Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Rabu, 12 Februari 2014
Sufi Road : Misteri Sebuah Gambar
1. Syariat.
Ini adalah ilmu sama ada ilmu bagi amalan, lahir (feqah) atau ilmu bagi amalan hati (tasawuf). Ini adalah langkah pertama dalam tertib beramal. Ia melibatkan ilmu tentang peraturan, hukum-hakam, halal haram, sah batal dan sebagainya. Ilmu perlu dalam beramal. Tanpa ilmu, kita tidak tahu macam mana hendak beramal mengikut cara yang Tuhan mahu. Kalaupun kita sudah cinta dan takut dengan Tuhan dan kita terdorong untuk menyembah-Nya, kita tidak boleh berbuat demikian ikut sesuka hati kita atau ikut cara yang kita cipta sendiri. Tuhan tidak terima, kita mesti ikut cara yang ditetapkan oleh Islam, kita mesti belajar. Amalan tanpa ilmu itu tertolak. Ilmu atau syariat ini ibarat biji benih.
a. Kurva atas dan bawah : Perjalanan hidup yang naik turun, di atas dan di bawah Lambang kehidupan makhluk , Hidup sejati dari Al-Hayyu harus dijalani susah senang, gembira derita, tawa tangis, Karena hidup perjalanan pada garis waktu ke depan yang tidak bisa mundur. Dan bukan hidup apabila tidak melalui dua pasangan kondisi di atas. Karena dengan gelombang naik turun lah hidup meniti waktu. Tidak ada kekuatan untuk mempertahankan di atas selamanya, dan di bawah selamanya. Jika ada kekuatan seperti itu malah akan melawan alam hidup dan merusak dirinya karena akan lepas dari garis lurus.
b.Garis lurus : Garis hidup, garis waktu, (shirotol mustaqim) Senang susah perjalanan hidup disyukuri dan dinikmati Pada Garis lurus pada tuntunan Ajaran Tuhan sebagai patokan pemandu arah dan pegangan hidup. Sehingga dalam keadaan senang akan dinikmati lalu disyukuri. Begitu pula dalam keadaan derita/susah akan dinikmati lalu disyukuri, tanpa keputus asaan. Apabila lepas dari garis ini maka arah kurva akan hilang karena "hidup" sudah tidak ada dan tidak dapat mencapi tahapan selanjutnya. Apabila tetap pada garis maka kurva kehidupan akan kembali pada garis lurus. Dimana terlahir dimulai pada awal pada garis dan berakhir pada garis pulaSebagaimana dicontohkan pada kehidupan Rasul,Nabi, Auliya, semuanya mengalami dinamika turun naiknya kehidupan, namun mereka kokoh pada garis menuju Tuhan. Jadi hidup tidak dapat diteori kan, tetapai dijalani dan dinikmati kemudian disyukuri. :susah dan lapar puasa, ngantuknya bangun subuh untuk sholat, diejeknya berjilbab, bankrutnya usaha, terpilihnya jadi anggota Dewan dsb
c. 3 kurva di atas + 3 kurva di bawah + 1 garis = 7 jalan
3 kurva di atas + 3 kurva di bawah = berpasangan = Perjalanan Hidup Makhluk
1 = Jalan Menuju Tuhan
2.Tariqat.
Ini adalah peringkat menghidupkan ilmu menjadi amalan sama ada amalan lahir maupun amalan hati secara istiqamah dan bersungguh-sungguh. Ilmu (syariat) yang ada perlu dilaksanakan. Ini dinamakan juga tariqat wajib dan ia tidak sama maksudnya dengan tariqat sunat yang mengandungi wirid-wirid dan zikir-zikir yang menjadi amalan sesetengah pengamal-pengamal sufi. Tariqat ini ibarat kita menanam biji benih tadi (syariat) hingga ia bercambah, tumbuh dan menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun.
a. Tiga lingkaran :
Tiga lingkaran masing-masing melambangkan 3 alam (dimensi) pada manusia, alam perbuatan, alam fikiran, dan alam hati. Tiga alam ini adalah pada dasarnya memiliki otoritas dalam aktivitasnya. Masing-masing memiliki aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang memiliki beban tanggung jawab karena adanya otoritas. Perbuatan akan membuahkan amalan lahir yang menghasilkan buah perbuatan. Pemikiran pun demikian akan menghasilkan buah pemikiran yang harus dipertanggung jawabkan juga demikian berlaku untuk hati. Karena memiliki otoritas (kewenangan) dari 3 alam tadi maka masing-masing dapat beresiko tidak terkendali. Apabila berjalan tanpa kendali, berjalan masing-masing maka tibalah pada tahap kebingungan yang akan kotraproduktif, merusak diri, merusak masyarakat, dan lingkungan akhirnya rusaklah "hidup"nya dan semakin jauh dari TuhanNya. Seakan lepas dari ikatan masing-masing berjalan sendiri-sendiri sehingga yang ada kehampaan jiwa, kekosongan hati, kesia-sia an aml perbuatan.
Untuk itu masing-masing alam harus mampu terkoordinasi dalam garis lurus menuju Tuhan sebagai kendali acuan masing-masing sehingga berjalan seiring, harmonis dan seimbang. Yaitu berada dalam kesadaran nilai2 Ketuhanan pada alam perbuatan, alam fikiran dan alam hati.
Lalu para Auliya memiliki berbagai metode pengendalian 3 alam tadi untuk melakukan upaya-upaya keras, konsisten agar 3 alam tadi bergerak sinkron, harmonis, seimbang dalam ikatan tali garis lurus menuju Allah. Masing-masing metode memiliki karakter yang berbeda disesuaikan dengan sifat dasar individu. Macam-macam metode yang diformulasikan dalam bentuk amalan dzikir, doa dan amalan khusus lainnya. Thoreqot itu jalan / metode/prosedur yang telah disahkan dengan menunjuk keberhasilan dari pembawanya (Auliya). Untuk menjalani metode ini harus dibimbing oleh tutor (mursyid) yang akan menilai kemampuan, membimbing hingga tahap selanjutnya. Sebagaimana dalam Budha pun sebelum menjadi biksu para biksu senior menilai dulu sifat, karakter, dan karma yang dibawa (masalah genetik lahir batin) sebelum melalui pendidikan biksu.
b. Lingkaran :
Pada tahap ini sudah tidak ada gejolak naik turun kurva lagi, namun segala sesuatu kejadian sudah dilihat secara utuh baik sisi putih dan sisi gelap. Jadi akan selalu diambil nilai prositif dari putih maupun hitam. Seluruh penilaian seakan melihat dari atas ke bawah, melihat seluruh kejadian secara terintegrasi tidak parsial setengah lingkaran dan berada tanpa larut dalam kejadian itu sendiri (kejadian pada alam perbuatan, alam fikiran dan alam hati) (titik tengah lingkaran bersentuhan dengan garis lurus). Dalam objektifitas /kejujuran/ kemurnian/ dengan mengacu pada penilaian positif kepada Tuhan secara konsisten. Sehingga akan dicapai pengenalan mendalam tentang "hidup".
3.Hakikat.
Hakikat adalah buah. Selepas kita ada syariat, kemudian kita amalkan syariat itu hingga ia naik ke peringkat tariqat, yakni ia menjadi sebatang pokok yang bercabang dan berdaun, maka kalau cukup syarat-syaratnya maka pokok itu akan menghasilkan buah. Buah tariqat adalah akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian maqam-maqam mahmudah. Boleh jadi ia menghasilkan maqam sabar , maqam redha , maqam tawakkal , maqam tawadhuk , maqam syukur dan berbagai-bagai maqam lagi. Boleh jadi hanya terhasil satu maqam sahaja (sebiji buah sahaja) atau boleh jadi akan terhasil beberapa maqam yang berbeda dari satu pokok yang sama. Hakikat adalah perubahan jiwa atau perubahan peringkat nafsu hasil dari syariat dan tariqat yang dibuat dengan faham dan dihayati.
4.Makrifat .
Ini adalah hasil dari hakikat, iaitu hal-hal hakikat yang dapat dirasai secara istiqamah. Ia adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang tertinggi hingga dapat benar-benar mengenal Allah dan rahsia-rahsia- Nya. Orang yang sudah sampai ke tahap ini digelar Al Arifbillah.
====================================================================
Kalau di-IBARAT-kan dengan Urusan MAKANAN, maka :
1).SYARI'AT itu.............MENGHAFAL Resep Makanan.
....(TIDAK pernah MEMAKAN semua makanan yang dihafal)
....(Hanya sampai batas meng-HAFAL saja,
....tapi TIDAK pernah me-MAKAN).
.
.
2).THORIQOT itu...........PERJALANAN Makanan dari PIRING
.........................................ke MULUT kita.
....(Kalau Makanan TETAP di Piring....kapan MAKAN-nya?).
.
.
3).HAQIQAT itu.............MEMAKAN (me-RASA-kan) Makanan.
....(Me-RASA-kan NIKMAT-nya).
.
.
4).MA'RIFAT itu.............MENELAN MAKANAN.
.
.
.
.
.
.
Orang2 yang berkecimpung HANYA di Syari'at saja;
Mereka HAFAL semua RESEP Makanan;
Tetapi BELUM pernah memakan Makanan satupun
yang daftarnya tercantum di tumpukan resep2 itu.
.
Padahal NIKMAT itu...barulah bisa diperoleh pada saat MEMAKAN;
BUKAN pada saat Menghafal Resep2.
.
.
Oleh sebab itu diperlukan PERJALANAN (THORIQOT)
agar Makanan bisa sampai di Mulut;
agar bisa merasakan NIKMAT dengan cara MEMAKAN (HAQIQAT).
dan MENELAN (MA'RIFAT).
Sufi Road : Martin Lings : Sufi Inggris Yang Memukau
Martin Lings dikenal sebagai cendekiawan yang komplet. Karyanya banyak memukau berbagai kalangan.
”Nasib manusia adalah ruang dan waktu,/ bergerak dan diam/ Langit dan bumi,/ dengan Ruh bersayap dan tak bersayap/ Nafas kehidupan diembuskan ke dalam tubuh kita. (Martin Lings)
Ada sebuah buku tentang Nabi Muhammad Saw. yang sangat fenomenal dengan Muhammad, Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Buku yang karya yang diterbitkan tahun 1983 itu adalah karya seorang cendekiawan Inggris Martin Lings. Buku yang berisikan biografi Rasulullah Saw ini didedikasikan untuk pemimpin Pakistan, Zia ul-Haq. Dengan gaya narasi (bertutur) yang halus dan mudah dipahami, buku ini mampu menulis dengan detail kehidupan Rasulullah Saw. secara mengagumkan. Banyak sudah pembaca yang memujinya dengan menyebut tour de force, karya nan tiada bandingannya.
Ditulis dari perspektif seorang cendekiawan-sejarawan yang juga mempraktikkan Islam dalam keseharian, buku tersebut cepat terkenal dan menjadi salah satu bacaan wajib mengenai kehidupan Nabi Muhammad Saw. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa serta memperoleh sejumlah penghargaan dari dunia Islam. Profesor Hamid Dabashi dari Columbia University mengungkapkan kekagumannya. ”Ketika membaca buku Muhammad karya Lings, kita akan bisa merasakan semacam efek kimia pada narasi dan komposisi bahasa yang terkombinasi dengan keakuratan serta gairah syair. Lings adalah cendekiawan-penyair,” katanya. Oleh banyak kalangan, buku ini dinilai sebagai salah satu buku biografi Rasulullah Saw yang terbaik dan pernah diterbitkan.
Menyebut memang akan kita akan menemukan karya-karya yang mengagumkan. Di kalangan peneliti, pelajar dan tokoh muslim, namanya sangat popular. Tulisan dan karya-karyanya mampu memberi inspirasi banyak orang dalam mempelajari Islam. Padahal, sang penulis dulunya seorang pemeluk Kristen yang taat. Setelah masuk Islam ia berganti nama menjadi Abu Bakr Siraj Ad-Din. Baginya Islam bukan hanya sekadar agama tetapi petunjuk hidup umat manusia. Martin begitu terkesan dengan Al Quran dan pribadi Rasulullah Saw. Martin menyebut tak ada tokoh yang melebihi Nabi Muhammad Saw, baik dalam akhlak maupun kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, bukunya ini menjadi salah satu bukti kecintaannya kepada Rasulullah Saw.
Martin Lings dikenal sebagai seorang penulis produktif. Karya-karyanya sangat banyak. Diantaranya adalah terjemahan teks Islam, puisi, seni, dan filsafat. Membaca tulisan-tulisannya Lings kerap disejajarkan dengan peneliti seni berkebangsaan Swiss-Jerman, Titus Burckhardt; tokoh filsuf abadi dan metafisikawan Prancis, Rene Guenon; serta cendekiawan Jerman, Fritjhof Schuon. Ia juga selalu identik dengan seorang sufi yang gigih dalam menyebarkan Islam di Barat melalui tulisan-tulisan dan artikel-artikelnya yang tajam dan kritis. Namun, hal yang paling berkesan dari Lings adalah keterkaitan karya dengan jiwa ihsan (keindahan dan kecemerlangan) yang dimilikinya. Ia mencurahkan jiwa dan hatinya dalam menghasilkan sebuah karya yang inspiratif, jelas, dan berkualitas.
Beberapa karyanya antara lain Muhammad: His Life Based On The Earliest Sources, The Sacred Art of Shakespeare: To Take Upon Us the Mystery of Things, A Sufi Saint of the Twentieth Century, The Qur’anic Art Of Calligraphy And Illumination, Religion in the Middle East dan The Eleventh Hour: The Spiritual Crisis of the Modern World in the Light of Tradition and Prophecy.
Martin Lings dilahirkan di Lancashire, Inggris, 24 Januari 1909. Meski begitu, Martin lebih banyak menghabiskan masa kecilnya di Amerika Serikat untuk mengikuti ayahnya. Ketika keluarganya kembali ke Inggris ia menjadi siswa ke Clifton College, Bristol. Setelah itu melanjutkan pendidikannya di Magdalen College, Oxford. Ia belajar literatur Inggris dan memperoleh gelar BA tahun 1932. Tahun 1935, dia memutuskan pergi ke Lithuania untuk menjadi pengajar studi Anglo-Saxon dan Inggris Tengah di Universitas Kaunas.
Pada tahun 1939, Lings datang ke Mesir mengunjungi seorang teman dekatnya, Rene Guenon yang mengajar di Universitas Kairo. Akan tetapi, pada saat kunjungannya itu, sang teman meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Kemudian, Lings diminta untuk mengisi posisi yang ditinggalkan oleh temannya ini. Dia menerima tawaran tersebut.Lings pun mulai aktif belajar bahasa Arab dan mempelajari Islam. Setelah banyak berhubungan dengan ajaran Sufi Sadzililiyah, dia berketetapan hati untuk masuk Islam. Setelah masuk Islam, Lings makin dekat dengan Rene Guenon yang juga sudah memeluk Islam. Dia lantas menjadi asisten pribadi serta penasihat spiritual Guenon.
Ketika di Mesir menikah dengan Lesley Smalley. Keduanya tinggal di sebuah kamp pengungsi di dekat piramid. Martin mengajar bahasa Inggris di Universitas Cairo sambil mementaskan drama Shakespeare. Pada tahun 1952 ketika revolusi anti-Inggris oleh kaum nasionalis keduanya memutuskan kembali ke Inggris. Di negeri ratu Elizabeth ini ia melanjutkan pendidikan ke School of Oriental and African Studies, London dan mendapat gelar doktor. Tesisnya mengenai seorang sufi terkenal asal Ajazair, Ahmad al-Alawi, yang kemudian ia terbitkan menjadi sebuah buku dengan judul A Sufi Saint of the Twentieth Century. Tahun 1955 Martin bekerja sebagai asisten ahli naskah kuno dari kawasan Timur pada British Museum. Pekerjaan itu dilakoninya hingga hampir dua dasawarsa.
Tahun 1973, martin memfokuskan perhatiannya terhadap kaligrafi Alquran. Beberapa tahun kemudian, dia mempublikasikan karya klasiknya pada berjudul The Qur’anic Art Of Calligraphy And Illumination, bertepatan dengan penyelenggaraan Festival Dunia Islam tahun 1976. Komitmennya dalam Islam terbawa sepanjang hayat. Bahkan, sepuluh hari sebelum meninggal dunia, Lings masih sempat menjadi pembicara di depan tiga ribu pengunjung pada acara Maulid Nabi Muhammad Saw yang bertajuk Bersatu untuk Sang Nabi yang diadakan di Wembley, Inggris. Lings mengatakan, itu adalah pertama kalinya dia berbicara mengenai makna kehidupan Nabi Muhammad Saw dalam waktu 40 tahun.
Puisi Martin Lings
Di dunia seni, karya-karya puisi Martin Lings sangat dikagumi. Ia menghasilkan karya berupa sajak sebagai bentuk seni dan estetika yang memancar dari sumber wahyu dan sejarah kreativitas Islam, adalah seorang sarjana Eropa yang sangat berjasa memperkenalkan khazanah kerohanian Islam. Sastrawan Abdul Hadi W.M. Ia mengaku telah membaca Tasawuf Lings, juga dikenal sebagai pelopor pendekatan filsafat perenial (tasawuf) dalam bidang studi agama.
Lings, belajar sastra Arab dan Inggris di Oxford University dan London University. Selama 12 tahun mengajar di Cairo University terutama dalam kajian Shakespeare. Ia juga pernah menjadi konsultan ”The World of Islam Festival Trust” dan menjadi anggota ”Art Council Committee” dalam pameran ”The Art of Islam” karya Martin Lings sejak 1977, antara lain buku What is Sufism dan The Element and Other Poems. ”Saya terkesan setelah berkali-kali membaca sajaknya. Mungkin ia tidak sebesar W.B. Yeats, John Keats, T.S. Eliot, T.S. Hulme, Stephen Spender atau penyair Inggris modern lainnya, tapi sajaknya mengesankan, karena ketulusan dan keotentikan pengalamannya,” ujar Abdul Hadi.
Menurutnya Martin berhasil melukiskan betapa kehidupan modern begitu gersang dari sentuhan spiritualitas.
Sebagai anak manusia yang dibesarkan di jantung peradaban modern Inggris juga bertahun-tahun di Mesir, dia sadar kalau dia berada dalam ketegangan corak peradaban yang berbeda. Bisa jadi, ungkapan sajak Martub tentang kerinduan kepada Tuhan, dilihat sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman. ”Jika Tuhan muncul dalam sajak mutakhir, Ia adalah Tuhan yang diragukan keberadaanya dan absurd,” ujar Abdul Hadi.Abdul Hadi menambahkan bahwa sajak karya Lings berjudul Taman--ditulis saat kembali ke Inggris tahun 1952 -- barisnya diilhami oleh doa-doa orang Islam. Lings tak menyembunyikan perasaannya, betapa spiritualitas dan budaya Timur telah memberi makna yang besar bagi hidupnya.
Riyadhus Shalihin : Berkunjung dan bergaul dengan orangorang
1. Dari Anas ra., ia berkata: ketika Rasulullah SAW, wafat, Abu Bakar mengajak Umar ra., seraya berkata: “Mari kita berkunjung ke tempat Ummu Aiman ra., sebagaimana Rasulullah SAW, sering mengunjunginya.” Ketika keduanya
sampai di tempat Ummu Aiman, wanita itu menangis. Keduanya berkata: “Apa yang menyebabkan engkau menangis, bukankah apa yang disediakan Allah untuk Rasulullah itu sangat baik?” Ia menjawab: “Saya menangis bukan karena itu, saya tahu bahwa apa yang disediakan Allah untuk rasul-Nya, sangat baik. Saya menangis karena wahyu dari langit telah terputus.” Perkataan Ummu Aiman membuat keduanya terkesan, sehingga membuat mereka menangis.”(HR. Muslim)
2. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sesungguhnya ada yang akan berkunjung ke tempat saudaranya yang berada di desa lain, kemudian Allah Ta’ala
mengutus malaikat untuk mengujinya, setelah malaikat itu berjumpa dengannya, ia bertanya: “Hendak kemanakah kamu?” Ia menjawab: “Saya akan berkunjung ke tempat
saudaraku yang berada di desa itu.” Malaikat itu bertanya: “apakah kamu merasa berhutang budi sehingga kamu mengunjunginya?” Ia menjawab: “Tidak, saya mengunjungi
dan mencintainya karena Allah Ta’ala” Malaikat itu berkata:Sesungguhnya saya adalah utusan Allah untuk menjumpaimu, dan Allah telah mencintaimu sebagaimana
kamu mencintai saudaramu karena Allah.” (HR.Muslim)
3. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda:
“Siapa saja yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada dua malaikat yang memuji dan mendo’akan: “Bagus kamu dan bagus pula
perjalananmu, maka surgalah tempatmu.” (HR.Tirmidzi)
4. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., berkata: Nabi SAW, bersabda:
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang bergaul dengan orang yang shalih dan orang jahat, seperti orang yang bergaul dengan orang yang membawa minyak kasturi dan
orang yang meniup api. Orang yang membawa minyak kasturi, mungkin memberi minyak kepadamu atau membeli minyak kepadanya, paling tidak kamu mendapatkan bau
harum darinya. Sedangkan orang yang meniup api, mungkin ia akan membakar kainmu atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak enak darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Pilihlah perempuan yang dinikahi karena empat perkara: Hartanya, derajatnya, kecantikannya, atau karena agamanya. Utamakanlah agamanya niscaya kamu beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Nabi SAW, bertanya kepada
Jibril as.: “Apa yang mencegahmu untuk sering datang kepada kami?” Maka turunlah ayat: “Wamaa natanazzalu illa bi amri rabbika lahu maa baina aidiina wa maa khalafnaa wa maa baina dzaalik. (Dan tidaklah kami (jibril) turun, kecuali
dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah semua yang ada dihadapan kita, di belakang kita, dan diantarakeduanya.)” (HR. Bukhari)
7. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Janganlah kalian berteman kecuali dengan orang yang beriman dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
8. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Sesungguhnya nabi SAW,
bersabda: “Seseorang bisa terpengaruh oleh agama sahabat karibnya. Oleh sebab itu, perhatikanlah salah seorang diantara kamu dengan siapa ia bergaul.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
9. Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra., ia berkata: Sesungguhnya Nabi SAW, bersabda: “Seseorang itu akan bersama dengan orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: “Ada seseorang yang bertanya kepada nabi
SAW, tentang orang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka, maka ia menjawab:Ia akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya.”
10. Dari Anas ra., sesungguhnya ada seorang Badui bertanya kepada Rasulullah SAW “Kapankah hari kiamat?” Rasulullah SAW, balik bertanya: “Bekal apakah yang telah
kamu siapkan untuk menghadapinya?” Ia menjawab:Mencintai Allah dan Rasul-Nya” Beliau bersabda: “kamu akan bersama-sama dengan orang yang kamu cintai (nanti di akhirat)” (HR. Bukhari dan Muslim)
11. Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah SAW, dan bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka?” Rasulullah SAW, menjawab: “Seseorang akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya (kelak di akhirat)” (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: Manusia itu berbeda-beda dalam watak baik dan buruknya,begaikan tambang emas dan perak. Orang yang paling baik
pada masa jahiliyah adalah orang yang terbaik pula di masa islam, apabila mereka memahami syari’at. Roh itu berkelompok-kelompok dan berpisah-pisah. Roh yang saling
mengenal itu berkumpul dan yang tidak saling mengenalberpisah.” (HR. Muslim)
13. Dari Umar bin ‘Amr (Ibnu Jabir), ia berkata: “Tatkala umar bin Khaththab ra. kedatangan serombongan penduduk Yaman, ia bertanya: “Apakah ada diantara kamu yang
bernama Uwais bin ‘Amir?” ia menjawab: “Ya” Umar bertanya lagi: “Apakah kamu dari Murad dan Qaran?” Ia menjawab: Ya” Umar bertanya: “Apakah kamu dulu pernah mengalami
sakit belang kemudian sembuh kecuali tinggal sebesar dirham?” ia menjawab: “Ya” Umar kembali bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: “Ya” Umar
menjelaskan: Saya mendengar Rasulullah SAW, bersabda:
“Nanti kamu akan kedatangan orang bernama Uwais bin ‘Amir bersama dengan serombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya, ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang lalu
sembuh, kecuali sebesar dirham. Dia masih mempunyai ibu dan ia sangat berbakti kepadanya. Seandainya dia berbuat baik karena Allah, pasti Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Oleh karena itu, mohonkanlah ampun buat diriku. Kemudian diamemohonkan ampun untuk Umar. Setelah itu Umar bertanya:
“Engakau akan kemana lagi?” ia menjawab: “Ke Kufah” Umar menawarkan: “Bolehkah aku menulis surat kepada ‘Amil(bendaharawan) di Kufah untuk membantu kamu?” Ia
menjawab: “Saya lebih senang menjadi orang biasa.” Pada tahun berikutnya, ada seorang terkemuka dari penduduk Yaman mengerjakan ibadah haji dan berjumpa dengan Umar.
Kemudian Umar menanyakan kepadanya tentang Uwais.
Orang itu menjawab : “Saya meninggalkan dia dalam keadaan sangat menyedihkan, rumahnya sangat kecil dan tergolong miskin.” Umar berkata : “Sesungguhnya saya mendengarRasulullah SAW bersabda : “Nanti kamu akan kedatangan seseorang bernama Uwais bin ‘Amir bersama-sama denganserombongan penduduk Yaman. Ciri-cirinya ia dari Murad dan Qaran, pernah berpenyakit belang kemudian sembuh kecuali sebesar dirham. Dia masih mempunyai ibu dan sangatberbakti kepadanya. Seandainya dia berbuat baik karenaAllah, niscaya Allah akan berbuat baik kepadanya. Mintalah agar ia memohonkan ampun buat dirimu. Setelah pulang, orang itu menemui Uwais dan berkata : “Mohonkan ampunbuat diriku.” Uwais menajwab : “Sebenarnya Engkaulah yang mendoakan saya, katrena baru pulang dari bepergian yang baik. Maka mohonkan ampun buat diriku.”
Orang itu bertanya : “Kamu pernah bertemu Umar ? “ Uwais menjawab : “Ya.” Kemudian Uwais menyadari dan memohonkan ampun buat orang itu. Sesudah itu orang-orang
mengenalnya dan berbondonh-bondong meminta agar dia memohonkan ampun buat mereka. Melihat yang demikian Uwais pergi untuk menyendiri.” (HR.Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain, Dari Usair bin Jabir ra. Ia berkata :
Penduduk Kufah mengutus suatu rombongan untuk menghadap Umar ra. Di antara mereka ada seseorang yang mengejek Uwais, kemudian Umar bertanya : “Apakah di sini ada seseorang yang berasal dari Qaran?” maka Uwais mendekatinya, dan Umar berkata
: Rasululllah SAW bersabda :
”Nanti kamu akan kedatangan seseorang dari Yaman bernama Uwais, dia tidak meninggalkan apaapa di Yaman selain ibu yang ditaatinya. Dia berpenyakit belang,
setelah berdoa, Allah menyembuhkannya kecuali sebesar dinar atau dirham. Siapa saja di antara kamu bertemu dengannya, mintalah agar dia memohonkan ampun buat kalian. “Pada riwayat lain, dari Umar ra. Ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seseorang yang bernama Uwais, dia mempunyai ibu dan pernah berpenyakit belang, maka mintalah kalian kepadanya agar memohonkan ampun buat kamu.”
14. Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Saya minta izin kepada Nabi SAW untuk mengerjakan umrah. Beliau mengizinkanku, seraya bersabda: “Wahai saudaraku, jangan
kau lupakan kami dari doamu. ”Umar berkata : “itu adalah suatu ungkapan yang sangat menggembirakan saya, dan ungkapan itu lebih berharga dariku daripada dunia.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)
Dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda :Wahai saudaraku,sertakanlah kami dalam doamu.”
15. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata : “Nabi SAW sering beziarah ke Kuba’, baik naik kendaraan maupun berjalan. Di sana beliau salat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan : “Setiap hari Sabtu Nabi SAWdatang ke masjid Kuba’, baik berkendaraan maupun berjalan.
Ibnu Umar juga mencontohnya.”
Sufi Road : Hati vs Nafs
Jadilah manusia hati,- atau paling tidak menjadi muridnya.
Jika tidak, engkau hanya berjalan di tempat, bagaikan keledai terperangkap lumpur.
Jika tak punya hati, manusia tak punya guna;
Dalam kesengsaraan, ia akan dikenal dunia.
Apabila nafsu telah mencapai tingkat kesempurnaan, dia akan sampai pada tingkat perkembangan hati. Pada kenyataannya, nafsu yang tenang adalah hati yang paling dalam, yang oleh para filosof di sebut sebagai nafsu rasional (nafis al natiqa). Namun demikian, sebagian besar manusia masih berada pada maqam sifat sifat kebendaan (tab'), tingkat nafsu, dan belum memiliki hati.
Hati adalah sebuah tempat antara wilayah Kesatuan (ruh) dan daerah keanekaragaman (nafsu). Jika hati mampu melepaskan selubung nafsu yang melekat padanya dia akan berada di bawah pengaruh ruh; itulah yang dikatakan telah menjadi hati dalam makna yang sebenarnya, telah bersih dari segala kotoran keanekaragarnan. Sebaliknya, jika hati dikuasai oleh nafsu, dia menjadi keruh oleh kotoran keanekaragaman nafsu.
Ruh adalah sumber semua kebaikan, dan nafsu adalah sumber semua kejahatan. Cinta menjadi tentara ruh, dan hasrat membentuk tentara nafsu.
Ruh mewakili keberhasilan melalui Allah, sedangkan nafsu mewakili kegagalan melalui Allah juga. Hati terletak antara keduanya, dan pemenang dari keduanya akan mengendalikan hati.
Bila cinta memanggil hati
untuk datang kepadanya,
Hati akan terbang lepas
dari semua makhluk ciptaan.
(Rumi)
Hati adalah tempat dari semua pengetahuan dan kesempurnaan ruh serta tempat terlihatnya penyingkapan Perwujudan Ketuhanan melalui tingkat Esensi yang berbeda beda. Inilah aspek yang memberinya istilah Arab qalb, yang menunjukkan kedudukan tengah antara nafsu dan ruh. Hati membentuk jembatan antara keduanya, yang mewujudkan kesempurnaan dari kedua tingkat yang mengapitnya, yang mendapatkan karunia dari ruh dan menyebarkannya kepada nafsu.
Cangkir yang menggambarkan dunia
adalah hati dari orang yang sempurna
Cermin yang merefleksikan Allah pada kenyataannya adalah hati yang dalam. (SGR3)
Tanah asal Adam diciptakan terolah dengan embun kasih sayang; akibatnya, ratusan kesengsaraan dan kekacauan terlihat di dunia.
Pisau cinta
menusuk pembuluh ruh.
Setetes yang jatuh,
lahirlah hati
(Majdud Din Baghdad)
Dalam komentarnya tentang Fushush al Hikam, jami' menulis:
"Hati adalah haqiqat yang meliputi haqiqat-haqiqat kejasmaniahan serta indera indera pembentuk fisik di satu sisi, dan haqiqat spiritualitas serta karakter karakter nafsu, di sisi yang lain."
Dalam terminologi Sufi, hati menggambarkan substansi spiritual yang terletak antara ruh dan nafsu, yaitu suatu substansi yang merupakan tempat terwujudnya sifat-sifat kemanusiaan. Para filosof menyebut substansi tersebut dengan nafsu rasional, dan menganggapnya sebagai pelengkap nafsu hewani. (KF 1170)
Dalam wilayah ini,
hati adalah raja;
Pada jalan menuju langit tertinggi,
hati adalah pintunya.
Badan bukanlah apa apa,
esensi seseorang adalah hati;
Penghuni "antara dua jari"
Allah adalah Hati.
Dia mampu berperan
sebagai agama ataupun keingkaran;
Dia dapat berputar dari kebajikan dan keburukan.
Engkau pernah mendengar cerita tentang piala Jamsyid yang sering diceritakan kembali,
Dan dalam cerita itu engkau mendengar sumur yang penuh, sebagai barang yang berharga sekaligus sia sia.
Sadarlah bahwa cangkir Jamsyid itu adalah hatimu sendiri,
Hatimu itulah yang telah membentuk sandaran maupun kesedihan.
Jika engkau mempunyai keinginan untuk melihat dunia,
Engkau bahkan akan mampu melihat semua hal di dalam hatimu.
Semak semak bunga mawar telah ditanam dengan harapan tumbuhnya tunas tunas bunga mawar hati.
Ketika belukar mawar menghasilkan kuncup-kuncup bunga segar mawar hati, terselubung dalam tunas itu kelopak kelopak yang penuh daya cipta, baik partikular ataupun universal.
Indahnya keindahan adalah tanda karunia Nya;
Alam kehidupan ruang dan waktu adalah catatan keanekaragaman Nya.
Alam dan apa yang di dalamnya,
Apa saja yang disebut hikmah yang membentuk dunia Nya
Akan hilang dalam hati, Semuanya kecuali yang setetes
dalam hati, Laut Merah.
Bagaimana engkau dapat mengukur apa yang berada di dalam Allah?
Hati yang terletak di dalam selubung badan yang utama bagi kehidupan dan kematian.
Perwujudan rahasia rahasia ketuhanan dan refleksi cahaya cahayanya,
Terletak tidak di dalam hati jasmani tapi dalam hati yang sesungguhnya.
Andai hati hanyalah sebuah benda dari tanah, maka tak ada perbedaan
Antara hati ini dan hati keledai.
Berapa lama engkau akan merasa bangga dengan benda yang terbuat dari tanah ini?
Keledai juga memiliki bagian tubuh seperti ini.
Siapa saja, yang mirip seekor keledai, bangga dengan bagian tubuh ini,
Telah mengganti sebuah mutiara yang berharga untuk sebuah manik dari tanah.
Engkau harus tunduk, kepada seseorang yang berhati seperti lautan
Andai engkau ingin menemukan hati bagaikan mutiara.
Engkau harus mencari naungan di sisi sang guru,
Andai engkau ingin mendapatkan sebuah hati darinya.
Hatimu adalah telur
dari seekor burung kecil;
Tak ditemukan jejak jejak perpindahan,
dari penerbangan yang berasal dari dalamnya.
Untuk mendorongnya, membuatnya bisa terbang,
Berikanlah telur itu kepada sang guru, yang akan menetaskannya.
Shaykh Muhammad Nazim Al-Haqqani Al-Naqshbandi qs
7. Hanya Allah SWT
Janganlah berkata, “Aku dapat melakukannya.” Katakanlah, “Dengan kekuatan Tuhanku, mungkin aku dapat melakukannya. Bila Dia mendukungku, aku mungkin dapat berdiri. Dan bila Dia membantuku, aku akan berhasil.” Dalam segala-galanya. Ketahuilah bahwa kalian bukan apa-apa. Sama sekali bukan apa-apa. Bila kalian mengatakan, “Aku dapat melakukannya,” atau, “Aku mampu melakukannya,” kalian seharusnya merasa malu. Siapa kalian? Kalian bukan apa-apa. Bagaimana kalian dapat menyatakan hal itu, astaghfirullaah! Seandainya salah seorang di antara kalian dianugerahi semua kekuatan ummat manusia, tetap saja kalian bukan apa-apa. Atau seandainya pun dianugerahi kekuatan dari seluruh makhluk, termasuk makhluk surga, tetap saja kalian bukan apa-apa, dan tak dapat berkata, “Aku dapat melakukannya.” Andai kalian diberikan kekuasaan dari jutaan malaikat (yang salah satu di antaranya adalah Jibril u; yang mempunyai 600 sayap, dua di antaranya saja tidak cukup untuk dibentangkan dari Timur hingga ke Barat), tetap saja kalian seharusnya merasa malu untuk menyatakan, “Aku mempunyai kekuatan,” melalui samudera kekuatan-Nya yang tak bertepi. Semuanya tidak berarti.
Mengapa kalian sombong, dan karena apa kalian menyatakan bahwa kalian berkuasa, kuat? Apakah karena mempunyai pakaian atau mobil? Kekayaan kalian atau harta kalian? Mengapa kalian sombong? Kesombongan adalah ciri dari ego yang paling buruk.Kalian ingin bersaing dan berkata kepada Allah SWT, “Aku juga kuat.” Siapa kalian!? Menyadari bahwa kalian lemah dan bukan apa-apa itulah yang memberikan kehormatan pada kalian. Walaupun hanya menyatakan, “Wahai Tuhanku, aku tidak cukup kuat untuk memberikan kepatuhanku,” atau “Aku begitu lemah untuk menjadi hamba-Mu; wahai Tuhanku, ampunilah aku.” Hal itulah yang memberi kehormatan pada kalian. Tanpa melakukan apa-apa, hanya minta maaf dan mohon pengampunan, maka hal-hal tersebut akan memberikan lebih banyak kehormatan pada kalian, daripada menyatakan memuja Allah SWT dan berbangga atas ibadah dan penghambaan itu.
Hanya kerendahan hati yang akan menyelamatkan kalian dari kesukaran, kesengsaraan, masalah dan kesulitan. Bila kalian rendah hati, maka ampunan akan sampai pada kalian, dan demikian pula dengan berkah. Kalian tidak pernah akan menemui mata air di puncak gunung, tetapi kalian akan menemukannya di dasar lembah. Semua hal buruk datang dari kesombongan dan semua kebaikan tumbuh dari kerendahan hati. Kita begitu kecil, tidak saja secara perorangan, tetapi juga secara kolektif. Kalau kita membayangkan dimensi alam semesta, atau bahkan bila kita menggunakan kekuatan daya khayal kita dan membayangkannya jutaan kali lebih besar, tetap saja kecil karena tidak berarti dibandingkan dengan Keagungan Allah SWT yang memiliki Keagungan yang tak terukur. Tidak dapat dinyatakan dengan angka atau timbangan apapun. Ketika kita mengangkat tangan, kita harus mengatakan, “Wahai Tuhan kami, kami demikian kecilnya dan Engkau demikian agung. Engkaulah Yang Maha Agung dan Keagungan-Mu tidak terbatas.”
Kalau ada batasannya, berarti Dia setara dengan manusia biasa. Tidak ada ruang, jarak, ukuran ataupun titik terkecil yang tercipta dapat menyatakan diri bahwa mereka ada dan dapat mengatakan, “Aku di sini,” atau, “Aku mempunyai keagungan.” Tidak ada tempat untuk makhluk dan ciptaan dalam Keberadaan Allah SWT. Keberadaan-Nya meliputi semuanya. Jadi makhluk-makhluk, atom-atom, galaksi-galaksi, alam semesta, tidak dapat berkata bahwa mereka memiliki tempat, ruang, melalui Keberadaan Tuhan kita. Tidak! Tidak ada tempat untuk apapun yang tercipta melalui Keberadaan-Nya. Quran: Dialah yang Awal dan Dialah yang Akhir.Huwal awwalu wal aakhiruTidak ada sesuatu pun yang dapat memasukinya dan berkata, “Aku ada di sini.” Tuhan Mahakuasa. Grandsyaikh berkata, “Keberadaan kita bagaikan keberadaan kalian melalui cermin. Kalian dapat melihat dan melihat diri kalian sendiri di dalam cermin yang besar.
Tetapi apa yang kalian lihat tidak dapat mengatakan bahwa dia ada, demikianlah keberadaan kalian.”Keberadaan kalian tidak ada melalui cermin itu. Tidak mungkin! Karenanya kita mengatakan bahwa kita amat kecil. Hal ini berlaku untuk kalian karena kalian menyatakan keberadaan kalian. Tidak hanya itu, kalian juga menyatakan bahwa kalian orang besar. Kalian tidak hanya mengatakan, “Aku di sini,” tetapi kalian juga mengatakan bahwa kalian tuhan dan kalian tidak mau mengatakan bahwa kalian seorang hamba. Bergabunglah dalam penghambaan. Ketuhanan adalah bagi Dia yang keberadaan-Nya telah ada sejak zaman pra azali sampai zaman azali. Datanglah dan katakan bahwa kalian adalah hamba dari yang keberadaan-Nya abadi dan katakanlah, “Wahai Tuhan kami, kami adalah hamba-Mu.”Keberadaan Ilahiah-Nya adalah dari masa azali hingga pra azali; dan Kerajaan-Nya dan Kekuasaan-Nya tidak pernah berakhir hingga ke keabadian.
Allaahu Akbar! Apapun yang kalian lihat, sentuh dan meminta agar disimpan melalui keabadian tidak berarti apa-apa. Allaahu Akbar! Keagungan-Nya meliputi masa pra azali sampai masa azali dan Kebesaran-Nya adalah untuk Keabadian-Nya.Siapa kalian? Kalian bukan apa-apa. Janganlah anggap sebagai sesuatu. Sesuatu tidak berarti apa-apa. Jangan mengutarakannya. Akuilah ketidakberartian kalian dan berusahalah membuat ego kalian agar mengakui ketidakberartiannya. Sama sekali tidak berarti apa-apa. Kemudian kalian akan mencapai kesempurnaan dan kepuasan. Kesempurnaan yang sempurna dan kedamaian paripurna. Inilah hal terpenting yang dicoba diajarkan oleh Khatamul Anbiya Rasulullah SAW kepada manusia. Keberadaan-Nya dari masa azali hingga masa pra azali. Tidak ada yang lain kecuali Dia. Dalam keberadaan yang ada hanyalah Allah SWT. Tak ada yang lain. Wahidun Ahad (Yang Tunggal, Satu-satunya).
Tak ada yang eksis kecuali Dia. Apalah kita ini. Kita bukanlah apa-apa. Barangsiapa yang menyatakan keberadaan bagi dirinya sendiri, maka dia telah menyekutukan Allah SWT (syirik). Dan karena kita tidak termasuk dalam kelompok yang ada, Allah SWT tidak peduli bahwa kita akan menyekutukannya. Karena pada dasarnya tidak ada apa-apa. Tetapi Allah SWT suka bila hamba-Nya menjaga sopan-santun yang baik. Karena alasan itu, syari`ah dan thariqat datang untuk meniadakan pengakuan itu dari dunia ini. Sehingga orang tidak mengatakan, “Aku ada.” Karena kalian tidak ada. Seratus tahun yang lalu tak satu pun di antara kita yang ada. Dan setelah seratus tahun, tak seorang pun yang sekarang ada masih ada. Di sana tidak ada, di sini pun tidak ada. Dan apa yang muncul di antara dua ketiadaan juga tidak ada. Tinggalkan pikiran kalian, diri kalian, dan semuanya sampai tetesan kalian bersatu dengan samudera (fana` billaah).
Dengan kesediaan kalian, kalian dapat mengorbankan diri dan raga. Jangalah mohon agar menjadi sesuatu, tetapi sebaliknya mohonlah segala-galanya. Kebenaran muncul dan penciptaan menjadi kenyataan. Ini terjadi dalam waktu kurang dari sekejap mata. Dan di antara para Awliya, waktu untuk keberadaan ini laksana cahaya kilat. Dan pemunculan kita sekarang ini adalah seperti itu. Itu akan segera berakhir dan tidak ada lagi. Karena Allah SWT akan bertanya,Quran:Milik siapakah kerajaan itu sekarang?Limanil mulkul yawma?Tetapi tak ada yang menjawab. Allah SWT akan menjawabnya sendiri. Allah SWT, Yang Maha Esa, al-Qahhar (Sang Penguasa).Dan Dia yang menguasai hamba-Nya melampaui kematian akan menjawab sendiri melalui Dirinya sendiri, Kalian tidak menjawabnya. Karena orang yang biasanya berkata, “Aku seorang ini,” atau “itu,” tidak akan ada lagi. Mereka telah dikuasai. Mereka mendengar tetapi tidak dapat menjawab. Dan bahkan yang lebih agung adalah bahwa Dia tidak akan menjawab dengan berkata, “Itu milik-Ku.” Tetapi Dia berfirman, Quran:Milik Allah SWT, Yang Maha Esa, Sang Penguasa.Lillaahil waahidil qahhaar Juga ada suatu rahasia bahwa yang mewakili Dia, akan menjawab.
Dialah yang telah dijadikan wakil-Nya. Dialah yang kalau dia tidak ada, maka Allah SWT tidak akan menciptakan seluruh makhluk. Para ulama mengatakan bahwa Allah SWT yang memberikan jawaban tersebut, tetapi seolah-olah ada seseorang yang menjawab. Dan siapakah dia? Yang telah Allah SWT hiasi dengan Sifat-Sifat-Nya, dan mengangkatnya ke maqam al-mahmud. Dialah yang menjawab, pasti dan sudah sepantasnya begitu. Bila sesuatu, bahkan atom dibiarkan sendiri, dia tidak akan ada lagi. Bila diambil dari atom, maka pengamatan Allah SWT (muraqaba) akan hilang. Karena keberadaan sejati hanya bagi Allah SWT. Quran:Dan tak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia.Wa lam Yakun lahu kufuwan ahad Tak ada sesuatu yang setara dengan Dia.
Keberadaan mutlak adalah untuk Allah SWT. Siapa lagi kalau bukan Dia? Tak ada ruang untuk yang kedua. Hanya ada Allah SWT dan tak ada siapa pun bersama-Nya. Anggapan kalian bahwa kalian ada, adalah salah. Karena Allah SWT tidak menerima bahwa ada seseorang yang setara dengan-Nya.Manusia telah menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak perlu untuknya. Tanpa samudera, tak ada yang dapat berenang. Dan tanpa lautan takkan ada ikan. Dan mana di antara kedua ini yang lebih baik? Yang mempertanyakan (hal ini) adalah orang yang tidak berpikir! Sebuah samudera adalah samudera dengan segala isinya, dan jalan untuk mencapainya adalah melalui Kemurahan Allah SWT.
Berdiri di hadapan cermin keabadian, dihiasi dengan eksistensi sejati, menatap pada kenyataan diri, dalam Samudera Keesaan.Seekor ikan berkata, “Aku adalah samudera, “ dan untuk berkata, “Aku di sini,” tanpa samudera, adalah suatu pernyataan yang keliru. Astaghfirullaah!Semoga Allah SWT menganugerahi kita pemahaman yang baik. Ada beberapa hal penting yang harus dipahami. Bila kalian tidak memahaminya, kalian tidak dapat diselamatkan dari kejahatan ego kalian atau dari Setan
8. Mencapai Allah SWT,Dengan bimbingan hakiki yang mewakili Nabi Muhammad SAW
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk mengikuti jejak Sahabat-Nya dan berada bersama mereka. Karena itu kita perlu berdekatan secara fisik dengan orang-orang yang diberkahi, lalu hati kita akan dapat didekatkan. Bila kalian tidak memasang salurannya, maka keran tidak akan mengalir. Aliran mata air dapat mencapai kalian melalui saluran. Tanpa itu, air tidak akan mencapai kalian. Jadi harus ada salurannya. Semua Nabi termasuk Sayyidina Muhammad SAW membawa aliran surgawi dan rahmat ke dalam jiwa kita. Karena itu, kita hendaknya selalu memelihara hubungan dengan jiwa mereka yang suci dan murni (dari kebijakan surgawi).
Kalian dapat mencapai mereka dan memuaskan dahaga kalian dari aliran rahmat agungnya. Tanpa Awliya, kalian tidak dapat mencapainya. Allah SWT telah membuat Awliya menjadi mata air rahmat-Nya. Barangsiapa yang mencapainya akan hidup dan menjadi orang yang sungguh-sungguh hidup. Barangsiapa yang mencapai Awliya, mereka menggapai kehidupan yang abadi. Bagaimana kita mencapai Allah SWT? Begitu sulit! Tetapi bila kalian dapat menggapai Wakil-Nya, berarti kalian bersama Allah SWT. Bilamana tidak mencapai Awliya, sukar untuk mendapatkan berkah. Ada berkah biasa saja yang sampai pada semua orang (juga pada mereka yang bukan mukmin, kalau tidak mereka tidak akan ada), tetapi bila kalian ingin lebih dekat dengan Allah SWT kalian memerlukan berkah yang lain. Barangsiapa yang tidak patuh, akan kehilangan hidupnya yang mahal dan menyia-nyiakan waktunya yang berharga.Untuk orang yang diberi kuasa, hal tersebut tidak perlu ditunjukkan, karena pada dasarnya dia selalu bersama Syaikhnya.
Dia mempunyai hubungan semacam telepon dengan Syaikhnya untuk mengetahui apa yang bermanfaat bagi dirinya. Tidak ada hubungan dengan keinginan kita sendiri, tetapi semua itu adalah kemauan Sang Syaikh yang diambilnya dari hadirat Nabi e yang selalu bersama Allah SWT. Muraqaba (Pengamatan Penuh Perhatian atau Kewaspadaan)Hamba yang memohon mencapai Hadirat Ilahiah Allah SWT atau Rasulullah SAW dan Syaikh hendaknya selalu memelihara perhatiannya yang ditujukan kepada Syaikh. Perhatikan selalu Syaikh kalian, karena dia selalu memelihara kalian.
Dia tidak pernah meninggalkan kalian. Menunjukkan perhatian berarti kalian memahami bahwa Syaikh selalu bersama kalian da bahwa dia selalu memperhatikan kalian. Murid tidak pernah sendirian. Katakan, “Ya Allah SWT, jangan tinggalkan aku sendirian dengan egoku.” Bila murid tidak bersama Syaikhnya, maka dia bersama egonya dan Setan. Dan ego itu penuh dengan tipu muslihat. Bila murid tetap memperhatikan Syaikhnya (satu menit, beberapa lama atau selama mungkin), Syaikh akan bersamanya dan dalam setiap situasi, Syaikh akan mendukungnya. Perhatian akan mendatangkan Madad (pertolongan) dan bila kalian memutuskannya maka dukungan Syaikh akan terputus pula.
Syaikh mendukung orang yang berjalan menuju Allah SWT (sama seperti mobil mengisi tangkinya pada pompa bensin sebelum meneruskan perjalanannya). Dan orang yang benar-benar yang telah diberi kuasa mempunyai maqam sedemikian hingga kalian dapat mencapai Allah SWT. Orang itu mengambil sesuatu dari Syaikh yang mengambilnya dari hadirat Nabi Muhammad SAW yang menerimanya dari Hadirat Allah SWT. Jika kalian memutuskannya, kalian akan ditinggalkan sendirian dan kalian seperti sebuah rekorder yang kehabisan baterai. Tetapi bila kalian didukung oleh sebuah kabel, maka kalian tidak pernah akan terputus atau berkurang dukungannya. Selalu akan berjalan. Untuk berapa lama kalian ingin memelihara ego kalian?Memperhatikan Syaikh adalah salah satu di antara hal yang paling penting sehingga kalian selalu bersama Syaikh dan agar kalian dapat mendekati hadirat Nabi Muhammad SAW. Kemudian kalian dapat memperhatikan Nabi Muhammad SAW dan kalian dapat melihat bahwa Nabi Muhammad SAW memperhatikan kalian dan kalian memahami makna ayat Quran,Dan Rasulullah SAW berada di antara kalian.
Fiikum rasuulallaahBeliau selalu ada.Bila tidak ada kewaspadaan (muraqaba), kalian tidak akan melihat atau merasakan sesuatu. Muraqaba membuat murid dapat mendengar sesuatu dari Syaikhnya dan dia dapat melihat dan memperhatikan. Dan kalian dapat melihat realitas Syaikh yang kekuasaannya meliputi seluruh dunia (bila dia adalah Syaikh sejati). Tidak ada batasan. Tidak! Tidak, bila kekuasaan yang diberikan kepadanya secara resmi berasal dari Nabi Muhammad SAW. Kekuasaannya selalu ada, di setiap tempat. Di daratan maupun di lautan. Ke mana pun kalian pergi, dia selalu ada. Dan bila kalian mempunyai hubungan yang baik, pertama-tama kalian akan mendengar (seperti semacam telepon ilahiah kepada Syaikh) dan dia akan menunjukkan jalan dengan cara yang akan dia tunjukkan. Setelah itu bila muridnya meningkat maqamnya, murid itu akan juga melihat siapa yang akan menuntunnya dengan kata-kata. Ini adalah tingkat tertinggi (dari muraqaba murid) sampai dia meningkat ke perhatian Nabi Muhammad SAW, bila dia dapat mendengar sampai murid itu meningkat lebih tinggi dan dia dapat menemui Nabi Muhammad SAW.
Pada tingkat ini, yang termulia dari semua yang suci biasanya berkata, “Bila kita tidak memandang Nabi Muhammad SAW walau hanya sekejap mata pun dan bila beliau terputus dari hadapan kita, maka anggaplah bahwa kita bukan seorang Muslim lagi.” Karena kalau manusia bersama egonya (lebih mementingkan egonya) maka dia bukanlah seorang Mukmin (tidak beriman). Kecuali dia mendekati Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan Nabi-Nabi lainnya, hubungan akan diputuskan dan yang diabadikan hanyalah egonya sendiri. Dia telah membuat dirinya menjadi budak dari egonya sampai mereka akan mengatakan tentang dirinya,Quran:Apakah kalian melihat orang yang telah menjadikan egonya sebagai Tuhannya? Ara-ayta manit-takhadza ilahahu hawaahuDan dia tidak lagi akan memisahkan apa yang halal atau haram dan dia berkata, “Aku bebas. Semua yang ingin kulakukan, akan dapat kulakukan.”Oleh sebab itu, perhatian murid terhadap Syaikh adalah suatu hal yang terpenting untuk memperbaiki diri dalam perjalanannya ke jalan yang benar. Kalau tidak mesinnya mati dan dia akan berhenti di tengah jalan tanpa bergerak. Dan bila dia bersikeras tidak mau memikirkan Syaikhnya maka dia akan dibiarkan di tempat itu. Ada beberapa titik yang peka yang telah diintervensi oleh Setan dan kaki tangannya untuk menipu orang-orang yang sedang dalam perjalanan ke jalan yang benar. Mereka mengatakan bahwa apa yang dilakukan orang tersebut adalah syirik.
Tidak mungkin hal ini syirik atau kufur. Orang ini memiliki pemahaman tentang bagaimana mencapai jalan yang benar. Muraqaba adalah untuk orang yang sedang dalam perjalanan dan harus selalu dilakukan. Sampai dia mencapai Hadirat Ilahi. Setelah itu dia akan menjadi orang yang mencapai jalan itu dan di sana tidak tersisa lagi kecemasan akan duniawi atau tentang akhirat kelak. Dia akan berada dalam kekekalan. Ini adalah ceramah yang terperinci dan berat dan tidak ada seorang pun pada saat ini di antara orang-orang yang mempunyai wewenang yang boleh membicarakan hal ini, kecuali dari perwakilan Grandsyaikh. Thariqat mempunyai adab dan ditujukan untuk menuntun orang ke tingkat adab tertinggi. Menjadi murid sejati berarti menjadi orang yang diterima dalam hadirat Nabi Muhammad SAW dan dalam Hadirat Ilahi yang suci. “Ya Allah SWT, anugerahilah lebih banyak kemuliaan dan kehormatan kepada Kekasih-Mu.”Barangsiapa yang tidak berdzikir, tidak memiliki cahaya. Dan yang tidak memiliki cahaya adalah buta. (Jadi tabir tidak dapat disingkirkan).FanaBila seorang murid ingi mewakili Syaikhnya, dia harus menghilangkan kepribadiannya dan memasuki kepribadian Syaikhnya. Jika masih ada yang tersisa dari dirinya maka dia tidak mewakili Syaikhnya. Selesai!Barangsiapa yang menyatakan keberadaan di samping keberadaan Syaikh, tidak dapat mewakili Syaikh tersebut dan Syaikh pun tidak dapat mewakilinya. Tidak mungkin!Di samping itu, bila seseorang berkata bahwa dia mewakili Nabi Muhammad SAW, hal itu tidak mungkin; kecuali dia telah menyatu (fana) ke dalam kepribadian Nabi Muhammad SAW.Hanya ada satu Muhammad SAW. Saya Muhammad SAW, kalian adalah Muhammad SAW. Dia menjadi satu. Bila kalian menjadi Muhammad SAW, berarti kepribadian kalian menjadi hilang. Kalian membuat kepribadian kalian hilang agar Nabi Muhammad SAW muncul.
Rasulullah SAW adalah penjelmaan kebenaran dan bila Rasulullah SAW tidak melenyapkan kepribadiannya, maka Allah SWT tidak akan menjelma dalam dirinya. Al-Awwalu, al-Akhiru, az-Zhaahiru, al-Baathinu, Yang Pertama, Yang Terakhir, Yang Nampak dan Yang Tersembunyi.Dia adalah Yang Maha Mewujud. Dan melalui siapa Dia termanifestasi? (atau dengan siapa?) Melalui matahari atau bintangkah? Melalui dunia? Atau melalui binatang? Para malaikat? Para jin? Dengan atau melalui siapa Dia termanifestasi? Dia termanifestasi melalui Nabi Muhammad SAW, lalu Nabi Muhammad SAW menghilang sehingga Allah SWT menjelma dalam dirinya. Nabi Muhammad SAW telah melenyapkan dirinya sehingga tidak ada yang tersisa darinya. Lalu Allah SWT termanifestasi dalam diri Nabi Muhammad SAW.Dan bila tidak ada cermin untuk memantulkan gambaran kalian, maka kalian tidak akan nampak. Contohnya, bila kalian dalam rumah di mana tidak ada cermin maka kalian tidak akan kelihatan. Alam semesta, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi tidak akan nampak kalau tidak ada cermin Rasulullah SAW. Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Sidratul Muntaha (Pohon Lote terjauh, batas Surga ketujuh) terdengarlah suara yang berseru kepada beliau, “Wahai Muhammad SAW, masuklah…”Dan Nabi Muhammad SAW berseru kepada Jibril u, “Ikutlah bersamaku.” Dan Jibril u berkata, “Ya Muhammad SAW, bila aku melewati perbatasan ini, walau hanya sehelai rambut, aku akan terbakar karena cahayanya.”Lalu ada pertanyaan, “Siapa kamu?” dan beliau menjawab, “Engkau Ya Tuhanku.” Selesailah. Tidak ada lagi dua. Hanya satu. Yang tinggal hanya Allah SWT dan Muhammad SAW menjadi cermin untuk penampakkan semua makhluk. Dari yang terkecil hingga yang terbesar. Pada kenyataannya, mi’raj (perjalanan) adalah kekal (Quran mengatakan demikian). Tidak terjadi dalam kurun waktu tertentu, tetapi terjadi sepanjang hidup Nabi Muhammad SAW. Semua itu terjadi sebelum terciptanya waktu dan ruang dan keberadaan seluruh dunia muncul melalui cermin tersebut. Dan seandainya cermin ini diselubungi oleh sesuatu, maka semuanya akan lenyap. Menjadi satu dengan ciptaan harus melalui tahapan.
Pada tingkat yang terakhir tidak akan tersisa identitas pribadi dan kalian akan menjadi cermin dan menjadi pewaris Nabi Muhammad SAW. Jadi inilah penuntun sejati. Yang lainnya menipu orang. Dia mengatakan, “Pandanglah dinding. Tetapi tidak ada cermin di situ, hanya sebuah dinding.” Dia adalah seorang pembohong!Kita memohon kepada Allah SWT agar kita dapat lebih dekat dengan orang yang diberkati, sehingga mereka dapat menembus diri kita. Berkat dari Allah SWT tergantung pada kedekatan kalian pada seorang Wali. Bila hati kalian sibuk padanya selama 24 jam, maka kalian akan diberkati selama 24 jam. Bila kalian setengah-setengah maka kalian hanya mendapat berkah selama setengah hari dan selebihnya akan terputus. Kita hendaknya memohon dari para Awliya suatu benteng kekuatan. Melihat dengan bijaksana. Bila kalian tidak hati-hati, maka Setan dan teman-temannya akan membawa kalian ke kedudukan yang lebih buruk. Selalu berada bersama sahabat-sahabat Allah SWT, bukan dengan ego kalian. Dengan berkah mereka, kalian dapat mencapai Tuhan kalian dan Pertolongan-Nya memang diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya.
Hikam Al Hadad :Bahaya Penyakit Hati Dibandingkan Penyakit Tubuh
[Al-Fushul al-Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hukmiyyah, Sayyid Al-Imam Abdullah Al-Hadad.ra]
Penyakit-penyakit hati lebih mengganggu dan lebih berbahaya, lebih parah dan lebih buruk daripada penyakit-penyakit tubuh ditinjau dan berbagai segi dan arah. Yang paling merugikan dan paling besar bahayanya ialah karena penyakit hati mendatangkan mudarat atas seseorang dalam agamanya, yaitu modal kebahagia di dunia dan di akhirat; dan bermudarat bagi akhiratnya, yaitu tempat kediaman yang baqa, kekal, dan abadi.
Adapun penyakit tubuh tidaklah mendatangkan mudarat atas seseorang kecuali di dunianya yang fana yang segera sima, serta tubuhnya yang menjadi sasaran penyakit akan hancur luluh dalam waktu yang cepat. Apalagi penyakit tubuh itu sebenarnya amat berfaedah bagi seseorang dalam agama dan akhiratnya. Sebab, Allah Swt. menyediakan pahala yang sangat besar bagi si penderita sakit, di samping banyak faedah dan manfaat lainnya yang segera ataupun pada waktu mendatang, sesuai dengan yang disebutkan dalam berbagai ayat dan hadis tentang pahala yang disediakan pada penyakit dan bencana yang menimpa tubuh.
Kemudian, karena penyakit hati tidak terjangkau secara indriawi dan tidak menimbulkan rasa sakit, sulitlah ia diketahui dan ditemukan. Perhatian padanya amat sedikit dan daya upaya untuk mengobatinya pun lemah sekali, seperti yang disebutkan oleh Imam Al-Ghazali.rhm, "Penyakit hati itu laksana penyakit sopak (belang) di wajah seseorang yang tak memiliki cermin. Jika ia diberi tahu orang lain pun, mungkin ia tak memercayainya. "
Selain itu, berbagai azab dan hukuman yang diancamkan atas diri seseorang sebagai akibat penyakit-penyakit hati, kelak di akhirat, adalah sesuatu yang sulit diterima oleh kaum yang lalai. Atau, mereka melihatnya sebagai sesuatu yang masih lama sekali datangnya. Adakalanya mereka bahkan meragukannya. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.) Atau, berangan-angan akan diselamatkan darinya dengan berbagai harapan yang menipu, semata-mata karena terlalu "berani" kepada Allah. Sehingga, timbul khayalan kosong dengan mengira pasti akan memperoleh ampunan dan keselamatan meski tanpa berusaha untuk memperolehnya.
Disebabkan hal-hal seperti itu, banyak penyakit hati yang terus tersembunyi, bahkan makin kuat mencengkeram, sementara orang-orang yang lalai selalu teledor untuk mengobatinya sehingga makin lama makin sulit diobati. Bahkan, adakalanya seseorang dari mereka mengetahui bersemayamnya sesuatu penyakit di hatinya, tetapi ia tak peduli dan tak menghiraukannya.
Padahal, sekiranya ia mengetahui adanya suatu penyakit di tubuhnya ataupun seorang lain memberi tahunya tentang hal itu, pasti besar sekali perhatian yang ditujukan padanya. Ia akan menjadi sangat takut, lalu bersungguh-sungguh berdaya upaya untuk mengobatinya dengan mengerahkan apa Baja yang &pat dilakukannya. Sebab, seperti yang telah kami sebutkan, penyakit hati itu tak terjangkau secara indriawi dan tidak ada rasa sakit yang menyertainya segera. Juga, hukuman-hukuman yang diancamkan terhadap itu tak tampak, dan kalaupun ada, ia baru akan terwujud kelak setelah mati dan berada di akhirat. Sedangkan, orang yang lalai menganggap maut dan segala yang datang sesudahnya sebagai sesuatu yang amat jauh. Padahal, sekiranya menggunakan akalnya dan keyakinannya, niscaya ia akan mengetahui bahwa maut adalah suatu perkara gaib yang paling cepat datangnya, seperti disabdakan oleh Rasulullah Saw. Dan, sebagaimana juga beliau pemah bersabda, "Surga itu lebih dekat kepada seorang
di antara kalian daripada tali sandalnya." Demikian pula neraka.
Penyakit hati sungguh banyak ragamnya. Yang paling berbahaya dan paling mudarat ialah kebimbangan dalam agama. (Semoga Allah Swt. melindungi kita darinya.) Selain itu, lemahnya keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, serta kediaman di akhirat. Juga, sifat riya' (ingin dipuji oleh manusia) dalam perbuatan kebajikan. Angkuh terhadap hamba-hamba Allah, bakhil, iri hati, dengki, curang, cinta akan dunia dan sangat ingin mempertahankan nya, panjang angan-angan (yang menyebabkan selalu menunda tobat), lupa akan maut, lalai akan akhirat, mengabaikan persiapan untuknya, serta berbagai macam penyakit hati lainnya.
Mengingat bahwa hati manusia tertutup dari perasaan indriawi, sedangkan penyakit-penyakit hati tidak disertai rasa sakit yang dapat dijangkau dengan alat-alat lahiriah, wajiblah atas manusia berakal, yang prihatin akan agamanya serta keselamatan akhiratnya, untuk sungguh-sungguh berusaha menyelidikinya sehingga ia dapat segera menangani dan mengobatinya sebelum maut datang mendadak dan ia pun menuju Tuhannya, laluberhadapan dengan-Nya dengan hati yang tidak sehat—yang karena itu ia akan merugi, binasa bersama dengan orang-orang yang binasa lainnya.
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
MMaulana Shaykh Muhammad Nazim Al-Haqqani Al-Naqshbandi qs
5. Bersama Allah SWT
Jangan biarkan pikiran kalian disibukkan dengan urusan dunia. Tetaplah bersama Allah SWT. Pemikiran kalian dan segalanya dari diri kalian.Kalian adalah seorang manusia. Makhluk tertinggi dan yang paling berharga di antara semua makhluk. Kehormatan hanya bagi mereka yang mengabdi dan mereka akan banyak dikejar agar mereka berpaling dan melenceng dari arah yang dituju. Hanya itu yang dapat mereka lakukan. Mereka tidak dapat merenggut jiwa kalian. Mereka mungkin dapat meraih jasad ragawi kalian, lalu merenggutnya; namun mereka tidak dapat menyentuh Iman dalam hati kalian. Kalau tidak bersama Allah SWT, maka hati kalian bersama dunia.
Mereka tidak dapat mendekati kalian. Allah SWT akan melindungi kalian dan mereka tidak dapat menyentuh kalian. Bila hati kalian bersama Allah SWT, maka gerakan jasad ragawi kalian tidak pernah akan membahayakan kalian. Tidak pernah!Kita tidak dapat membayangkan diri kita secara fisik dekat dengan Allah SWT, tetapi bila kalian menjaga agar hati kalian selalu bersama Allah SWT, maka kalian akan dekat dengan Hadirat-Nya. Jiwa kalian akan membawa jasad kalian ke Hadirat Ilahi. Tetapi bila kalian menuruti hasrat fisik kalian, jiwa kalian tidak dapat membawa kalian ke Hadirat Ilahi.Mereka yang benar-benar hidup, hidup bersama Allah SWT. Paling tidak kalau kita shalat, kita harus mencoba dekat dengan Allah SWT. Lalu berkah akan menyebar setelah shalat dan berkah itu akan menemani semua amal kita selama 24 jam. Kehormatan itu adalah untuk orang yang hidup. Kita bersumpah pada hari perjanjian di hadapan Allah SWT, bahwa kita selalu akan bersama-Nya dan tidak meninggalkan-Nya. Tetapi begitu kita tiba di sini, kita meninggalkan-Nya.Kehormatan bagi orang yang beriman bergantung pada cahaya mereka. Tingkat dan kedekatan mereka dengan Allah SWT di dunia dan di akhirat nanti tergantung pada hal itu. Jadi kita hendaknya selalu mencari Nuur.Tidak sekejap pun Nabi Muhammad SAW tidak berada bersama Allah SWT. Bila bukan dengan Allah SWT, lalu harus dekat dengan siapa? Hal apa yang lebih penting daripada selalu bersama Allah SWT? Apakah ada kehormatan yang lebih tinggi daripada duduk bersama Allah SWT? Dan Dia berfirman, Hadits Qudsi:“Aku bersama (mereka) yang selalu ingat kepada-Ku”Bila kalian bersama Allah SWT, Allah SWT akan bersama kalian. Dan inilah yang Dia minta dari kalian. Katakanlah, “Wahai Tuhan kami, Engkaulah tujuan kami.”Seseorang yang berniat bepergian selalu mempunyai tujuan. Tujuan itu pastilah untuk mencapai Samudera Kesatuan. Semua kesukaran dan masalah muncul karena kita jauh dari Allah SWT. Orang yang jauh dari Allah SWT, tidaklah bersama Allah SWT. Sebab-sebab dari kesukaran, dosa, depresi, kecemasan, bahaya di dunia dan di akhirat terjadi karena kita jauh dari Allah SWT.
Barangsiapa yang mencapai Samudera Kesatuan, berarti dia telah bersama Allah SWT. Bagai setetes air yang jatuh makin mendekati samudera dan bila memasukinya tidak ada yang tersisa.Semua masalah dan keluhan disebabkan karena kita jauh dari Allah SWT.Semua jalan Sufi, terutama Thariqat Naqsybandi ingin menganjurkan agar manusia selalu memohon untuk bersama Allah SWT. Allah SWT bersama kalian, tetapi kalian tidak selalu bersama-Nya. Allah SWT tidak lupa pada kalian. Dia bersama kalian di manapun kalian berada. Juga di Alam Barzakh atau di Surga. Tak ada suatu tempat pun di mana Allah SWT tidak bersama hamba-hamba-Nya. Saat-saat bersama Allah SWT adalah saat yang paling berharga dan tak terkira nilainya. Selalu bersama Allah SWT. Di mana Allah SWT? Allah SWT Sang Pencipta. Keberadaan-Nya adalah abadi. Tak berawal dan tak berakhir. Tak ada yang dapat menyerupai-Nya.
Dia satu-satnya. “Di mana Dia?” Kalian tidak dapat bertanya. Tetapi kalian dapat menanyakan, “Di mana Dia tidak berada?” Apakah kalian dapat menemukan suatu tempat tanpa Allah SWT? Keberadaan mutlak hanyalah untuk Allah SWT semata. Keberadaan-Nya memenuhi semua ruang. Di mana saja. Apakah kalian mengetahuinya, atau tidak?Dia berada dalam bagian terkecil suatu benda. Walaupun lebih kecil daripada sebuah atom, Dia tetap bersamanya. Kalau tidak, itu berarti benda itu tidak ada. Allah SWT pastilah bersama apa yang telah Dia ciptakan. Oleh karena itu mohonlah pada-Nya.Dia tidak jauh dari kalian, mungkin kalian sendiri jauh dari diri kalian. Karena kalian tidak mengenal diri kalian sendiri secara fisik maupun spiritual. Tak seorang pun dapat mengetahui identitas pribadinya dan tak seorang pun tahu egonya seperti apa.
Dan sosok spiritual kalian pun bersembunyi dari diri kalian. Untuk menemukan identitas kalian yang tersembunyi merupakan suatu pekerjaan sulit dan memakan waktu; harus dilakukan dengan sabar, langkah demi langkah. Allah SWT bersuka cita bila hamba-Nya menangis, menjerit dan memohon pada-Nya selalu. Allah SWT senang bila kita seperti singa. Barangsiapa bersama Tuhannya akan seperti singa. Barangsiapa bersama egonya adalah ibarat serigala yang merupakan binatang kotor dan berbahaya. Singa adalah raja rimba. Bila dia mengaum semua makhluk takut. Singa tidak pernah takut. Semua binatang hidup berkelompok, tetapi singa hidup sendiri. Dia tidak mengizinkan makhluk lain berada di kawasannya. Aaaum!!
6. Kenalilah Allah SWT
Mohonlah diberi pengetahuan tentang Allah SWT. Hal tersebut adalah pengetahuan yang tersembunyi. Bukan tentang dunia dan segala isinya, bukan pula tentang kehidupan yang fana ini. Pengetahuan tentang Allah SWT yang diizinkan untuk kalian ketahui, bukanlah tentang Zat-Nya. Tidak, kalian tidak diizinkan untuk mengetahuinya dan kalian juga tidak dapat mendekatinya. Atau mengetahui tentang Sifat-Sifat Ilahiah-Nya. Semua yang ada adalah milik salah satu Asma itu. Setiap Asma suci adalah ibarat sebuah samudera dan dari sanalah kalian dapat mencapai Allah SWT. Kalian dapat menggunakan kekuatan kalian untuk memahami apa yang diciptakan oleh Allah SWT, lalu mewujudkannya. Dari ciptaan Allah SWT, kalian dapat mencoba mendekatinya sampai kalian menemukan jalan untuk memahami sesuatu. Dan apa yang kalian ketahui akan menjadi sebuah samudera yang dapat kalian arungi hingga mencapai keabadian.
Karenanya kita memohon ilmu yang dapat membawa kita lebih dekat dengan Hadirat Ilahi. Tujuan utama dari keberadaan kita adalah untuk mencapai kehidupan sejati dan ke akar keberadaan kita. Untuk mengambil kekuatan dari rahasia-rahasia kehidupan abadi sehingga nampaklah daun-daun, bunga-bunga dan buah-buahan melalui diri kita. Merupakan suatu pengetahuan bahwa Allah SWT itu Subhan dan bahwa Dia Sulthan.Allah SWT berfirman bahwa tak sesuatu pun diciptakan tanpa alasan dan tujuan. Tidak ada yang sia-sia. Semuanya yang ada, sekecil apapun diketahui dan ada dalam jangkauan Sang Pencipta dan diberi makna. Adalah hal yang bodoh untuk menyangkalnya. Jadi bagaimana dengan kalian? Allah SWT memberi petunjuk pada segalanya, merancangnya dan mewujudkannya. Tidak terhitung rancangannya. Benak kalian tidak akan mampu memuatnya. Tidak mungkin mencapai kesempurnaan, kebijaksanaan, pengetahuan, kekuatan atau kemampuan Sang Pencipta. Laa ilaha illallaahSang Pencipta berfirman, “Datang dan Jadilah! Datang dan tunjukkan diri kalian dan ucapkanlah, Subhanallaah!” Atom terkecil mendengarnya dan patuh. Dan setiap atom atau elektron dianugerahi kemuliaan yang berbeda, karena masing-masing mempunyai kepribadian tersendiri yang khas. Kalian berbeda dengan yang lainnya, demikian pula sebaliknya. Cara mereka bertasbih terhadap Tuhan mereka juga unik. Allaahu Akbar! Merupakan suatu kebodohan tidak menggunakan pikiran kalian untuk memikirikan hal-hal seperti itu. Kita diperintahkan untuk menggunakan akal kita.
Semakin memperdalamnya, kalian akan menemukan samudera kebijaksanaan yang lebih besar, kekuatan yang tidak terbatas. Semoga Tuhan kita memberikan kesempatan pada kita untuk merenungkan hal-hal tersebut. Ini dapat membimbing kita menuju kemegahan yang tidak terbatas dan samudera kekuatan. Kasihanilah orang-orang yang hanya hidup dan memikirkan perutnya saja, tidak pernah memikirkan hal-hal yang lain. Jadi benak mereka tidak memberi kesempatan pada hatinya untuk mengabdi pada Tuhan mereka, Allah SWT.Kebanyakan orang setingkat dengan binatang, mungkin lebih rendah, karena binatang pun bertasbih pada Allah SWT.
Grandsyaikh mengatakan, “Sekecil apapun suatu materi pastilah mempunyai nama, kalau memang memiliki kepribadian.” Sama halnya bahwa setiap orang di kota mempunyai nomor telepon yang berbeda-beda. Setiap atom mempunyai nama tersendiri bagi sifat-sifatnya, yang mana digunakan untuk mengagungkan Penciptanya.Kita tertidur, mabuk dunia dan mabuk isi perut. Mana ada waktu bagi kita untuk merenungkan hal-hal tersebut. Allah SWT tetap sama, dahulu maupun sekarang. Tidak ada (istilah) sebelum bagi Allah SWT dan tidak pula setelah.Allah SWT memerintahkan kita, “Jangan memikirkan Aku. Kalian tidak sanggup. Kalian dilarang untuk mencoba atau memikirkan bagaimana wujud-Ku. Jangan! Hal tersebut terlarang. Kalian boleh memikirkan apa yang Aku ciptakan.” Paling tidak pikirkanlah tentang diri kalian sendiri.
Sekarang kalian bagaikan salah satu piramida batu di Mesir. Orang melihatnya dan berpikir bahwa piramida itu hanya bangunan yang dibangun dari batu tanpa pintu dan jendela. “Mustahil! Untuk apa? Tak ada pintu atau lubang!?” Tetapi akan tiba waktunya manusia akan berpikir keras dan mereka akan berkata, “Kita harus menelitinya untuk mengetahui maknanya.” Lalu bila mereka telah memperdalamnya, maka Tuhan Yang Mahakuasa akan membuka kesempatan untuk menemukan jalan masuknya. Sekarang kalian ibarat piramida tadi. Kalian beranggapan bahwa kalian tidak mempunyai gerbang, lubang atau jalan menuju ke Surga. Kalian menganggapnya hanya seperti bangunan batu di atas bumi. Berlari, datang, dan pergi; makan, minum dan setelah itu selesai. Tetapi Tuhan Yang Mahakuasa berfirman bahwa bila kalian dengan tekun mencari jalan dari diri kalian menuju diri kalian, kalian akan menemukannya.
Bila Allah SWT membukannya, kalian pasti akan menemui jalan Tuhan kalian. Tetapi bila kalian tidak membuka diri dan memahami, maka kalian tidak akan menemukan jalan menuju Tuhan kalian. (Atau mengenal-Nya).Gerbang menuju Tuhan kalian adalah melalui diri kalian sendiri. Kalianlah pintu yang harus kalian buka, lalu kalian akan menemukan Hadirat Ilahi Tuhan kalian. Berbahagialah dan berbangga hatilah dengan keberadaan kalian. Hal tersebut merupakan kesempatan yang paling besar. Bila Dia tidak menciptakan kita, maka kita tidak akan dapat memahami tentang keberadaan kita. Subhanallaah!Dia memerintahkan agar kita dibuat dari tanah. Kalian tidak dapat membayangkannya! Kalian dapat membuat patung atau gambar dari laki-laki, perempuan atau binatang. Mudah! Tetapi untuk memberi seekor singa ciri khasnya, mungkinkah? Hanya kalau diberi sifat itu kalian dapat mengatakan bahwa itu benar-benar seekor singa.
Kalian tidak dapat mengatakan bahwa itu keledai. Tuhan menciptakan ciri khas untuk bentuk seekor keledai. Sehingga kalian dapat mengatakan bahwa bentuk seperti itu memang seekor keledai, tidak dapat disebut harimau. Sang Pencipta menciptakan bentuk, lalu memberikan ciri khas pada bentuk itu. Kalian tidak dapat memberikan ciri khas seekor macan kepada keledai. Camkanlah hal penting ini. Semua itu terjadi karena Keagungan Allah SWT. Menciptakan dan memberi ciri khasnya. Sebagai singa, anjing, banteng, sebagai serigala, beruang atau sebagai macan. Dia memberikan ciri khas pada setiap makhluk yang diciptakannya. Bila ciri khas itu tidak diberikan kepada bentuk singa, maka bentuk itu bukan singa. Itu hanya merupakan bentukan saja, kumpulan materi. Kalian dapat melihat bentuk, tetapi bukan seekor singa. Untuk memberikan ciri khas pada singa hanya dapat dilakukan oleh-Nya, Sang Pencipta. Demikian pula Allah SWT menciptakan manusia. Allah SWT telah memberikan ciri khas kepada berjuta-juta makhluk.
Dia anugerahkan setiap manusia ciri khas yang berbeda-beda agar kalian bukan Jamaludin dan kalian tidak dapat berkata bahwa dia si Farhat atau si Nabil. Lalu Allah SWT memberi ciri khas kepada bangsa-bangsa: Jerman suatu ciri khas, pada bangsa Arab ciri khas yang lainnya. Orang dari Indonesia akan mengatakan, “Aku bukan orang Malaysia, aku orang Indonesia.” Dan orang Australia akan menolak kalau dikatakan bahwa mereka orang Selandia Baru. Setiap bangsa telah dianugerahi ciri khas mereka dan mereka bahagia akan hal tersebut. (Jadi renungkanlah Kebesaran Tuhan kita).Quran: Dia menciptakan setiap makhluk…Khaliqu kulli syay-inDan ketika semut berlarian ke kanan atau ke kiri, ketahuilah bahwa setiap semut telah diarahkan, pasti! Kalian tidak dapat melangkahkan kaki kalian selangkah pun tanpa diarahkan menuju suatu tujuan.
Oleh karena itu, seorang mukmin yang sempurna akan menyatakan, “Wahai Tuhan kami, Engkau demikian agung. Engkau tidak tertandingi. Hanya Engkau, tak ada yang seperti-Mu, segala Keesaan dan Kebesaran bagi-Mu.”Kalian tidak tahu berapa ciri khas yang dimiliki seekor semut. Dan kesemuanya menyatu dalam diri seekor semut. Dan kalian akan menemukan berbagai macam semut di berbagai belahan dunia. Dan setiap semut berbeda satu dengan yang lainnya. Ada sebuah seruan dari Rasulullah SAW: Kalian harus mencoba memahami ciptaan-ciptaan Tuhan kalian. Tentang sifat dan ciri khas mereka. Janganlah kalian mencoba memahami Zat Allah SWT.
Setiap Mahkluk dianugerahi ciri khas dan kemampuan yang akan menjadi kenyataan dalam dirinya. Allaahu Akbar! Semoga Allah SWT menganugerahkan kita sesuatu dari Cahaya-Nya. Karena bila seseorang jatuh ke dalam kegelapan, dia tidak mengetahui apa-apa yang mengelilinginya. Dengan cahaya, maka dia dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Kalian harus menggunakan akal kalian untuk memahami Kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas, Kemampuan-Nya yang tidak terbatas dan Kehendak-Nya yang tidak terbatas untuk berbuat sesuai Kehendak-Nya. Ikutilah Dia melalui jalan hamba yang paling dicintai-Nya. Bilamana kita menuruti kehormatan kata-kata Sayyidina Muhammad SAW kita mungkin dapat memahami sesuatu dan hati kalian pasti dibukakan. Anugerah Allah SWT selalu bertambah. Bukan untuk-Nya, melainkan untuk hamba-hamba-Nya. Dan penciptaan berlangsung terus-menerus. Tetapi Kerajaan-Nya milik tunggal-Nya, merupakan harta karun yang tak mungkin dipahami. Allah SWT sekarang pun tetap seperti sedia kala.Yang diciptakan selalu bertanya, “Apakah masih ada lagi?” Dan Sang Pencipta akan menjawab, “Masih banyak lagi.”Bilamana kalian akan membagi sedetik menjadi 4 bagian atau menjadi ribuan atau jutaan bagian, maka di antara dua bagian selalu ada waktu.
Benak kalian dapat menerima bahwa kalian membaginya menjadi ratusan bagian atau juga dapat mencapai jutaan bagian. Hal ini berarti bahwa masih dapat dibagi dalam triliyun. Ada rahasia di sini. Dan tidak ada yang tahu sejak dahulu kala, jumlah setiap bagian yang ada di antara bagian-bagian lain yang di antaranya ada waktu. Dan setiap waktu itu mengandung suatu kewajiban yang satu dengan yang lainnya berbeda. Pikiran itu statis dan tidak dapat bergerak. Tetapi jiwa itu mengalir dan bergerak. Jiwa itu dapat masuk. Jiwa itu dapat dikemas tetapi tidak demikian dengan akal. Akal bekerja di muka bumi, bukan untuk alam malakut. Hanya sedikit orang yang dapat mencapai sisi jiwa di mana tidak ada kecemasan. Jangan beranggapan bahwa darah satu orang sama dengan darah orang lain. Tidak! Apa yang ada di dalam seseorang hanya satu.
Para dokter berkata, “mirip” dan “anda dapat menggunakannya.” Tetapi jangan beranggapan bahwa darah itu 100% cocok untuk orang lain. Tidak, tidak mungkin. Setiap orang hanya satu. Allah SWT tidak pernah membuat duplikat. Tidak! Salah satu Asma suci Allah SWT adalah al-Mubdi`u, yang berarti Dia menciptakan dan ciptaan itu hanya satu dan unik. Tidak ada dua yang sama. Nama yang suci itu memberikan ciri yang khas. Janganlah beranggapan bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menciptakan sesuatu seperti sebuah pabrik. Tidak!Pembuluh darah di dalam badan kita, dan sistem saraf kita, bagaimana dipertahankan? Dan siapa yang mengaturnya? Bagaimana aku ada dan hidup? Bagaimana sistem pernafasan bekerja? Dan sistem pencernaanya? Bagaimana mataku dapat melihat? Siapa yang merancang telinga kita pada tempatnya, dan bukan di atas kepala? Bagaimana kalian bertanya? Bagaimana Allah SWT? Lebih baik tanyakanlah, “Bagaimana aku?” Bagaimana organ luar dan organ dalamku dirancang? Ribuan pertanyaan, bagaimana? Setanlah yang membuat orang mengajukan pertanyaan yang tak patut seperti itu. Kalian tidak dapat membayangkan keabadian. Manusia menggunakan akal mereka dengan cara yang tidak selamat. Sadarlah akan keterbatasan kalian. Janganlah angkuh. Kalian di sini untuk belajar sesuatu yang termasuk keabadian. Janganlah mencoba mempelajari apa yang ada di sekeliling kalian.
Pelajarilah Sang Perancangnya. Perenungan satu jam sama nilainya dengan ibadah tujuh puluh tahun.Hadits: Pergilah ke negri Cina untuk menuntut ilmu. Dengan kata-kata ini, Rasulullah SAW tidak memaksudkan untuk mencari pengetahuan biasa yang dapat ditemukan di mana saja. Tidak! Yang Nabi e maksud adalah pengetahuan yang tersembunyi dan rahasia pengetahuan yang bukan untuk sembarang orang pula. (Pada waktu itu negeri Cina adalah negeri yang terjauh dan tidak dikenal).Untuk pengetahuan seperti itu kalian harus bertanya pada seseorang yang mengetahui. Pergilah kepada orang itu.Quran: Ikutilah dia yang telah mengorbankan hidupnya untuk-Ku.Wat-tabi` sabiila ansaaba ilayyaTanpa menemukan seorang `Arifbillah (seseorang yang mengenal Allah SWT), bagaimana kalian akan menemukan Ma`rifatullaah (Pengetahuan tentang Allah SWT).
Sufi Road : KONSEP SUFI ADALAH KESEDERHANAAN HIDUP
Kesederhanaan hidup adalah konteks yang dijalankan oleh seorang sufi agar berhasil kembali selamat berjumpa dengan penciptanya.Berkali-kali saya dihujat bahwa saya sesat ketika mengatakan bahwa hidup bernilai dalam kesederhanaan.Seorang ibu muda yang eksekutif muda sebuah BUMN mengatakan itu pada saya."Konsepmu itu ngawur!Mana ada Islam mengajarkan tidak mencari dunia?"Begitu katanya.Saya lalu mengungkapkan fakta-fakta sejarah sebagai berikut bahwa konsep Islam bukanlah pengejaran aspek materi yang membelenggu jiwa (materialisme dialektika).Bukti-bukti tersebut antara lain :
A. Rasulullah SAW seorang yang hidup sangat sederhana walaupun Beliau adalah Raja dari sebuah umat yang kaya yang menguasai 2/3 dunia saat itu.Ketika beliau wafat rumahnya hanyalah sebuah pondok dari batuyang sangat sederhana.
B. Semua sahabat Rasulullah SAW semuanya adalah sufi-sufi yang mengikuti prinsip hidup beliau.Salah satunya adalah Salman Al Farisi.Seorang Budak yang dibebaskan Rasulullah SAW dan ahli strategi perang ulung(anda bayangkan seorang budak bisa jadi seorang ahli strategi perang ulung sewaktu perang Khondak,jika tidak mendapat hikmahNYA bagaimana bisa?).Salman Al Farisi menjadi Gubernur Syam (Suriah) dan
termasyhur karena sederhana dan sangat bijaksana.Saking bijaksananya banyak Kepala Negara berkunjung sekedar untuk studi banding tata negara kesana.Pada suatu hari ada sekumpulan kepala negara datangberkunjung ke Istana Gubernur yang megah.Nampak seorang buruh angkut datang dan menyapa mereka lalu membawakan barang mereka masuk ke Istana.Lalu bertanyalah mereka kepada buruh itu,"Kami inginbertemu Tuan Gubernur Salman Al Farisi yang termasyhur,semoga beliau berkenan menemui kami!"Kata mereka."Sebentar ya,saya ganti baju dulu!"Kata buruh itu dengan santai."HAH!"Mereka terkejut.
Ya begitu sederhana dan santainya seorang sufi sehingga materi dan cover (permukaan) bukanlah menjadi tujuan atau hasil akhir melainkan sebuah akibat dari proses perhambaan saja.Bukan pengejaran atas
realitas.Berbeda dengan konsep Islam pasca Muawiyah.Setelah masa bani Umayah konsep Islam menjadi bergeser kepada pengejaran realitas materi sebagai simbolisme kesuksesan dan ukuran dihormatinya seorangmanusia hidup di dunia.Hal itu berlangsung sampai sekarang.
C. Contoh lainnya adalah Shalahudin seorang Raja dan panglima perang yang sangat bijaksana,terpelajar dan mampu menempatkan segala sesuatu pada konteksNYA.Bahkan ketika perang Salib berlangsung,adabseorang muslim yang berjiwa ksatria dia pegang teguh yaitu tidak merusak keadaan,tidak berbuat aniaya dan fokus pada perbaikan akhlak.Obyek yang diserang adalah sikap hidup yang keliru bukan subyeknya.
Kembali kepada konteks hakikat kesederhanaan dalam Islam.Konsep kesederhanaan ini diwujudkan dalam bentuk konsumsi materi yang tidak berlebihan dengan pemuasan nafsu inderawi melainkan fokus padamanfaat yang tidak berlebihan.Apakah dalilNYA?Ingat,gunakan Qalbu yang bersih untuk memahami ayat-ayat Allah SWT.Dan jangan gunakan nafsu pembenaran diri.Inilah salah satu konsep dasar belanja dengan cara
sederhana sebagai bagian dari konsep hidup kesederhanaan yaitu tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas.
Surah Al Baqarah 272 :
لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ
مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ
Indonesia :
[2 : 272] Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan
diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya. (QS. 2:272)
English :
[2 : 272] You are not responsible for guiding anyone. GOD is the only one who guides whoever chooses (to be guided). Any charity you give is for your own good. Any charity you give shall be for the sake of GOD.Any charity you give will be repaid to you, without the
“…Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamusedikitpun tidak akan dianiaya”.
Ridho Allah adalah kata kunci dalam konsep hidup kesederhanaan agar hidup kita menjadi seimbang dalam proses perhambaan secara totalitas berserah diri kepadaNYA.Karena Islam adalah berserah diri secaratotalitas kepadaNYA tanpa alasan apapun dengan seyakin-yakinnya dan tanpa prasangka.
Lalu apa yang menjadi tolak ukur dalam sikap hidup kesederhanaan ini :
A. Belanja pada konteks manfaat bukan pada pengejaran pemenuhan nafsu
Apakah contohnya?Contoh seorang wanita eksekutif memiliki 1 lemari penuh sepatu yang bermerk dari luar negeri adalah contoh sikap hidup hedonis dalam pengejaran nafsu.Sikap hidup sederhana menghendaki kitabijak untuk membeli sepatu seperlunya,indah namun tidak berlebih-lebihan.Sisa uang bisa diperuntukkan menolong orang miskin,anak yatim,mengangkat anak dari panti asuhan,membuat perpustakaan yang
bermanfaat untuk orang banyak,riset dan pengembangan Islam dsb.
B. Ikhlas bukan Culas.
Sederhana berarti sikap hidup yang menerima keadaan,menerima kebenaran dari siapapun dan menghormati siapapun dalam berbagai keadaan.Bukan memanipulasi fakta kebenaran orang lain karena dirinyatersaingi.Contoh :Seorang sufi muda brilian muncul,ustadz tua yang hidup dari situ banyak yang merasa tersaingi lalu menggunakan berbagai macam cara agar orang lain tidak mengakui dan menerimanya.Itu Culas
bukan ikhlas namanya.
C. Sederhana itu tidak memihak namun penuh kontrol dalam penempatan konteks kebenaranNYASikap hidup sederhana itu mampu menempatkan keadaan pada konteks kebenaranNYA sehingga tercipta harmoni kehidupan yang stabil dan dinamis.Tidak memihak disini dimaksudkan adalah Qalbu yang pasrah
atau "0" (nol) secara totalitas kepadaNYA namun berikhtiar secara maksimal.Kontrol pada kebenaranNYA adalah mengutamakan hakikat kebenaranNYA daripada kebenaran pribadi/individu.
D. Sederhana itu fokus pada pelayanan kehendakNYA dan mensinergikan dengan kehendak individu yang penuh nafsu untuk dikalahkan dan dikendalikan
Kesederhanaan yang penuh pelayanan kepada kehendakNYA adalah sederhana yang sabar dengan ilmu.Memiliki sikap dan prinsip yang kuat,atau bisa dikatakan lembut namun keras,beriak namun dalam,halus namuntegas,bernegosiasi namun prinsipil,fleksibel namun berkarakter,bergelombang namun lurus.Hukum paradoks kesederhanaan ada pada konsep kesederhanaan.Di situlah fungsi manusia untuk mengambil keputusan
dan memberikan nilai hakikat keseimbangan dalam dirinya.Jadi bagaimana?Masih ingin bergaya hidup mewah?Sekian terima kasih.Semoga Allah SWT merahmati.Amin.
MODUS BARU ALA DAKWAH DIFACEBOOK
Hati hati modus dakwah Facebook...
siapa saja bisa jadi ustadz/kiai, dengan bermodalkan postingan-postingan bernuansa Agama, walaupun toh itu hanya COPAS saja dari stats tetangga,web,blog,dll
dan dengan mudah kita akan dipanggil dg sebutan UST/KIAI....
Memang tiada salah og memposting hal-hal yang baik, demi, kebaikan bersama, demi mendapat suatu ilmu pengetahuan, tetapi ingatlah, ilmu yang berkah dan bermanfaat itu tidaklah semudah hanya belajar lewat Google/Fb. tetapi haruslah mempunyai seorang guru yang benar-benar faham betul akan suatu ilmu agama, bukan hanya sekedar pandai bicara.....
Apalagi Fb hanya sebagai MODUS MENCARI JODOH/ MENIPU.dengan bermodalkan postingan-postingan COPAS belaka.
banyak saudara kita yg tebuai dengan fenomena UST/KIAI ala FACEBOOK. tanpa sadar mereka terkena bujuk rayuannya, sehingga apa yg diminta dan dijanjikan begitu mudahnya dikasihkan.
Mudah-mudahan kita dijaga oleh Alloh dari perbuatan-perbuatan yang dimurkai oleh-Nya....aamiin
Sunah membaca
Bismillaah...
Jika bangun setiap malam sunah membaca akhir Surat Ali-Imran dari firman Allah swt: Inna fii khalqis samaawaati wal ardhi sehingga akhir ayat.
Mengikuti riwayat yang terdapat di dalam Shahihain:
“Sesungguhnya Rasulullah saw membaca akhir Surat Ali Imran apabila bangun dari tidur
Tentang apa yang dibacakan untuk orang sakit. Sunah membaca AlFatihah di samping orang sakit berdasarkan sabda Nabi saw dalam hadits sahih berkenaan dengan perkara tersebut:
“Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqtah (sejenis obat dan mantera)?”
Sunah membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul A’uudzu bi rabbin Naas untuk orang sakit dengan meniup pada kedua telapak tangan.
Hal tersebut diriwayatkan dalam Shahihain dari perbuatan Rasulullah saw yang telah dijelaskan dalam bab meniup di akhir bagian yang sebelum ini.
Diriwayatkan dari Thalhah bin Mutharif, katanya: “Jika Al-Qur’an dibaca di dekat orang sakit, dia merasa lebih ringan. “Pada suatu hari aku memasuki khemah seseorang yang sedang sakit”. Aku berkata: “Aku melihatmu hari ini dalam keadaan baik.”
Dia berkata: “Telah dibacakan AlQur’an di dekatku.”
Diriwayatkan oleh Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dengan isnadnya, bahwa Ar-Ramadi ra ketika menderita sakit, katanya: bacakan hadits kepadaku. Ini baru hadits, apalagi Al-Qur’an.
: Tentang apa yang dibacakan di dekat mayat. Para ulama sahabat kami dan yang berkata, sunah membaca surat yasiin di dekatnya berdasarkan hadits Ma’qil bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda: “Bacakanlah surat Yasiin untuk mayatmu.” (Riwayat Abu dawud dan Nasa’I, dalam Amalul Yaum wal Lailah dan Ibnu Majah dengan isnad dha’if)
Diriwayatkan oleh Mujalid dari Asy-Sya’bi, katanya: “Kaum Anshor apabila hadir di dekat mayat, mereka membaca surat Al-Baqarah.” Dan orang bernama Mujalid ini adalah sha’if. Wallahua’lam.
Jika bangun setiap malam sunah membaca akhir Surat Ali-Imran dari firman Allah swt: Inna fii khalqis samaawaati wal ardhi sehingga akhir ayat.
Mengikuti riwayat yang terdapat di dalam Shahihain:
“Sesungguhnya Rasulullah saw membaca akhir Surat Ali Imran apabila bangun dari tidur
Tentang apa yang dibacakan untuk orang sakit. Sunah membaca AlFatihah di samping orang sakit berdasarkan sabda Nabi saw dalam hadits sahih berkenaan dengan perkara tersebut:
“Dari mana engkau tahu bahwa Al-Fatihah adalah ruqtah (sejenis obat dan mantera)?”
Sunah membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul A’uudzu bi rabbil falaq dan Qul A’uudzu bi rabbin Naas untuk orang sakit dengan meniup pada kedua telapak tangan.
Hal tersebut diriwayatkan dalam Shahihain dari perbuatan Rasulullah saw yang telah dijelaskan dalam bab meniup di akhir bagian yang sebelum ini.
Diriwayatkan dari Thalhah bin Mutharif, katanya: “Jika Al-Qur’an dibaca di dekat orang sakit, dia merasa lebih ringan. “Pada suatu hari aku memasuki khemah seseorang yang sedang sakit”. Aku berkata: “Aku melihatmu hari ini dalam keadaan baik.”
Dia berkata: “Telah dibacakan AlQur’an di dekatku.”
Diriwayatkan oleh Al-Khatib Abu Bakar Al-Baghdadi rahimahullah dengan isnadnya, bahwa Ar-Ramadi ra ketika menderita sakit, katanya: bacakan hadits kepadaku. Ini baru hadits, apalagi Al-Qur’an.
: Tentang apa yang dibacakan di dekat mayat. Para ulama sahabat kami dan yang berkata, sunah membaca surat yasiin di dekatnya berdasarkan hadits Ma’qil bin Yasar ra bahwa Nabi saw bersabda: “Bacakanlah surat Yasiin untuk mayatmu.” (Riwayat Abu dawud dan Nasa’I, dalam Amalul Yaum wal Lailah dan Ibnu Majah dengan isnad dha’if)
Diriwayatkan oleh Mujalid dari Asy-Sya’bi, katanya: “Kaum Anshor apabila hadir di dekat mayat, mereka membaca surat Al-Baqarah.” Dan orang bernama Mujalid ini adalah sha’if. Wallahua’lam.
Orang Sufi anti Syurga dan Tidak Takut Neraka?
Diantara tuduhan yang dilontarkan kepada kaum Sufi, bahwa dalam tasawuf, seorang Sufi itu tidak mau syurga dan tidak takut neraka. Padahal Rasulullah pernah berharap syurga dan dihindarkan dari neraka. Rasulullah paripurna saja masih demikian, kenapa kaum Sufi enggan dengan syurga dan tidak takut neraka?
Tuduhan dan pertanyaan berikutnya seputar syurga dan neraka, bahwa kaum Sufi dalam tujuannya untuk beribadah hanya kepada Allah, tidak menuju syurga dan tidak menghindar dari neraka, dianggap sebagai akidah yang salah. Padahal dalam ayat Al-Qur’an disebutkan, “Makan dan minumlah (di syurga) dengan nikmat yang disebabkan oleh amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang lampau….” (al-Haaqqah, 24) . Jadi kaum Sufi pandangannya bertentangan dengan ayat tersebut.
JAWABAN
Dalam Al-Qur’an dan Hadits soal syurga dan neraka disebut berkali-kali dalam berbagai ayat dan surat. Tentu saja, sebagai janji dan peringatan Allah swt. Namun memahami ayat tersebut atau pun hadits Nabi saw, harus dilihat dari berbagai sudut pandang, tidak sekadar formalisme ayat atau teks hadits saja.
Contoh soal rasa takut. Dalam Al-Qur’an disebut beberapa kali bentuk takut itu. Ada yang menggunakan kata Taqwa, ada yang menggunakan kata Khauf dan ada pula Khasyyah, dan berbagai bentuk kata yang ditampilkan Allah Ta’ala yang memiliki hubungan erat dengan bentuk takut itu sendiri, sesuai dengan kapasitas hamba dengan Allah Ta’ala. Makna takut dengan penyebutan yang berbeda-beda itu pasti memiliki dimensi yang berbeda pula, khususnya dalam responsi psikhologi keimanan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, berkaitan dengan frekwensi dan derajat keimanan seseorang.
Begitu juga kata Jannah dan Naar, syurga dan neraka. Penekanan-penekanan kata Naar dalam Al-Qur’an juga memiliki struktur hubungan yang berbeda. Naar disebutkan untuk orang kafir, memiliki tekanan berbeda dengan orang munafik, orang fasik, dan orang beriman yang ahli maksiat. Itu berarti berhubungan dengan kata Naar, yang disandarkan pada macam-macam ruang neraka: Ada Neraka Jahim, Neraka Jahanam, Neraka Sa’ir, Neraka Saqar, Neraka Abadi, dan penyebutan kata Naar yang tidak disandarkan pada sifat dan karakter neraka tertentu.
Jika Naar kita maknai secara gradual, justru menjadi zalim, karena faktanya tidak demikian. Hal yang sama jika para Sufi memahami Naar dari segi hakikatnya neraka, juga tidak bisa disalahkan. Apalagi jika seseorang memahami neraka itu sebagai api yang berkobar.
Kalimat Naar tanpa disandari oleh Azab, juga berbeda dengan Neraka yang ansickh belaka. Misalnya kalimat dalam ayat di surat Al-Baqarah, “Wattaqun Naar al-llaty waquduhannaasu wal-Hijarah” dengan ayat yang sering kita baca, “Waqinaa ‘adzaban-Naar,” memiliki dimensi berbeda. Ayat pertama, menunjukkan betapa pada umumnya manusia, karena didahului dengan panggilan Ilahi ”Wahai manusia”. Maka Allah langsung membuat ancaman serius dengan menyebutkan kata Naar. Tetapi pada doa seorang beriman, “Lindungi kami dari siksa neraka,” maknanya sangat berbeda. Karena yang terakhir ini berhubungan dengan kualifikasi keimanan hamba kepada Allah, bahwa yang ditakuti adalah Azabnya neraka, bukan apinya. Sebab api tanpa azab, jelas tidak panas, seperti api yang membakar Ibrahim as.
Oleh sebab itu, jika seorang Sufi menegaskan keikhlasan ubudiyahnya hanya kepada Allah, memang demikian perintah dan kehendak Allah. Bahwa seorang mukmin menyembah Allah dengan harapan syurga dan ingin dijauhkan neraka, dengan perpekstifnya sendiri, tentu kualifikasi keikhlasannya di bawah yang pertama. Dalam berbagai ayat mengenai Ikhlas, sebagai Ruh amal, disebutkan agar kita hanya menyembah Lillahi Ta’ala. Tetapi kalau punya harapan lain selain Allah termasuk di sana harapan syurga dan neraka, sebagai bentuk kenikmatan fisik dan siksa fisik, itu juga diterima oleh Allah. Namun, kualifikasinya adalah bentuk responsi mukmin pada syurga dan neraka paling rendah.
Semua mengenal bagaimana Allah membangun contoh dan perumpamaan, baik untuk menjelaskan dirinya, syurga maupun neraka. Kaum Sufi memilih perumpamaan paling hakiki, karena perumpamaan neraka yang paling rendah sudah dilampauinya. Sebagaimana kualitas moral seorang pekerja di perusahaan juga berbeda-beda, walau pun teknis dan cara kerjanya sama.
Orang yang bekerja hanya mencari uang dan untung, tidak boleh mencaci dan mengecam orang yang bekerja dengan motivasi mencintai pekerjaan dan mencintai direktur perusahaan tersebut. Walau pun cara bekerjanya sama, namun kualitas moral dan etos kerjanya yang berbeda. Bagi seorang direktur yang bijaksana, pasti ia lebih mencintai pekerja yang didasari oleh motivasi cinta yang luhur pada pekerjaan, perusahaan dan mencintai dirinya, disbanding para pekerja yang hanya mencari untung be laka, sehingga mereka bekerja tanpa ruh dan spirit yang luhur.
Karena itu syurga pun demikian. Persepsi syurga bagi kaum Sufi memiliki kualifikasi ruhani dan spiritual yang berbeda dengan persepsi syurga kaum awam biasa. Hal yang sama persepsi mengenai bidadari. Bagi kaum Sufi bidadari yang digambarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, adalah Tajalli (penampakan) sifat-sfat dan Asma Kemahaindahan Ilahi, yang tentu saja berbeda dengan kaum awam yang dipersepsi sebagai kenikmatan bilogis seksual-hewani.
Syurga bagi kaum Sufi adalah Ma’rifatullah dengan derajat kema’rifatan yang berbeda-beda. Karena nikmat tertinggi di syurga adalah Ma’rifat Dzatullah. Jadi kalimat Rabi’ah Adawiyah tentang ibadah tanpa keinginan syurga adalah syurga fisik dengan kenikmatan fisik yang selama ini kita persepsikan. Dan hal demikian memang bisa menjadi penghalang (hijab) antara hamba dengan Allah dalam prosesi kema’rifatan.
Bahkan Allah pun membagi-bagi syurga dengan symbol berbeda-beda, ada Jannatul Ma’wa, Jannatul Khuldi, Jannatun Na’im, Jannatul Firdaus, yang tentu saja menunjukkan kualifikasi yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah. Bagi orang beriman yang masih bergelimang dengan nafsunya, maka perspesi tentang nikmat syurga, adalah pantulan nafsu hewaninya dan syahwatnya, lalu persepsi kesenangan duniawi ingin dikorelasikan dengan rasa nikmat syurgawi yang identik dengan syahwatiyah.
Rabi’ah Adawiyah dan para Sufi lainnya ingin membersihkan jiwa dan hatinya dari segala bentuk dan motivasi selain Allah yang bisa menghambat perjalanan menuju kepada Allah. Dengan bahasa seni yang indah dan tajam, mereka hanya menginginkan Allah, bukan menginginkan makhluk Allah. Amaliyah di dunia sebagi visa syurga hanyalah untuk menentukan kualifikasi kesyurgawiannya, bukan sebagai kunci masuk syurganya. Karena hanya Fadhal dan RahmatNya saja yang menyebabkan kita masuk syurga. “karena Fadhal dan Rahmat itulah kamu sekalian bergembira…” Demikian dalam Al-Qur’an. Bukan gembira karena syurgaNya.
Syurga dan neraka adalah makhluk Allah. Apakah seseorang bisa wushul (sampai kepada) Allah, manakala perjalanannya dari makhluk menuju makhluk? Apakah itu tidak lebih dari sapi atau khimar yang menjalankan roda gilingan, yang berputar-putar terus menerus tanpa tujuan?
Nah anda bisa merenungkan sendiri, betapa tudingan-tudingan mereka yang anti tasawuf soal persepsi syurga dan neraka ini, bisa terbantahkan dengan sendirinya, tanpa harus berdebat lebih panjang.
Hanya mereka yang tolol dan bodoh saja, jika ada ucapan seperti ini dikecam habis, “Tuhanku, hanya engkau tujuanku, dan hanya ridloMulah yang kucari. Limpahkan Cinta dan Ma’rifatMu kepadaku…” Ucapan yang menjadi munajat para Sufi. Lalu mereka mengecam ucapan ini, sebagai bentuk anti syurga dan tak takut neraka?
Maqam dan Haal
Al-Haal (kondisi ruhani) menurut banyak
orang merupakan arti yang intuitif dalam hati;
tanpa adanya unsur sengaja, usaha menarik,
dan usaha lainnya, dari rasa senang atau
sedih, leluasa atau tergenggam, rindu atau
berontak, rasa takut atau suka cinta, maka
setiap al-Haal merupakan karunia.
Dan stiap
Maqam adalah upaya.
Pada al-Haal datang
dari Wujud itu sendiri, sedang al-Maqam
diperoleh melalui upaya perjuangan.
Orang
yang memilik Maqam, menempati maqamnya,
dan orang yang berada dalam Haal, bebas
dari kondisinya.
Salah seorang guru berkata : “Beberapa
al-Haal seperti kilatan kalau menetap, itu
sekedar omongan nafsu.”
Mereka berkata : “Al-Haal sebagaimana
namanya, yakni al-Haal seperti ketika
menempati dalam kalbu, kemudian hilang.
Kalau tidak menempati, pasti tidak
dinamakan haal.
Dan setiap yang menempati, pastilah
hilang,
Lihatlah pada bayangan ketika sampai
ujungnya
Berkuranglah ketika ia memanjang
Beberpa kalangan mengisyaratkan
abadinya al-Haal.
Mereka berkata :
“Sebenarnya jika al-Haal tidak abadi dan tidak
terdelegasi, itu hanyalah kilatan belaka.
Pelakunya tidak sampai pada al-Haal yang
sebenarnya. Apabila predikat tersebut
menetap terus, Baru dinamkan al-Haal.”
Di sinilah Abu Utsman al-Hiry berkata
“Aku tidak pernah benci terhadap maqam
yang telah diberikan Allah swt. kepadaku.”
Ia
mengisyaratkan ketetapan abadinya dalam
ridha. Dan ridha merupakan bagian dari al-
Haal.
Seharusnya dikatakan : Orang yang
mengisyaratkan abadinya al-Haal, maka apa
yang dikatakannya benar.
Terkadang al-Haal
berarti bagian dari seseorang kemudian
terpelihara di dalamnya. Tetapi yang memiliki
al-Haal ini memiliki beberapa ihwal, yaitu
jalan-jalan yang tak menetap di atas ihwal-
ihwalnya yang menjadi bagiannya.
Bila jalan-
jalan yang ditempuh menetap secara
konsisten, seperti menetapnya ihwal-ihwal
tersebut, ia naik ke ihwal lain yang lebih
lembut. Dan begitu selanjutnya, naik ke tahap
seterusnya.
MASA MUDA
Bismillaah..
LirdhaIllaahita'ala wali syafa'ati rasulillaah wali
karamati aulia illaah..
Al faatihah..
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakur dan
sering melakukan agar lebih baik, apa yang
disebut “pengalaman-pengalaman mistik.” Ketika
berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu
dan kegairahan untuk bersama para saleh, telah
membawanya ke Baghdad, yang kala itu
merupakan pusat ilmu dan peradaban.
Kemudian, beliau digelari orang Ghaust Al-Azam
atau Wali Ghaust terbesar. Dalam terminologi
kaum Sufi, seorang Ghaust menduduki jenjang
rohani dan keistimewaan kedua dalam hal
memohon ampunan dan ridha Allah bagi umat
manusia setelah para Nabi. Seorang Ulama
besar di masa kini, telah menggolongkannya ke
dalam Shiddiqin, sebagaimana sebutan Al-
Qur’an bagi orang semacam itu.
Ulama ini
mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang
terjadi pada perjalanan pertama Sayid Abdul
Qadir ke Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang
keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang
sudah menjanda, membekalinya delapan puluh
keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam
mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai
bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum
ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-
masa sulit. Kala hendak berangkat, sang Ibu,
diantaranya, berpesan agar jangan berdusta
dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk
senantiasa mencamkan pesan tersebut. Begitu
kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan,
menghadanglah segerombolan perampok. Kala
menjarahi, para perampok samak sekali tak
memperhatikannya, karena ia tampak begitu
sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang
perampok menanyainya apakah ia mempunyai
uang atau tidak.
Ingat akan janjinya kepada sang
Ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab : “Ya,
aku punya delapan puluh keping emas yang
dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu, para
perampok terperanjat keheranan. Merekaheran,
ada manusia sejujur ini. Mereka membawanya
kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya,
dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan pada
baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan
puluh keping emas, sebagaimana dinyatakannya.
Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia
kisahkan segala yang terjadi antara dia dan
ibunya pada saat berangkat, dan
ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan
tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.
Mendengar hal ini, menagislah sang kepala
perampok, jatuh terduduk di kaki Abdul Qadir,
dan menyesali segala dosa yang pernah
dilakukannya. Diriwiyatkan, bahwa kepala
perampok ini adalah murid pertamanya.
Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi
Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka
keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran,
dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.
LirdhaIllaahita'ala wali syafa'ati rasulillaah wali
karamati aulia illaah..
Al faatihah..
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakur dan
sering melakukan agar lebih baik, apa yang
disebut “pengalaman-pengalaman mistik.” Ketika
berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu
dan kegairahan untuk bersama para saleh, telah
membawanya ke Baghdad, yang kala itu
merupakan pusat ilmu dan peradaban.
Kemudian, beliau digelari orang Ghaust Al-Azam
atau Wali Ghaust terbesar. Dalam terminologi
kaum Sufi, seorang Ghaust menduduki jenjang
rohani dan keistimewaan kedua dalam hal
memohon ampunan dan ridha Allah bagi umat
manusia setelah para Nabi. Seorang Ulama
besar di masa kini, telah menggolongkannya ke
dalam Shiddiqin, sebagaimana sebutan Al-
Qur’an bagi orang semacam itu.
Ulama ini
mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang
terjadi pada perjalanan pertama Sayid Abdul
Qadir ke Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang
keberangkatannya ke Baghdad, ibunya yang
sudah menjanda, membekalinya delapan puluh
keping emas yang dijahitkan pada bagian dalam
mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai
bekal. Uang ini adalah warisan dari almarhum
ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi masa-
masa sulit. Kala hendak berangkat, sang Ibu,
diantaranya, berpesan agar jangan berdusta
dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk
senantiasa mencamkan pesan tersebut. Begitu
kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan,
menghadanglah segerombolan perampok. Kala
menjarahi, para perampok samak sekali tak
memperhatikannya, karena ia tampak begitu
sederhana dan miskin. Kebetulan salah seorang
perampok menanyainya apakah ia mempunyai
uang atau tidak.
Ingat akan janjinya kepada sang
Ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab : “Ya,
aku punya delapan puluh keping emas yang
dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.” Tentu, para
perampok terperanjat keheranan. Merekaheran,
ada manusia sejujur ini. Mereka membawanya
kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya,
dan jawabannya pun sama. Begitu jahitan pada
baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan
puluh keping emas, sebagaimana dinyatakannya.
Sang kepala perampok terhenyak kagum. Ia
kisahkan segala yang terjadi antara dia dan
ibunya pada saat berangkat, dan
ditambahkannya jika ia berbohong, maka akan
tak bermakna upayanya menimba ilmu agama.
Mendengar hal ini, menagislah sang kepala
perampok, jatuh terduduk di kaki Abdul Qadir,
dan menyesali segala dosa yang pernah
dilakukannya. Diriwiyatkan, bahwa kepala
perampok ini adalah murid pertamanya.
Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi
Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka
keberanian kukuh semacam itu demi kebenaran,
dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.
Langganan:
Postingan (Atom)