Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka
tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan
oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu.
Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Fathir 2)
SAYA tak ingat betul, sejak kapan saya begitu perhatian dengannya,
seorang pria lembut, mengagumkan dan telah membuat hatiku jatuh cinta.
Yang masih saya ingat, ia adalah kakak kelasku ketika masih menjadi
mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, Jawa Timur.
Yang jelas, tak seperti layaknya Anak Baru Gede (ABG), perjalanan
perkenalan kami tak berlama-lama. Kami segera menikah usai lulus
sarjana. Selain itu, perlu dimaklumi, saya setiap hari memamai jilbab,
jadi alangkah tak pantasnya jika menjalin hubungan dekat dalam waktu
lama tanpa ada ikatan yang halal.
Alkisah, perjalanan kisah
asmara kami berjalan baik hingga ke pelaminan. Sungguh wanita mana yang
tidak bahagia menerima saat-saat seperti ini? Menikah dengan seorang
pria idaman, pasti adalah mimpi tiap wanita yang sehat akalnya.
Sayang, harapan tak semulus dengan kenyataan. Dalam perjalanan biduk
rumah tangga, tabiat buruk suamiku mulai muncul satu-persatu. Tabiat
paling utama adalah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Entah, kapan taibat buruk itu bermula. Yang jelas, usai pernikahan
beberapa bulan, ia tiba-tiba sering melayangkan bogem nya ke
bagian-bagian tubuhku jika dia sedang marah atau merasa kurang sesuai
dengan keinginannya.
“Kamu istri macam apa? plok!” demikian sambil kepalan tangannya itu mendarat di pelipis saya.
Duh, rasahnya pedih dan sakit. Tak hanya sakit fisik, tapi sakit dari
relung hatiku paling jauh. Ah, tapi mungkin itu memang karena
kesalahanku sebagai seorang istri yang teledor, begitu perasaan hati
agar bisa ridho menerima perlakukan ini.
Hari demi hari, mulai
kuperbaiki perjalanan rumah tanggaku, semata agar kehidupan lebih baik
dan aku bisa menjadi istri yang sholehah. Itu saja.
“Pyarr!” Tiba-tiba piring, gelas dan barang-barang melayang. Tak hanya itu, kali ini bukan lagi bogem yang menghampiriku.
Pria yang pernah kukagumi dan aku kenal sendiri di kampus, bukan
melalui orang lain, kali ini menjambak rambutku dan menyeret ke kamar
mandi. Di sana ia mendorong kepalaku ke dalam baik air. Setelah lama, ia
mengangkat kepalaku dan menenggelamkan lagi.
Rasanya bingung,
sedih, sakit, kecewa, semuanya campur jadi satu. “Ya Allah ya Rabbi,
syetan apa yang membuat suamiku seganas ini pada istrinya?”
Begitulah kehidupan rumah tanggaku. Di depan orang kami nampak baik, di
dalam rumah, ia seolah memperlakukan aku layaknya tahanan Guantanamo
Bay, penjara kejam yang dibangun Amerika Serikat (AS) untuk
memperlakukan saudara-saudara Muslim pasca 11 September.
Kekerasan dan siksaan (sudah tak bisa dihitung dan tak bisa saya
jelaskan di sini) berjalan hingga kelahiran anak kami yang pertama.
Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan kasarnya, singkat cerita,
pasca usia anak kami berjalan beberapa tahun, hubungan kami tak bisa
dipertahankan dan berakhi dengan perceraian. Alhamdulillah, Allah telah
menyelamatkanku dari “neraka kecil” itu.
Barakah Pesantren
Sembari masih membawa status “janda”, saya mencoba melamar berbagai
tempat. Semua telah kucoba dan selalu hasilnya nihil. Maklum, bidang
yang kugeluti termasuk kurang umum, yakni bidang seni.
Suatu
hari, aku mendapatkan informasi sebuah lembaga pendidikan di bawah
naungan sebuah pesantren di Surabaya. Dengan bismillah, kucoba melamar
sebagai tenaga pendidik bidang kesenian. “Malang tak dapat ditolak
untung tak dapat diraih,” demikian kata pepatah. Rupanya, lamaranku di
terima.
Betapa senangnya. Pertama, aku gembira karena bisa
mengamalkan ilmu, kedua, gembira bekerja di bawah lembaga yang memiliki
akar kuat dalam urusan agama. Maklum, meski menutup aurat, aku wanita
biasa-biasa saja, seorang dari kampung yang semenjak kecil kurang banyak
dididik ilmu agama.
Benar saja, beberapa tahun bergabung
dengan lembaga ini, tiap hari dan tiap saat, rasanya ilmu agamaku
bertambah. Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah!
Sementara
aku sibuk menjadi pendidik di Surabaya, anakku kutitipkan pada neneknya
di kampung. Tiap saat, usai gajian, aku pulang mengunjungi anak dan
mengirim keperluan. Begitu perjalannku beberapa tahun.Dan tak terasa,
sudah sekian lama kehidupan ini kujalani. Kira-kira hingga anakku masuk
SMP.
Lama menjalani hidup sebagai janda rupanya tak mengganggu
pikiranku. Sebab, setiap kali berfikir soal jodoh atau pria, selalu
teringat dalam pikiran kekejaman mantan suamiku, yang tak lain adalah
pria pilihanku sendiri. Karena itu, tiap terpikir soal pria, secepat itu
pula pikiran itu lewat begitu saja. Hmmm rasanya, berat untuk menikah
lagi. Bagaimana jika yang kuhadapi pria yang sama seperti kemarin? Di
depan ia lembut, di belakang dia seperti algojo. Duh, ngeri!
Meski demikian, setiap malam aku selalu berdoa di hadapan Allah agar
diberi jalan terbaik dalam hidup dan tak ingin diberi cobaan lagi
seperti yang telah lewat.
“Ya Allah cukupkan cobaan ini. Berilah kesabaran, dan gantilah kehidupanku dengan lebih baik di masa depan.”
Suatu hari, di bulan Februari, aku pulang ke kampung menaiki bus.
Perjalanan kurang lebih membutuhkan waktu 5 jam. Setengah jam bus
berjalan, tiba-tiba seseorang duduk di bangku sebelahku yang awalnya
kosong.
Seperti layaknya orang dalam perjalanan, ia bertanya
ini-itu. Karena kurang tertarik, saya menjawabnya secara asal dan apa
adanya. Namun saya sempat melihat raut berubah manakala aku menjawab
bekerja sebagai seorang pendidik di lembaga pesantren. Kamipun berpisah
tanpa saling mengenal.
entah, apa yang ada dalam pikiran pria
di bus itu. Rupanya, jawaban terkhirku itu membuat ia rela mencari
alamat dan tempat kos ku. Sebagai wanita baik-baik, aku menghargainya.
Meski demikian, aku tetap masih kurang tertarik berkenalan lebih serius
dengan mahluk bernama pria.
Usahanya yang gigih terus-menerus untuk berusaha menemuiku, membuatku harus menyampaikan sesuatu padanya.
“Saya seorang janda. Banyak di luar sana orang lebih baik yang bisa
Anda dapatkan,” begitu kalimatku suatu hari ketika berusaha menemuiku.
Tapi rupanya, kata-kata itu tak membuat dia mundur untuk terus berusaha
ingin menemuiku. Singkat kata, keluarlah pernyataan jujurnya yang
disampaikan padaku.
“Bagiku bukan soal janda. Saya butuh istri
dengan latar belakang agama (Islam) yang baik. Setidaknya, aku menemukan
itu padamu,” katanya.
Pernyataan ini cukup mengagetkan dan
setidaknya membangunkan kesadaranku selama ini. Ternyata dia serius
ingin mencari seorang istri. Sementara aku, masih terbawa terutama lama,
KDRT yang terus menyisahkan luka.
Dengan kerendahan hati,
kegalauan ini kusampaikan terus-menerus di hadapan Allah Subhanahu
Wata’ala di kala shalat, agar aku mendapatkan jalan terbaik, pilihan
Allah semata.
Dengan takdirnya, akhirnya Allah mempertemukanku
dengan seorang pria baik, seseorang yang sebelumnya belum pernah
mengenal secara dekat dengan wanita, bahkan dia seorang perjaka.
Allah mengirimku seorang perjaka baik-baik, yang kelembutannya di atas
mantan suamiku, dan ketulusannya bukan main-main telah diberikan
kepadaku. Meski hanya lulusan SMU, tetapi ilmunya di atas orang sarjana
yang pernah kutemui. Seorang yang matang dan dewasa, bertolak belakang
dengan mantan suamiku yang dahulu. Setahun kami menikah, ia ingin
bertempat tinggal dekat pesantren di mana aku mengabdi. Dia yang rajin
shalat dan ibadah tak pernah lalai di acara-acara kajian dan daurah.
Kini, kami dikaruniai seorang putri manis kesayangan kami. Oh ya,
Alhamdulillah, kami berdua kini juga tinggal bersama-sama dengan anak
pertama. Dan suamiku yang kedua ini juga sayang pada anaku yang pertama,
layaknya anak sendiri. Jadi telah lengkap sudah kegembiraan ini.
“Hasbunallah wa nikmal wakil, Nikmal maula wa Nikman Nasir”(Cukuplah
Allah saja yang menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik
Pelindung).
Hikmah dan pelajaran
[يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ {200
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran : 200)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ
اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.
Al-Baqarah: 155)
Nikmat dan musibah adalah salah satu bekal
hidup seorang Muslim dalam mengarungi kehidupan di dunia. Rasulullah
dalam sebuah hadits mengatakan. "Sesungguhnya tidaklah kalian diberi
sesuatu (kenikmatan) yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran."
[HR. Bukhori (13/94), Muslim (2/601)]
Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Rabu, 29 Januari 2014
BANTUAN ITU DATANG SETELAH SHALAT TAHAJUD
” Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Al
Baqarah 45) “
Sore menjelang maghrib beberapa hari lalu,
istriku terlihat resah. Beberapa kali mondar-mandir dari dapur ke ruang
tamu. Raut wajahnya tampak kalut. Karena penasaran, saya pun bertanya
kepadanya. “Ada apa toh umi. Dari tadi ko terlihat bingung?”.
“Anu, Abi. Beras di dapur sudah habis. Bingung besok enggak ada yang
dimasak,” jawabnya sambil menunjukkan karung beras yang sudah kosong
melompong.
Kekhawatiran istriku bisa dimaklumi. Pasalnya, jika
besok tidak ada beras yang dimasak, maka tiga belas anak yayasan yang
kami asuh terancam bakal tidak makan. Itu berarti, mereka akan berangkat
sekolah dengan perut kosong.
“Umi tenang saja, ya. Meski beras
sudah tidak ada, tapi kita masih punya satu malam untuk shalat tahajud
dan meminta kepada Allah,” kataku menenangkan dengan penuh kenyakinan.
“Iya abi, umi yakin. Semoga saja Allah yang Maha Pemberi rezeki
berkenan membantu kita,” harapnya meski kekalutan masih tergambar di
wajahnya.
Malam harinya, pukul 2.30 dini hari saya dan istri
bangun. Sekitar sepuluh menit berwudhu dan memakai pakaian shalat.
Setelah itu membangunkan anak-anak yang sedang tidur pulas. Cukup sulit
juga membuat mata mereka melek. Meski sudah dipukul pelan dengan sajadah
dan kata-kata “Shalatul lail” berulang kali, tetap saja mereka tidak
bangun-bangun.
Parahnya lagi, bila ada yang sudah bangun, tak
jarang yang tidur lagi. Cukup lama memang agar mau membuka mata mereka
melek dan langsung mengambil air wudhu. Mungkin karena masih kecil-kecil
jadi sulit dibangunkan. Tapi, setelah sekitar 15 menit dan beberapa
kali dibangunkan, akhirnya mereka pun semua bangun.
Sembari
menunggu mereka siap-siap, saya dan istri shalat lebih dulu. Biasanya,
mereka akan menyusul shalat. Dalam suasana syahdu di sepertiga malam itu
saya pun berdoa dan memohon kepada Allah SWT. Kedua tangan
kutengadahkan ke langit. Istri dan anak-anak mengamini meski dengan mata
merem-melek menahan kantuk.
“Ya Allah, Engkau Maha Kaya.
Berilah rezeki yang halal dan berkah untuk kami ya Allah. Kami tidak
memiliki apa-apa kecuali dari-Mu. Jika ia ada di langit, turunkanlah,
jika di bumi keluarkanlah, jika kotor sucikanlah. Terdengar suara amin
para santri. Air mataku meleleh.
Subhanallah. Pagi sekitar
pukul 10.00 tiba-tiba datang seseorang perempuan membawa empat karung
beras. Entah tahu dari mana, tapi kata perempuan itu ia sengaja mencari
yayasan di daerah itu, Sidoarjo, Jawa Timur. Yayasan kecil kami terletak
jauh di dalam gang. Tak banyak orang tahu. Selain itu, di sekitar juga
banyak yayasan lain jauh lebih besar dan terkenal.
Saya yakin, ia dikirim oleh Allah. Dan saya yakin, itu jawaban atas doa anak-anak yayasan semalam.
“Subhanallah, ternyata betul ya Abi. Allah pagi ini buktikan janji-Nya,” kata istri setelah mengantar dermawan itu pulang.
Sejak itu, saya dan istri makin yakin kekuatan shalat malam. Shalat
malam bisa menjadi senjata untuk mengundang pertolongan Allah setiap
saat dan dalam kondisi apapun.
Sejak saat itu pula, saya, istri
dan seluruh penghuni yayasan melakukan shalat tahahud tiap malam. Dan
ternyata, hingga kini Allah selalu mencukupi kebutuhan kami. Kami tidak
pernah kelaparan. Pertolongan seperti itu juga sering kami alami.
Pernah suatu saat, tiba-tiba seseorang datang jauh-jauh dari Malang.
Kata lelaki yang memiliki salon itu, ia bermimpi disuruh untuk
memberikan sedekah ke sebuah yayasan di daerah tersebut.
Ciri-ciri yayasan itu, katanya kecil dan ustadz pemangkunya berbadan
kurus. Maka, dicarilah yayasan yang dimaksud dalam mimpinya itu. Tapi,
sudah dicari-cari tak jua ketemu. Ketika menemui yayasan kami, yakinlah
orang tersebut jika yayasan itu yang ada dalam mimpinya.
“Iya,
ini pesantrennya yang ada dalam mimpi saya,” katanya. Meski berkali-kali
saya pertanyakan jangan-jangan bukan yayasan ini yang dimaksud, tapi ia
tetap bergeming. Ia pun memberi uang Rp 2 juta rupiah.
Tidak
hanya itu. Pernah juga ada kejadian serupa. Ceritanya, ada seseorang
nyasar yang ingin memberi bantuan. Ia sebenarnya ingin memberi sedekah
ke yayasan lain. Tapi, entah kenapa, ia justru datang ke yayasan kami.
Saya pun menjelaskan jika yayasan ini bukan yang ia maksud dan
memintanya agar menyalurkan sedekahnya ke yayasan semula.
Tapi,
meski sudah berkali-kali dibujuk, ia tetap saja bersikukuh. “Sudah,
sedekah ini saya berikan untuk yayasan ini saja,” paparnya. Karena tak
bisa menolak, sedekahnya pun kami terima. Dalam hati saya berucap
dengan sedikit bergurau: “Ternyata, malaikat pinter juga ya mengalihkan
orang berbuat baik.”
Saya sendiri sudah beberapa tahun menjadi
pengasuh di yayasan Islam di Sidoarjo milik salah satu ormas Islam.
Yayasan itu belum terlalu besar. Gedungnya saja masih milik orang lain,
hanya disuruh menempati saja. Ada tiga belas anak yang masih sekolah,
dari bangku SD hingga SMA. Mereka dari berbagai daerah, ada dari
Sidoarjo sendiri, Balikpapan, Madura, Semarang, Surabaya, dan deerah
lainnya.
Seperti yayasan pada umumnya, pembiayaan gratis dan
berasal dari umat Islam. Tapi, kendati demikian, saya tak pernah
khawatir Allah telantarkan kami. Karena itu, agar Allah tak pernah sepi
menolong, maka tiap malam kami harus sering meminta dan menagih
janji-Nya.
CAHAYA ALLAH (NUR ILAHI) YANG MEMANCAR DARI TUBUH ORANG MUKMIN
Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya
Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya
ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan
bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak
dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang
minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.
Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada
cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (An Nur 35)
Allah memberi cahaya kepada
segala sesuatu yang ada dilangit dan bumi. Pada dasarnya seluruh alam
semesta ini berada dalam kegelapan, kemudian Allah memberikan cahayanya
pada tempat tempat tertentu. Perhatikan langit dan angkasa raya yang
dipenuhi bintang bintang. Semua itu berada dalam keadaan gelap, kemudian
Allah jadikan bintang, matahari dan bulan sebagai sumber cahaya yang
menerangi sekelingnya.
Dalam salah satu hadist yang
diriwayatkan Al Bazzar dan Abdullah ibnu Amr ia pernah mendengar
Rasulullah bersabda:” Sesungguhnya Allah menciptakan mahluknya dalam
kegelapan, lalu melemparkan kepadanya suatu cahaya dari cahayaNya. Maka
barang siapa yang terkena cahaya itu, ia mendapat petunjuk, dan siapa
yangb luput darinya maka sesatlah ia”
Terang dan gelap adalah
dua keadaan yang jauh berbeda. Tidak sama keadaan orang yang berada
ditempat terang dengan orang yang berada di tempat gelap. Allah telah
mengingatkan hal ini didalam surat Fathir ayat 19 – 21 :
19.
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. 20.dan
tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya ,21. dan tidak (pula) sama
yang teduh dengan yang panas, (Fathir 19-21)
Orang yang berada
dalam kegelapan adalah orang yang jahil, bodoh, tidak berilmu, hidupnya
terasa sempit, kacau penuh carut marut dan berbagai kesulitan dan
kesengsaraan. Sebaliknya orang yang berada pada tempat yang terang
adalah orang yang berilmu, hidup sejahtera, aman nyaman dan tentram
penuh dengan berkah dan rahmat Allah. Dalam surat Fathir diatas
disebutkan bahwa orang yang berada ditempat gelap diumpamakan seperti
orang yang buta dan berada pada tempat yang amat panas.Sedangkan orang
yang berada pada tempat terang seperti orang yang melihat dan berada
pada tempat yang teduh dan sejuk, tentu saja tidak sama keadaan kedua
orang tersebut.
Cahaya orang Mukmin di Dunia
Orang
beriman adalah orang yang berada dalam naungan cahaya Allah, wajah dan
hatinya diliputi cahaya yang dapat dirasakan oleh orang disekitarnya.
Kata katanya menentramkan dan menyejukan hati, perilaku dan ahlaknya
menyenangkan orang disekitarnya. Dimanapun ia berada selalu mendatangkan
kedamaian dan ketenangan. Orang yang peka dan terang hatinya dapat
melihat cahaya yang terpancar dari wajah orang Mukmin ini.
Sebaliknya orang yang tidak beriman pada Allah berada dalam kegelapan.
Wajah dan hatinya diliputi kegelapan diatas kegelapan. Kata katanya
menyakitkan hati, perilaku dan ahlaknya menimbulkan keresahan bagi orang
disekitarnya. Hidupnya penuh kebohongan dan tipuan, kesana kemari
mengumbar syahwat dan kesenangan fatamorgana. Orang yang mengikutinya
sering terjebak kesenangan semu, yang berakhir dengan kesengsaraan dan
derita. Orang yang peka dan terang hatinya dapat melihat kegelapan wajah
orang ini.
Tanda tanda orang beriman yang bermandikan dan berselimut cahaya itu adalah mereka yang disebutkan dalam surat An Nur ayat 36:
36. Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan
waktu petang, 37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan
tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu
hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (An Nur
36-37)
Mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dan urusan dunia
dalam berzikir mengingat Allah, mengerjakan shalat, menunaikan zakat,
dan mereka takut akan datangnya suatau hari yang hati dan penglihatan
manusia bergoncang (kiamat). Mereka selalu bertasbih mensucikan dan
menganggungkan kebesaran Allah dimasjid masjid pada waktu pagi dan
petang hari.
Cahaya yang memancar dari wajah dan tubuh orang
beriman ini dapat dilihat oleh golongan Jin didunia ini. Hal ini bisa
kita dengar dari pengakuan jin yang masuk kedalam tubuh seorang mediator
seperti terlihat pada video berikut ini:
MELIHAT CAHAYA ORANG MUKMIN
Jin fasik dan kafir tidak berani mendekat orang yang taat beribadah,
mereka merasa panas berada didekatnya. Cahaya yang memancar dari tubuh
orang mukmin ahli ibadah dapat membakar mereka. Orang yang tidak
beriman tidak memiliki cahaya seperti itu, mereka jadi bulan bulanan
tipu daya jin dan syetan dalam kehidupan dunia ini. Allah juga
menyebutkan hal ini dalam surat an Nahl ayat 99 dan 100. Bahwa syetan
dan jin tidak punya kekuasaan dan kekuatan terhadap orang yang beriman
dan bertawakal pada Allah, mereka hanya sekutu Allah.
Salah
satu shabat yang ditakuti oleh golongan jin dan syetan adalah Umar bin
Khatab, dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Rasulullah bersabda
pada Umar bin Khatab: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,
tidaklah setan bertemu denganmu di suatu jalan melainkan ia akan
mengambil jalan yang lain dari jalanmu.” (HR. Bukhari, no.3480).
Golongan Jin dan syetan bisa mengenal orang mukmin dari jauh dari cahaya
yang memancar dari wajah dan tubuhnya. Mereka selalu menghindar dari
pertemuan dengan orang seperti ini.
Cahaya orang Mukmin di Padang Mahsyar
Banyak ayat Qur’an yang menceritakan bahwa kelak dihari berbangkit
orang beriman dikenal dengan cahaya yang mengiringinya didepan ,
belakang, kiri dan kanannya. Tubuhnya bermandikan cahaya. Mereka dapat
dikenal dengan mudah dari cahaya yang memancar disekitar tubuhnya. Allah
menyebutkan hal itu dalam surat al hadit ayat 12 :
12. (yaitu)
pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
(dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu,
(yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal
di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar.” ( Al Hadit 12 )
Hal yang sama disebutkan Allah dalam surat at Tahrim ayat 8:
8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu
akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(At Tahrim 8 )
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh
imam Bukhari dan Muslim Rasulullah mengajarkan kita untuk berdoa memohon
cahaya pada Allah sebagai berikut:
Allahummaj al fii Qolbi
nuron, wafii lisaani nuuron, wafii sam’i nuron, wafii bashorii nuron,
wamin fawqii nuron, wamin tahtii nuuron, wa an yamiinii nuron, wa an
syamaali nuron, wamin amaamii nuron, wamin kholfii nuuron, wajj al fii
nafsii nuron, wa a’dzimlii nuuron, wa adzzim lii nuuron, wajj allii
nuuron, wajj alni nuron, Allahumma a’thinii nuuron, wajj al fii ashobii
nuron, wafii lahmi nuuron, wafii damii nuuron, wa fii sya’rii nuuron,
wafii basyarii nuuron, ..
“Ya Allah ciptakanlah cahaya di
hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di
penglihatan-ku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di
sebelah kananku, cahaya di sebelah kiriku, cahaya dari depanku, dan
cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, per-besarlah
cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untuk-ku, dan
jadikanlah aku sebagai cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku,
ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku, cahaya dalam
darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku” (Hal ini semuanya
disebutkan dalam Al-Bukhari 11/116 no.6316, dan Muslim 1/526, 529, 530,
no. 763)
Demikianlah Allah memberikan cahayaNya pada orang yang
beriman berupa Aura Nur Ilahi ketika hidup didunia dan ketika berada di
Padang Mahsyar kelak. Mintalah kepada Allah agar Dia menambahkan
cahayanya pada kita masing masing.
Tidak Memerlukan Pujian Dan Tidak Tenggelam Oleh Pujian
Tidak meminta pujian kpda orang-orang yang suka memuji dan tidak bercita-cita mendapatkannya.
Jika ada seseorang memujinya, maka dia tidak terkecoh tentang hakikat dirinya di depan orang yang memujinya, karena mmg dia lebih mengetahui tentang rahasia hati dan dirinya dari pda orang lain yang bisa tertipu penampilan dan tidak mengetahui batinnya.
Ibn ‘Atha’illah berkata, “Orang-orang memujimu dari prasangka mereka tentang dirimu.
Maka engkau adalah orang yang mencela dirimu sendiri karena apa yang engkau ketahui pada dirimu.
Orang yang paling bodoh adalah yang meninggalkan keyakinannya tentang dirinya karena ada prsangka orang-orang tentang dirinya.”
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anh, bahwa jika dipuji orang lain maka beliau berkata, “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang mereka katakan.
Berikanlah kebaikan kepadaku dari apa yang tidak mereka ketahui.”
Bagaimana Sifat Jalal Disisi Zat Allah?
Menyambung artikel sebelumnya tentang Sifat Kamalat, maka kali ini akan
dijabarkan bagaimana perwujudan sifat jalal yang merupakan kebesaran
Allah semata. Bagaimana sifat Jalal yang merupakan sifat Kebesaran Allah
bisa dirasakan?
Bukti Sifat Jalal, Kebesaran Allah
Sifat Jalal berasal dari perbendaharaan Hukum-Nya yang tiada berbatas,
diantaranya termasuk hukum nyata yang disebut hukum alam (sunatullah)
maupun hukum yang tersembunyi di Al Malaaul A'la, dimana Allah kemudian
menurunkan bentuk Kebesaran-Nya berupa:
Hukum yang
dijalankan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali, kepada makhluk
apapun yang hidup di alam semesta yang nyata ataupun tersembunyi.
Hukum-hukum yang pernah dijalankan manusia tak lain berasal dari alam Al
Malaaul A'la, bahkan hukum yang yang akan (belum terjadi) dijalani
nantinya sudah tertulis disana. Tidaklah suatu hukum datang begitu saja,
apapun bentuk hukum yang sifatnya duniawi dan akhirat telah diberikan
Allah melalui akal pikir manusia, hanya saja kita tidak menyadarinya.
Ruh makhluk yang ber-nyawa, dimana ruh nantinya akan diberikan
nikmat dari Allah kepada jin dan manusia ketika hidupnya mencari jalan
untuk kembali kepada asalnya, dan mereka akan merasa tersiksa jika tidak
kembali ke tempat asal usul terciptanya ruh tersebut. Bgaiamana ruh itu
tersiksa? Ketika manusia itu meninggalkan raga maka dia akan mencari
jalan pulang, tetapi mereka yang tidak mengetahui jalan kembali kepada
Allah maka akan terus berada di Bumi hingga hari berbangkit. Bagaimana
ruh bisa mencari jalan kembali kepada sang pencipta ketika manusia itu
masih hidup? Maka setiap manusia bisa memerintahkan ruh Idhafie untuk
mencari jalan kebenaran, dimana ruh ini dapat melihat apapun tanpa
mengenal jarak dan menembus dinding alam nyata, menerobos masa lalu dan
masa mendatang. Ruh ini mampu bekerja dalam keadaan terjaga atau tanpa
sadar (mimpi), dimana dia dianggap memiliki kekuatan superanatural yang
mampu bergerak kemana saja sesuai keinginan manusia, dan dia bertindak
atas nama Allah di alam Asma'.
Angin yang diberikan kepada tujuh
petala Bumi berupa tujuh gelombang frekwensi yang dimulai dari titik
fokus susunan tata surya Bima Sakti, yaitu dari matahari ke Bumi. Maka
dalam ilmu astronomi dikenal sebagai angin surya yang memancarkan
radiasi panas yang kuat, tetapi bumi menyaring angin surya ini melalui
lapisan atmosfer. Begitu juga angin yang ada di Bumi dipengaruhi
matahari sehingga dapat dirasakan panas atau dingin.
Akal
Pikiran yang memiliki derajat Mutawassith, yaitu akal pikir dalam hal
membangun urusan duniawi termasuk didalamnya cabang ilmu sosial dan
cabang ilmu budaya. Sementara akal pikir yang membangun ukhrawi termasuk
didalamnya ilmu Kalam (ushuluddin, hakikat tauhid) dan I'tikad.
Dari alam Al Malaa ul a'la telah diturunkan Allah ilmu Hakikat Tauhid
kepada umat manusia, dimana ilmu ini nantinya berguna untuk melepaskan
ruh dari ikatan syirik terhadap sang Pencipta. Ketika manusia tidak
mengenal ilmu tauhid, sekalipun membaca ayat Al Fatihah bisa menimbulkan
syirik. Karena keajaiban yang diterima menurutnya akibat dari ayat
tersebut, bukan dari Allah.
Tujuh Petala Bumi adalah tujuh
gelombang yang berasal dari jalur orbit Bumi dan bulan sebagai satelit,
diantaranya dua gelombang berasal dari Venus dan Merkurius, dan lima
gelombang lainnya tanpa planet. Alam Tujuh petala Bumi ini dikuasai oleh
makhluk jin dimana kekuasaannya berada dari titik matahari yang panas
hingga di Bumi.
Alam Jin, merupakan alam makhluk Allah yang
hampir mayoritas memiliki sifat sombong dan takabur untuk mempengaruhi
manusia agar tersesat menuju jalan kepada Allah. Sebagian jin ada pula
yang meyakini Islam, akan tetapi sifat terburuk manusia adalah dasar
mengukur sebaik-baik Jin, sehingga nantinya jika jin itu masuk surga
akan menempati surga tingkat pertama. Untuk mengenal tentang Alam jin
yang dijelaskan disini bisa ditemukan pada artikel terdahulu "UFO Dan
Wilayah Alam Jin".
makhluk jin, kebesaran allah
Hai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup melintasi penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada
kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka
kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya) (Ar-Rahman 55:33-35)
Jadi, jika kita melihat seorang manusia yang telah membunuh dan
menganiaya puluhan orang tak bersalah, maka seperti itulah sebaik-baik
sifat jin. Tetapi sayangnya, banyak orang dan tanpa terkecuali
paranormal yang menggunakan kekuatan jin untuk membantu urusan duniawi
mereka, para jin dipuja dan disembah sebagai dewa. Ketika para jin
disembah dan dipuja, maka sifat mereka semakin sombong dan merasa mampu
melewati tujuh petala langit untuk mendengar berita langit. Kemudian
berita langit ini disampaikan kepada manusia atau paranormal yang
menggunakan kekuatan mereka. Tetapi para jin ini tak bisa lolos dari
nyala api dan cairan panas yang turun dari langit, secara fisik dapat
kita lihat sebagai meteor dan petir.
Inilah bentuk daripada
sifat Jalal, sifat Kebesaran Allah yang bisa dirasakan manusia. Tetapi
manusia itu sebagian besar enggan mengakui dan tidak memiliki rasa
keinginan untuk mencari jalan untuk mengenal sifat Tuhannya.
Sifat Kamalat, Sifat Kesempurnaan Disisi Zat Allah
Sifat Kamalat, atau sifat Kesempurnaan-Nya memiliki perbendaharaan ilmu
Allah yang tiada batas pada alam Raf-raf, sebuah perbendaharaan yang
menyimpan berbagai ilmu duniawi dan ukhrawi. Manusia tidak akan dapat
berfikir tentang penciptaan yang ada di langit dan bumi dengan akal
pikiran singkat, akan tetapi Allah telah memberikan hati nurani (kalbu)
yang senantiasa mengingat-Nya dan hanya kepada-Nya menyerahkan diri.
Dengan ini maka Dia membukakan alam pikir manusia dan memberi petunjuk
kepada mereka yang membuat kalbu atau hati sebagai singgasana Allah.
Bagaimana menilai sifat Kesempurnaan Allah, setidaknya kita harus
mengkaji dari mana sesungguhnya asal usul diri yang sifatnya batin dan
ruh sebagai hakikat manusia sebagaimana Allah berfirman:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Rum, 30:30)
kesepurnaan allah, sifat kamalat
Sifat Kamalat, Sifat Kesempurnaan Allah
Sifat Kamalat, atau sifat Kesempurnaan memiliki perbendaharaan ilmu
Allah yang tiada batas disebut juga alam Raf-raf, sebuah perbendaharaan
yang menyimpan berbagai ilmu dunia dan akhirat. Dari alam Raf-raf ini,
Allah telah menurunkan perbendaharaan kepada alam semesta berupa:
Ilmu Duniawi diturunkan kepada umat manusia sejak Adam diturunkan
ke permukaan bumi. Dengan adanya ilmu maka manusia terus memperbaharui
teknologi dan peradaban berkembang dari waktu ke waktu. Sebagaimana ilmu
astronomi yang kini telah mengalami kemajuan pesat dengan penjelajahan
ruang angkasa.
Ilmu Ukhrawi diturunkan Allah untuk membersihkan
Kalbu melalui ilmu tarikat dan tasawuf, dimana ilmu ini diterpakan kaum
sufi dan mereka yang mendapat petunjuk.
Kalbu (Qalbu) atau
jantung manusia, dimana kalbu diberi anugerah sebagai wadah ilmu dimana
sifat metafisiknya mampu membedakan kebenaran hakiki. Maka kalbu tidak
akan pernah berdusta tentang apa yang diberitakan melalui bisikan hati
nurani seseorang.
Air sebagai sumber rahmat sekalian alam,
dimana air diberikan kepada tujuh petala langit (tujuh lapis langit).
Melalui tujuh lapis langit, air kemudian diturunkan ke Bumi dengan kadar
tertentu. Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu
Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya (Al-Mu'Minun, 23:18) Prihal air sudah dibahas
pada artikel terdahulu "Asal Mula Air Di Bumi Berasal Dari Hidrogen Luar
Angkasa" dan "Air Adalah Sumber Segala Ilmu Dari Singgasana Allah".
Akal Pikir manusia memiliki derajat tinggi yang digunakan untuk
membangun prihal duniawi yaitu akal pikir filsafat dan teknologi.
Kemudian akal pikir manusia juga bisa digunakan untuk membangun ukhrawi
yaitu alam akal pikir ahli tasawuf dan tarikat.
Alam Malaikat,
dimana makhluknya senantiasa menjaga Arasy Allah, sebagai malaikat
Muqarrabin, malaikat Saksi, malaikat Rahim, malaikat Zabaniyah, dan
termasuk didalamnya sepuluh malaikat yang wajib dipercaya umat muslim.
Tujuh Petala Langit dijadikan Allah untuk membuat manusia berjalan
kepada Allah (ma'rifatullah) yang wajib bagi setiap umat rasulullah,
dimana rasul pernah melakukan perjalanan menembus tujuh lapis langit
untuk bertemu dengan sang Pencipta.
Secara metafisik alam
tujuh petala langit berbatasan dari jalur orbit Bumi yang diisi dengan
tujuh peredaran benda langit dalam sistem tata surya Bima Sakti. Dimulai
dari planet Mars, batuan Minor, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan
Pluto.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas
kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah
terhadap ciptaan (Kami) (Al-Mu'minun, 23:17)
Dari poin diatas,
maka benar-benar Maha Sempurna sifat Allah yang terwujud kedalam tujuh
penciptaan. Manusia sering tidak menyadari dari mana mereka berasal,
dari mana akal pikiran yang menciptakan berbagai teknologi dan
pengetahuan lainnya, semata-mata karena sifat Kamalat yang ada pada diri
manusia itu sendiri. Karena semua itu adalah ALLAHU, dimana LAH artinya
Bagi Dia (yang memiliki sekalian alam), Pada Dia (yang merajai sekalian
alam), Karena Dia (adanya sekalian alam), dan HU artinya serba Dia
(pada zat, sifat, asma', af'al, semata-mata Dia).
Manusia dan
seluruh alam semesta tercipta dari fitrah atau zat Allah sendiri.
Mengapa Allah menciptakan manusia dari fitrah-Nya sendiri? Karena tidak
adanya elemen lain selain milik-Nya. Maha Esa fitrah-Nya menerbitkan
Sifat (kelakuan), dari zahir melahirkan Asma'-Nya, dan Asma' (nama)
melahirkan Af'al (perbuatan). Af'al tunduk kepada Asma', Asma' tunduk
kepada Sifat, dan Sifat tunduk kepada fitrah-Nya. Begitulah siklus hukum
yang terjadi dalam nama dan sifat-Nya, sifat Kamalat yang menjadi sifat
Kesempurnaan Allah.
Kisah Buhaira Mengungkap Tanda Muhammad, Khatamannubuwah
Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, dia bertemu dengan seorang pendeta Buhaira di kota Bushra, Suriah, selama perjalanan menemani pamannya Abu Thalib. Buhaira, adalah orang yang pertama kali membuka tabir rahasia Khatamannubuwah. Kisah pertemuan antara Muhammada dan Buhaira dituliskan dalam karya sejarah Muslim awal seperti Ibn Hisham, Ibn Sa'ad Al-Baghdadi, dan Muhammad Ibn Jarir Al-Tabari, ketiga cerita ini memiliki versi berbeda.
Pendeta Buhaira tinggal diantara kota Mekah dan Syam yang menjadi jalan kafilah pedagang maupun musafir, dimana tempat tinggalnya merupakan suatu Oase (mata air yang dikelilingi pohon yang subur) sehingga menjadi tempat persinggahan bagi mereka yang melakukan perjalanan antara Mekah dan Syam. Kebanyakan orang-orang yang singgah ke Oase Buhaira menyempatkan diri untuk mengambil air dan minuman untuk hewan kendaraan mereka, sekaligus sebagai tempat istirahat.
Pendeta Buhaira Temukan Calon Nabi Akhir Zaman
Ketika Muhammad berusia empat belas tahun, saat itu dia dalam pemeliharaan pamannya ( Abu Thalib, ayah Sayyidina Ali) dan dibawa berniaga ke negeri Syam. Seperti biasa, atau hal ini telah menjadi tradisi dalam perjalanan niaga, mereka singgah di Oase milik pendeta Buhaira.
tempat buhaira
Buhaira dikenal sebagai pendeta yang memiliki injil Barnabas asli dan mempunyai catatan penting tentang tanda-tanda kelahiran Nabi akhir zaman, dimana nabi ini telah dinantikan kelahiran dan kedatangannya. Dalam catatan itu, Bukhaira membuat deskripsi untuk membenarkan keseluruhan tanda-tanda yang dibawa oleh nabi terakhir yaitu:
Seorang keturunan Arab Quraisy dari kota Mekah
Seorang anak Yatim Piatu
Dia tidak mau dihadapkan dengan menyebut nama sembahan buatan manusia selain Allah
Wajahnya bersinar, seakan-akan memancarkan cahaya
Seorang yang diberi nama Ahmad (Muhammad)
Binatang buas yang berhadapan dengannya akan takluk dan tunduk
Ketika dia berjalan dibawah terik panas matahari, maka awan akan selalu menutupinya dari sengatan matahari tersebut
Di belakangnya bulu-bulu roma yang halus bertuliskan "Allahu wahdahu laa syariika lahu wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu haitsu syi'ta fainnaka manshuro"
Katika dia masih kecil pernah didatangi oleh Malaikat Jibril dan memebedah dadanya
Ini hanya sebagian dari garis besar tanda-tanda nabi akhir zaman yang tertulis dalam catatan Buhaira, dan masih banyak lagi keterangan lain yang sempat di himpun. Buhaira memang seorang pendeta yang benar-benar menanti kelahiran Nabi akhir zaman, setiap hari ia duduk di beranda rumahnya yang menghadap ke kota Mekah. Berharap bahwa utusan yang ditunggu-tunggu hadir di masa itu sehingga dirinya bisa mengikuti ajaran yang dibawa nabi terakhir.
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui (Al-Baqarah, 2:146)
Saat itulah, ketika Abu Thalib membawa Muhammad akan singgah ke Oase miliknya, dia melihat gumpalan awan yang bergerak menuju Oase sedangkan gumpalan awan lain bergerak kearah lain. Tetapi rombongan kafilah belum jelas terlihat dimatanya. Beberapa saat kemudian tampak suatu rombongan kafilah yang menuju ke tempatnya dan semakin jelas awan yang mengiringi rombongan unta dan kafilah yang membawa dagangan dipimpin Abu Thalib. Abu Thalib sendiri telah lama menjadi langganan persinggahan untuk mendapatkan air dan persediaan makanan di Oase Buhaira.
Pendeta Buhaira melihat seorang remaja belasan tahun diatas seekor unta dan awan tersebut berhenti bergerak dan tetap melindungi rombongan kafilah tersebut. Ketika Abu Thalib menemui Buhaira, awan tersebut tetap berada diatas Oase karena Muhammad tinggal seorang diri dan menjaga unta-unta kafilah. Melihat hal tersebut, Buhaira mulai berdebar jantungnya, dia sangat yakin bahwa yang ada dihadapannya adalah calon nabi akhir zaman.
Dan sudah menjadi kebiasaan kafilah yang singgah ditempat tersebut untuk dapat menerima makanan dan minuman yang disediakan Buhaira, tapi Muhammad tidak diajak makan bersama rombongan. Melihat hal ini, Buhaira menegur Abu Thalib dan menanyakan padanya 'mengapa anak tersebut tidak diajak makan bersama'. Abu Thalib menjawab 'menurut adat kebiasaan Mekah, seharusnya orang tua lebih dahulu makan dan minum kemudian anak-anak menyusul setelahnya'. tetapi pendeta Buhaira menampik dan mengatakan bahwa hal itu hanya adat kebiasaan Mekah, tidak berlaku di tempatnya dimana semua orang harus makan dan minum bersama.
Kemudian Buhaira memanggil Muhammad atas izin pamannya, Abu Thalib. Dan ketika Muhammad bergerak menuju rumah tempat makan dan minum, awan diatasnya pun bergerak mengikuti langkah Muhammad, dan awan itu berhenti ketika menutupi rumah persinggahan. Buhaira semakin kuat keyakinannya, inilah utusan yang sudah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun masa hidupnya.
Biasanya, setelah kafilah makan dan minum mereka membayar biaya dan meneruskan perjalanan ke negeri Syam. Tapi Buhaira berpikiran lain, agar Abu Thalib menginap satu malam dan membatalkan perjalanan, maka Buhaira berdalil ada perampokan besar-besaran di malam hari, dan atas pertimbangan itu Abu Thalib menangguhkan perjalanan mereka dan menunggu keesokan hari.
Setelah malam tiba, rombongan kafilah mulai beranjak istirahat sedangkan Abu Thalib masih berbincang dengan Buhaira. Kemudian Buhaira menanyakan pada Abu Thalib 'siapakah anak yang dibawanya itu'. Abu Thalib awalnya mengatakan bahwa itu adalah anaknya tetapi Buhaira tidak percaya, setelah didesak akhirnya dikatakan bahwa anak itu adalah anak saudaranya (Abdullah) yang telah tiada ketika Muhammad dalam kandungan ibunya (Aminah), dan ibunya pun telah tiada ketika dia berusia enam tahun.
Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang keyakinan Buhaira, dia meminta Muhammad mendekat kepadanya atas izin Abu Thalib dan berkata "Wahai anakku, siapa namamu?"
"Namaku Muhammad" jawabnya.
"Demi Latta dan Uzza, aku ingin bertanya kepadamu anakku" ucap Buhaira kepada Muhammad.
Mendengar pendeta itu menyebut sesembahan Quraisy (Latta dan Uzza) maka Muhammad menjawab "Jika pendeta bersumpah dengan nama Latta dan Uzza, aku tidak akan menjawab pertanyaan itu!"
"Baiklah. Demi Allah yang menciptakan langit dan bumi, aku akan bertanya kepadamu" Maka maksud Buhaira tak lain hanya menguji kebenaran ciri-ciri calon nabi akhir zaman, dan dia tidak sudi mendengar sumpah atas nama selain Allah, dan semakin jelas apa yang diyakini Buhaira.
Buhaira juga bertanya mengenai hewan buas yang pernah menghampiri Muhammad ketika masih dalam asuhan ibu susu Halimatussa'diyah. Saat itu Muhammad sedang mengembala domba bersama teman sebayanya, datanglha seekor macan ke tengah-tengah kumpulan domba. Semua teman-temannya berlari ketakutan, tetapi Muhammad mendatangi macan tersebut dan mengelus-elus kepalanya, dan macan tersebut menjilat-jilat tangan Muhammad seperti anaknya sendiri.
Demikian pula Muhammad menceritakan tentang dua orang yang datang kepadanya diwaktu mengembala domba, mereka membaringkan tubuh serta membelah dadanya, dimana peristiwa ini juga terlihat oleh teman-temannya yang lari ketakutan. Sejak itu dia dikembalikan oleh keluarga Halimatussa'diyah kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Khatamannubuwah, Lambang Ke-Nabi-an
Kisah yang diceritakan Muhammad semakin menambah keyakinan pendeta Buhaira, dan hanya tinggal satu bukti yang belum diperiksa yaitu bagian belakang diantara deua urat belikat, dimana tersusun rapi tanda ke-nabia-an terakhir (khatamannubuwah) "Allahu wahdahu laa syariika lahu wa Muhammadan 'abduhu warasuluhu, tawajjahu haitsu syi'ta fainnaka manshuro"
Buhaira menaikkan jubah yang dipakai Muhammad, dia merinding, seluruh perasaan yang bercampur antara terpuaskan, terharu, takut dan berharap, karena dia melihat dengan jelas tanda ke-nabia-an. Buhaira menangis dan merangkul Muhammad seraya berkata "Wahai anakku Muhammad, engkaulah calon Nabi akhir zaman yang sedang ditunggu-tunggu orang seperti diriku, jika engkau telah diberi wahyu oleh Allah maka sampaikanlah padaku, akulah yang akan mengikutimu!"
Khatamannubuwah, tanda nabi muhammad
Sesungguhnya lambang Khatamannubuwah telah dilupakan hampir semua orang, dimana pendeta Buhaira mengatakan bahwa ciri-ciri lambang ke-nabi-an itu adalah kalimat yang tertulis dalam lingkaran dan segitiga yang berada dibawah setengah lingkaran.
Buhaira berpesan kepada Abu Thalib agar rahasia ini jangan terbongkar sebelum Muhammad diangkat menjadi Nabi dan Rasul terakhir. Jika terbongkar maka Muhammad akan dibunuh kaum Yahudi dan Nasrani sebelum diberi wahyu. Menurut riwayat, Buhaira lebih dahulu wafat sebelum dirinya menjadi pengikut Muhammad, dengan kata lain dia tidak sempat menyaksikan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul akhir zaman.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan Alam Semesta Disisi Zat Allah
Pada artikel yang lalu sudah diulas tentang sifat kebesaran Allah
(Sifat Jalal) dan sifat Kamalat, maka kali ini akan diulas tentang sifat
Jamal yang merupakan sifat Keindahan. Dengan demikian sifat Jamal ini
akan melengkapi pembahasan alam semesta disisi zat Allah.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan
Sifat Jamal berasal dari pusat perbendaharaan alam semesta yang tiada
batasnya, alam yang disebut Baitil Makmur dimana Allah kemudian
menurunkan sifat-Nya dalam bentuk:
Tubuh atau fisik manusia
seluruh makhluk alam semesta yang bersifat keindahan sebagai tempat
mata memandang segala pergerakan ruh yang diperintahkan kalbu. Tanpa
tubuh perbuatan ruh tidaka akan jelas, tetapi dengan memandang perbuatan
tubuh maka semakin jelas hakikat setiap manusia sebagaimana Imam
Ghazali mengatakan "Perbuatlah apa yang kau inginkan, katakanlah apa
yang kau suka, nanti akan kukatakan siapa dirimu!"
Seluruh
materi yang termasuk Benda Padat kecuali air dan angin atau udara yang
menjadi kebutuhan utama makhluk hidup (oksigen). Materi padat yang
dimaksud meliputi alam semesta tanpa terkecuali benda langit.
Tanah tempat berpijak manusia di bumi, tanah sebagai tempat kehidupan
dan pertumbuhan dan perkembangan segala makhluk yang hidup. Tanah di
Bumi sebagai tempat yang menyediakan kebutuhan manusia seperti hasil
tambang, hasil laut, hasil hutan dan hasil pertanian. Tanah sebagai
tempat kelahiran manusia, tempat kematian dan sebagai tempat hari
berbangkit nantinya.
Akal Pikiran manusia yang memiliki derajat
rendah atau pemula, dimana alam pikiran ini digunakan untuk membangun
prihal duniawi meliputi cabang ilmu Ekonomi dan ilmu Hukum dunia
(diantaranya jaksa, hakim, pengacara). Sementara akal pikir yang
digunakan untuk membangun urusan ukhrawi meliputi ilmu Muamalah dan
cabang ilmu Fiqih (diantaranya harta warisan, perkawinan, hukum
peperangan, dll).
Alam Baitil Makmur kemudian menurunkan Ilmu
Syariat Fiqih untuk membersihkan dan menyucikan tubuh manusia dari
hukum-hukum yang diharamkan Allah.
Alam Hewan dan Tumbuhan yang
berasal dari Baitil Makmur diturunkan Allah untuk menjadi makanan
manusia, pembantu manusia dalam kehidupan (seperti kuda dan kerbau),
sebagai contoh dan perbandingan bagi manusia, dan menjadi perhiasan
kehidupan (seperti hewan yang dipelihara dalam sangkar).
taman gantung babilonia, sifat jalal, sifat keindahan
Yang harus dipahami bahwa manusia bukan makhluk yang berasal dari Bumi
melainkan makhluk langit dimana penciptaannya dimulai dari Ayah seluruh
manusia, yaitu Nabi Adam sebagai khalifatullah yang tercipta di alam
Nadzarullah atau surga saat ini. Tetapi pada kenyataannya, dengan adanya
sifat Jamal, sifat keindahan yang diberikan-Nya dari Baitil Makmur
membuat manusia terlupakan dari mana mereka berasal, dan kemana mereka
akan kembali setelah kematian nantinya. Jika manusia itu memilih jalan
yang salah dengan mengagungkan surga dunia, maka Allah telah menegaskan
bahwa mereka akan kembali ke tempat penyiksaan yang teramat panas dan
menyakitkan.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan
di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat.(Al-A'raaf, 7:25-26)
Sifat Jalal diberikan-Nya
semata-mata untuk membantu manusia dalam melewati kehidupan yang sangat
singkat di Bumi, dimana manusia bisa menggunakan segala perlengkapan
dunia yang telah disediakan, mencukupi kebutuhan hidup, hingga nantinya
menggunakan sifat keindahan Allah pada jalan yang lurus sesuai yang
disebutkan dalam Quran.
...dan datanglah Tuhanmu; sedang
malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka
Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna
lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya
aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". Maka pada hari
itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya. dan tiada
seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr, 89:22-26)
Bumi semata-mata bukan tempat akhir kehidupan manusia, tidak ada
istilah reinkarnasi atau terlahir kembali karena ruh manusia hanya
diberi kesempatan satu kali. Sifat Jamal hanya sebagai pelengkap kita
hidup di dunia dan bukan sebagai pengganti surga, surga itu sedang
menunggu manusia yang berjalan lurus kepada-Nya dengan sifat Jamal dan
keindahan yang abadi.
Pada artikel yang lalu sudah diulas tentang sifat kebesaran Allah (Sifat Jalal) dan sifat Kamalat, maka kali ini akan diulas tentang sifat Jamal yang merupakan sifat Keindahan. Dengan demikian sifat Jamal ini akan melengkapi pembahasan alam semesta disisi zat Allah.
Sifat Jamal, Sifat Keindahan
Sifat Jamal berasal dari pusat perbendaharaan alam semesta yang tiada batasnya, alam yang disebut Baitil Makmur dimana Allah kemudian menurunkan sifat-Nya dalam bentuk:
Tubuh atau fisik manusia seluruh makhluk alam semesta yang bersifat keindahan sebagai tempat mata memandang segala pergerakan ruh yang diperintahkan kalbu. Tanpa tubuh perbuatan ruh tidaka akan jelas, tetapi dengan memandang perbuatan tubuh maka semakin jelas hakikat setiap manusia sebagaimana Imam Ghazali mengatakan "Perbuatlah apa yang kau inginkan, katakanlah apa yang kau suka, nanti akan kukatakan siapa dirimu!"
Seluruh materi yang termasuk Benda Padat kecuali air dan angin atau udara yang menjadi kebutuhan utama makhluk hidup (oksigen). Materi padat yang dimaksud meliputi alam semesta tanpa terkecuali benda langit.
Tanah tempat berpijak manusia di bumi, tanah sebagai tempat kehidupan dan pertumbuhan dan perkembangan segala makhluk yang hidup. Tanah di Bumi sebagai tempat yang menyediakan kebutuhan manusia seperti hasil tambang, hasil laut, hasil hutan dan hasil pertanian. Tanah sebagai tempat kelahiran manusia, tempat kematian dan sebagai tempat hari berbangkit nantinya.
Akal Pikiran manusia yang memiliki derajat rendah atau pemula, dimana alam pikiran ini digunakan untuk membangun prihal duniawi meliputi cabang ilmu Ekonomi dan ilmu Hukum dunia (diantaranya jaksa, hakim, pengacara). Sementara akal pikir yang digunakan untuk membangun urusan ukhrawi meliputi ilmu Muamalah dan cabang ilmu Fiqih (diantaranya harta warisan, perkawinan, hukum peperangan, dll).
Alam Baitil Makmur kemudian menurunkan Ilmu Syariat Fiqih untuk membersihkan dan menyucikan tubuh manusia dari hukum-hukum yang diharamkan Allah.
Alam Hewan dan Tumbuhan yang berasal dari Baitil Makmur diturunkan Allah untuk menjadi makanan manusia, pembantu manusia dalam kehidupan (seperti kuda dan kerbau), sebagai contoh dan perbandingan bagi manusia, dan menjadi perhiasan kehidupan (seperti hewan yang dipelihara dalam sangkar).
taman gantung babilonia, sifat jalal, sifat keindahan
Yang harus dipahami bahwa manusia bukan makhluk yang berasal dari Bumi melainkan makhluk langit dimana penciptaannya dimulai dari Ayah seluruh manusia, yaitu Nabi Adam sebagai khalifatullah yang tercipta di alam Nadzarullah atau surga saat ini. Tetapi pada kenyataannya, dengan adanya sifat Jamal, sifat keindahan yang diberikan-Nya dari Baitil Makmur membuat manusia terlupakan dari mana mereka berasal, dan kemana mereka akan kembali setelah kematian nantinya. Jika manusia itu memilih jalan yang salah dengan mengagungkan surga dunia, maka Allah telah menegaskan bahwa mereka akan kembali ke tempat penyiksaan yang teramat panas dan menyakitkan.
Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan. Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.(Al-A'raaf, 7:25-26)
Sifat Jalal diberikan-Nya semata-mata untuk membantu manusia dalam melewati kehidupan yang sangat singkat di Bumi, dimana manusia bisa menggunakan segala perlengkapan dunia yang telah disediakan, mencukupi kebutuhan hidup, hingga nantinya menggunakan sifat keindahan Allah pada jalan yang lurus sesuai yang disebutkan dalam Quran.
...dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini". Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya. dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya. (Al-Fajr, 89:22-26)
Bumi semata-mata bukan tempat akhir kehidupan manusia, tidak ada istilah reinkarnasi atau terlahir kembali karena ruh manusia hanya diberi kesempatan satu kali. Sifat Jamal hanya sebagai pelengkap kita hidup di dunia dan bukan sebagai pengganti surga, surga itu sedang menunggu manusia yang berjalan lurus kepada-Nya dengan sifat Jamal dan keindahan yang abadi.
Pengertian Wudhu, Membersihkan Kotoran Hati Manusia
Pada awalnya Allah hanya menciptakan Nuur Muhammad, kemudian dari Nuur
ini diciptakan tubuh manusia dan dari Nuur ini pula diciptakan air yang
turun ke permukaan bumi sebagai alat untuk mensucikan dan membersihkan
sesuatu termasuk hadast, dengan wudhu. Hakikat air sebenarnya Nuur yang
menyucikan sifat ke-aku-an pada diri manusia untuk mengembalikannya
kepada sifat ke-Aku-an sang Maha Pencipta.
Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu
menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa
menghilangkannya (Al-Mukminun, 23:18)
Sebagimana pembahasan
terdahulu, bahwa asal mula air diperkirakan ilmuwan berasal dari
hidrogen planet dalam satu sistem tata surya. Hakikatnya, air tersebut
berasal dari tujuh lapis langit yang menetap di Bumi dan menjadi ribuan
jenis bentuk. Secara garis besar beberapa jenis dapat dijadikan untuk
berwudhu yang mampu membersihkan hadast kecil dan besar.
Pengertian Wudhu, Menghilangkan Hadast Kalbu
Air yang dimaksud untuk membersihkan hadast besar dan kecil serta bisa
digunakan untuk wudhu adalah air hujan, air laut, air sungai, berasal
dari mata air, air telaga, air yang dikelola dan dibersihkan dengan obat
(seperti PAM), dan air salju. Bila seorang muslim berhadast besar dan
kecil maka wajib hukumnya untuk wudhu sesuai syarat dan rukun
sebagaimana yang telah ditetapkan hukum syara'.
pengertian wudhu
Apa sebenarnya pengertian wudhu? Jika seorang muslim hendak
menghilangkan hadast maka cukuplah dia membersihkan diri dengan mandi.
Apa yang bisa dihilangkan dengan wudhu bukan hadast atau kotoran yang
melekat pada tubuh (fisik) manusia, melainkan hadast yang berada pada
kalbu (hati) seorang muslim. Dengan wudhu maka seseorang telah
membersihkan hatinya dari sifat ke-aku-an (kesombongan) yang merasakan
nikmat melihat, mendengar, merasakan, mencium, dan berjalan di permukaan
bumi. Suatu hal yang fatal adalah nikmat bersetubuh dimana secara
hakikat kenikmatan itu tidak hanya menguasai tubuh, tetapi juga meliputi
kenikmatan batin. Dan Allah telah memperingatkan 31 kali kepada manusia
dalam firmanNya "Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah kamu dustakan?"
(Ar-Rahman)
Menghilangkan hadast dalam wudhu tak lain adalah
menghilangkan hadast pada batin, dosa yang melekat disetiap tubuh
manusia. Asal hadast itu berasal dari manusia sendiri dimana mereka
tidak memahami ilmu Tauhid, manusia merasa mengenal hukum syariat dan
ahli dibidang hukum agama tetapi lalai dalam memahami makna pengertian
wudhu. Jika secara syariat, mandi dengan sabun justru lebih bersih
dibandingkan dengan wudhu yang hanya membasuh tangan, wajah dan kaki.
Bagaimana dengan hati? Apakah sudah dibersihkan?
Maka
pengertian wudhu sebenarnya tidak membuat seorang muslim mengalami
kesulitan, jika tidak ada air maka mereka diperbolehkan tayamum. Karena
sebenarnya yang di-suci-kan itu adalah hati, bukan tubuh (fisik)
manusia. Banyak orang tidak memahami, bahkan menghabiskan banyak air
dalam wudhu dan justru hal ini adalah mubazir yang menyia-nyiakan nikmat
Allah.
Air di alam semesta bersifat nyata tetapi sifatnya
rapuh, menyegarkan, menyejukkan, membersihkan segala kotoran, dan
sifatnya mengalir ketempat terendah. Karena sifatnya yang selalu
merendah maka hendaknya manusia membersihkan hati mereka dengan air, dan
jika menghadap kepada Allah maka sifat itu yang akan dibawa dan bukan
kesombongan diri.
Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan
memberi minum kepada mereka air yang segar (Al-Jin, 72:16)
Mengapa harus hati (kalbu) yang dibersihkan dengan wudhu? karena kalbu
adalah tempat untuk memahami tanda-tanda kesempurnaan, kesempurnaan,
kebesaran dan keindahan segala ciptaan Allah. Jika Anda hendak wudhu
maka sebaiknya sebelum menyentuh air mengucapkan doa 'Ya Nurani Min
Nurillah' agar wudhu tersbut mendapatkan hakikat sempurna, sementara
tata cara sesuai dengan syariat Islam yang telah berlaku.
Ketika menyeru kalimat itu, pandangan batin manusia adalah untuk
mengembalikan sifat kesombongan, kembalilah dirimu kepada asal kejadian
daripada Nuur Muhammad yang tercipta dari Nuur Zat Allah. Dengan cara
ini, insya Allah pandangan batin akan terhapus dari sifat diri yang
tercipta dari tanah, yang ada hanya yang memuji dan yang dipuji (Zat
Allah).
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang
melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan
kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Anfal, 8:17)
Begitulah di zaman rasul, seluruh perbuatan yang terlihat adalah
perbuatan manusia tetapi sebenarnya perbuatan itu merupakan Af'al Allah.
Demikian pula ayat diatas juga menjelaskan hal yang sama seperti dalam
pengertian wudhu yang mengangkat hadast adalah Af'al Allah secara zahir
kepada fisik manusia, tetapi sebenarnya bukan tubuh yang dibesihkan.
Benarkah Delapan Surga, Tujuh Neraka Tercipta Setelah Kiamat?
Jika Anda berfikir bahwa delapan surga dan tujuh neraka sudah tercipta, maka pandangan ini tidak beralasan bagi kalangan orang-orang yang berzikir, terutama tashawuf. Surga yang ada saat ini hanya berada di Baitil Makmur, dimana Nabi Adam pertama kali tercipta, disana pula terjadi kebencian iblis terhadap manusia keturunan Adam. Baitil Makmur sebelum dan sesudah Kiamat nanti akan tetap menjadi surga terindah di alam semesta.
Dan alam semesta tidak serta merta hancur ketika Kiamat itu tiba, kita hanya memasuki siklus babak baru, dimana alam baru menanti. Delapan surga dan tujuh neraka hanyalah salah satu tujuan umat manusia ketika menjalani hidup di permukaan Bumi. Surga dan Neraka pada saat itu bukanlah hal yang gaib, karena manusia dibangkitkan lengkap beserta kulitnya, sama seperti fisik manusia saat ini. Maka tidak heran mengapa banyak orang yang masih meragukan keberadaan surga dan neraka sebagai balasan perbuatan mereka, pencarian melalui spiritual tidak bisa ditemukan, karena alam semesta ini hanya tercipta setelah kiamat. Kita berbicara siklus yang terjadi secara ilmiah, bukan berbicara hal gaib karena siklus merupakan fakta alam semesta.
Lalu, bagaimana dengan delapan surga dan tujuh neraka tercipta? Dimana pula orang-orang kafir yang telah mati disiksa? Manusia yang telah mati akan memasuki alam barzah, dimana siksa kubur telah menanti. Alam barzah atau alam kubur adalah tempat penantian hingga manusia dibangkitkan setelah Bumi menjadi Padang Mahsyar. Jadi, sebelum memasuki delapan surga dan tujuh neraka, manusia menjalani masa yang panjang ribuan hingga jutaan tahun, dimulai dari alam barzah, kemudian Padang Mahsyar, hari perhitungan (Hisab), dan terakhir keputusan Delapan pintu Surga atau Tujuh pintu Neraka.
Delapan Surga Dan Tujuh Neraka
Sebelum memahami dimana letak delapan surga dan tujuh neraka, sebaiknya Anda membaca artikel terdahulu tentang Proses Enam Masa, Usia Alam Semesta, Pintu Tujuh Langit, Tujuh Petala Bumi, dan Padang Mahsyar, semua artikel ini berkelanjutan dan terkait dengan pemahaman 20 sifat Allah. Dimana 15 sifat-Nya menciptakan alam semesta dan menciptakan alam selanjutnya yang kekal, yaitu alam Delapan Surga dan Tujuh Neraka.
Pandangan penciptaan surga dan neraka yang di ulas ini, telah diyakini selama berabad-abad oleh kalangan sufisme atau tashawuf. Maka, ketika kita belajar memahami alam semesta yang ada saat ini, adalah satu waktu yang sangat singkat dibanding alam baharu mendatang. Setelah kiamat, Bumi dan bulan bersatu padu, begitu pula Merkurius dan Venus, dimana Bumi sebelumnya adalah tempat ternyaman dan indah akan bertolak belakang dari apa yang kita lihat saat ini, yaitu menjadi planet penyiksaan.
Pada dasarnya, seluruh materi yang ada di alam semesta tidak pernah musnah, seperti air, api, kertas terbakar, dan ledakan nuklir pada bintang, semua materi (zat) ini bukan musnah tetapi berganti sifat (menguap, mencair, memuai). Alam semesta yang tercipta dari saat ini dan periode kedua nantinya bukan alam gaib, tetapi alam nyata sama seperti saat ini. Jadi, sebenarnya penghuni surga dan penghuni neraka belum ada sama sekali karena alam itu belum tercipta. Bagaimana dengan cerita para Nabi dan Wali yang melihat alam Neraka? Mereka diberi kesempatan oleh Allah melihat masa depan, karena Quran sendiri telah menceritakan adanya periode alam barzah, padang mahsyar, hisab, kemudian menuju surga dan neraka.
Bagaimana mungkin manusia bisa dibangkitkan? Pada artikel sebelumnya juga telah membahas penciptaan DNA dari tanah liat yang di uji ilmuwan hingga saat ini. Seperti itulah Allah akan membangkitkan kembali manusia dan jauh lebih mudah dari apa yang pernah kita pikirkan. Kejadian ini hanya siklus yang berkelanjutan, begitulah materi (zat) alam semesta yang berputar terus menerus membentuk materi baru, tepat seperti ayat berikut:
Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui (Ya-Sin, 36:81)
Tidak heran jika kita berbicara tentang surga dan neraka banyak orang yang tidak meyakini, karena dianggap sebagai alam gaib. Banyak orang mencari delapan surga dan tujuh neraka secara gaib tetapi tidak menemukan apa-apa, jika diberi visi maka setiap orang akan menceritakan situasi berbeda tentang kedua alam ini, pada dasarnya memang belum tercipta atau orang yang diberi visi hanya menerka-nerka.
Kemudian bukti kedua dinyatakan Allah bahwa penduduk surga akan didampingi bidadari cantik yang matanya tidak liar. Jika surga dimaksud bersifat gaib maka ruh tidak akan menikmati apapun, karena ruh sifatnya hanya memuji (berzikir) dan tidak memiliki jenis kelamin. Maka Allah telah menjelaskan bahwa manusia akan dibangkitkan beserta kulitnya untuk merasakan kenikmatan surga dan siksa neraka, sama seperti kehidupan saat ini.
delapan surga, tujuh neraka
Dimanakah Tujuh Neraka Berada?
Setelah menjadi alam Padang Mahsyar, dimana semua orang telah melewati masa hisab dan ditetapkan tempat tinggalnya (surga atau neraka), maka Bumi juga akan menjadi salah satu pintu yang melengkapi tujuh neraka. Tujuh petala bumi (alam jin dan iblis) yang menerima tujuh sifat Allah (Sami'an, Bashiran, Mutakaliman, 'Aliman, Hayan, Qadirun, Muridun) berubah menjadi Tujuh Lapis Neraka setelah Kiamat, kesemua lapisan neraka ini akan meng-orbit mengelilingi matahari dalam jarak yang dekat.
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, maka neraka yang paling menyakitkan adalah Neraka Sa'ird yang akan diisi iblis dan pengikutnya. Inilah neraka paling dalam yang jaraknya sejengkal dengan matahari. Lapisan terpanas selanjutnya adalah neraka Huthomah, diikuti neraka Saghar, neraka Ladza, neraka Jahannam, neraka Jahim, dan neraka Hawiyah adalah tempat penyiksaan teringan.
20 sifat allah, alam semesta
Gambar ini merupakan bentuk alam semesta sebelum terjadi Hari Kiamat, ketika bumi diberi kenikmatan sehingga dianggap manusia sebagai surga dunia. Ini adalah perbandingan dimana alam semesta dan planet tata surya seluruhnya berpusat di matahari. Tapi kebanyakan manusia tidak sadar, bahwa nantinya matahari itu sendiri yang akan membakar tubuh mereka. Seperti apakah neraka Hawiyah yang teringan itu? Maka jika dilihat kondisi planet Venus saat ini memiliki suhu permukaan berkisar 462 derajat celcius, seperti itulah neraka Hawiyah nantinya.
"Pada hari kiamat, Bumi akan berubah menjadi api dan surga yang berada di belakangnya dapat terlihat keseluruhan dengan bintang-bintang yang menghiasi, dan manusia akan terbenam dalam keringat atau sampai pada mereka dan mereka tidak sampai pada hisab.” HR Thabrani
Inilah alam kekal setelah alam baharu dihancurkan, ketika tujuh neraka membelakangi delapan pintu surga. Tetapi saat ini kebanyakan muslim menganggap bahwa surga yang dimaksud adalah tempat dimana Nabi Adam tercipta. Ketika rasul isra' mi'raj dia memasuki Sidratul Munthaha, kemudian berjalan menuju Baitil Makmur hingga Raf-raf (alam Nadzarullah yang kekal, sumber segala kehidupan). Disinilah kisah surga yang dibawa rasul, ketika dia melihat sungai-sungai yang indah tidak berubah warna, airnya dari susu dan madu.
Keindahan Delapan Surga
Bagaimana dengan delapan lapis surga? Maka sifat Allah yang telah diberikan kepada tujuh lapis langit (Iradat, Qudrat, Hayat, ilmu, Kalam, Bashar, Sama') akan berubah menjadi tujuh lapis surga, kemudian sifat Wahdaniatan yang diambil dari Bumi akan menjadi surga terendah, dimana nantinya surga ini akan menduduki posisi Bumi. Sementara planet Bumi lebih dekat ke matahari karena sifat Wahdaniyatan dan sifat keindahan telah dicabut Allah. Planet-planet yang berada di tujuh langit akan melebur dan berubah berbalik arah mengelilingi Baitil Makmur.
Maka delapan pintu surga akan dihuni orang-orang yang berjalan lurus, termasuk diantaranya kalangan jin muslim. Tetapi, sebaik-baik amal perbuatan makhluk jin semasa hidupnya, mereka hanya merasakan surga terendah (Darul Jinan), itulah sebaik-baik jin dan jin lainnya akan lebih banyak mengisi neraka Sa'ird yang paling dekat dengan matahari.
Apa saja nama-nama dari delapan lapis surga yang menjanjikan kaum muslim? Surga terindah adalah Baitil Makmur dimana nanti akan menurunkan zat-Nya kepada delapan lapis surga. Yang terdekat dengan Baitil Makmur adalah surga terindah diantara lapisan lainnya, yaitu surga Darul 'Ulum. Kemudian zat-Nya juga memberikan sifat Jamal (keindahan) pada surga Jannatun 'Adnin, Jannatun Na'im, Jannatul Khuldi, Jannatul Ma'wa, Darussalam, dan surga terendah Darul Jinan.
Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga: "Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya) (Al-A'raf, 7:46)
Bagaimana mungkin ada garis singgung (batas) antara surga dan neraka? Maka Allah telah menerangkan dalam Quran tentang percakapan penghuni surga dan neraka, dimana hal ini nantinya terjadi diantara garis singgung (batas). Penduduk neraka yang menjerit kepada penduduk surga agar mereka diberi minuman yang segar, tetapi Allah telah mengharamkan minuman surga kepada mereka.
Langganan:
Postingan (Atom)