Bedanya antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah :
Kalau Meraga Sukma jasad masih ada batin keluar dan dapat pergi kemana
saja. Kalau Sholat Dha’im jasad dan batin kembali kewujud Nur dan lalu
dapat pergi kemana saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali / bepergian
ke ALAM LAUHUL MAKHFUZ. Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im,
mula pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada “aliran“ yang
menuju ke atas / ke kepala. Pada Meraga sukma, bila “aliran“ itu
setibanya didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was.
🔴
Khusus dalam pengertian RASA TUNGGAL JATI ini, sangan didominasi oleh
kesempurnaan ilmu Nafas, Nufus, Tanafas dan Anfas, tanpa kesempurnaan
ilmu ini, rasa ini tidak bisa dilakukan.
Bila kita ikhlas, maka
kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu
ternyata masih memiliki jasad. Memang sesungguhnyalah, bahwa setiap
manusia itu memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad/jasmani yang tampak
oleh mata lahir ini. Kalau sholat Dha’im bertepatan dengan adanya
“Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian tubuh kita akan
“Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas Nur sebesar biji
ketumbar dibelah 7 bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian yang
berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi
setitik Nur. Nur inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati.
Selain itu, baik dalam Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak
bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja maka sudah sampai.
Rasa ini juga dapat disebut Rasa Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu
kita sudah tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan dan lain
sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk dapat melakukan Meraga
Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat/Kannat puasa. Jadikanlah puasa itu
sebagai suatu kegemaran. Dan yang penting juga jangan dilupakan
melakukan Dzikir gabungan NAFI-ISBAT dan QOLBU. Dalam sehari-hari sudah
pada tahapan lillahi ta’ala.
Hal ini berlaku baik bagi mereka
yang menghendaki untuk dapat melakukan SHOLAT DHA’IM. Kalau Meraga Sukma
mempergunakan NURRULLAH, tapi bila SHOLAT DHA’IM sudah mempergunakan
NUR ILLAHI. Karena ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala
sesuatu yang ada. Oleh sebab itu bila hendak mendalami ilmu MA’RIFAT
Islam dianjurkan untuk selalu bertindak berdasarkan rasa. Artinya jangan
membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri, jangan sirik, jangan
bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesama manusia, dll.
Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama,
karena masing-masing memiliki rasa. Rasa merupakan lingkaran penghubung
antara etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung
pergaulan umat dengan Penciptanya. Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti
dan makna yang luas. Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang hidup
mempunyai arti. Dan apapun yang mempunyai arti itu hidup. Sama halnya
apapun yang hidup mempunyai Rasa. Dan apapun yang mempunyai Rasa itu
Hidup. Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang
mendiami Rasa itu adalah Hidup.
Dan Hidup itu sendiri ialah Sang
Pencipta/ALLAH. Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama, ada
Penciptanya. Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati,
tidak saling merugikan, bahkan harus saling tolong menolong dll. Dan hal
ini sesuai dalam firman ALLAH :
“HAI MANUSIA ! MASUKLAH KALIAN
DALAM PERDAMAIAN, JANGAN BERPECAH BELAH MENGIKUTI LANGKAH SYAITAN,
SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU MUSUHMU YANG NYATA”.
Ingat ! Pengertian secara Haqiqat & Ma'rifat syetan itu musuh yang NYATA, bukan musuh yang GHOIB.
Sampai disini paham ya?
Jika ada sesuatu yang belum dipahami silahkan ketik dikolom komentar,
saran dan kritik kalian sangat berguna bagi kami, dan akan kami bahas
pada bab-bab selanjutnya.