Rasulullah SAW bersabda:
إنَّ فِيْ جَسَدِ ابْنِ أدَمَ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ لَهَا سَائِرُ الْبَدَنِ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ البَدَنِ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam jasad anak Adam (manusia) terdapat sepotong daging, yang jika baik, maka baiklah seluruh badan, dan jika binasa (rusak) maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah ia adalah hati”.
Imam al Ghazali Rhm. berkata: “Sesungguhnya jelaslah sudah dengan hadits ini bahwa asal (pangkal) kemuliaan manusia terletak pada hatinya. Ia seperti raja bagi jasad dan seluruh anggota zhahir (selain hati) yang menjadi tentaranya”.
Ketahuilah, wahai saudaraku yang menjalani Thariqat menuju Makrifatullah, bahwa Ahli Shufi itu mengumpamakan hati itu seperti raja, mengumpamakan badan seperti negeri kerajaan dan anggota zhahir (badan) seperti tentaranya. (Yang dimaksud anggota zhahir di sini adalah mata,hidung, telinga, lidah, tangan, perut, faraj dan kaki). Maka jika hati itu baik niscaya baik pula seluruh anggota zhahirnya dan jika baik seluruh anggota zhahirnya itu, sempurnalah badannya. Sebaliknya jika rusak hatinya, niscaya rusak pula seluruh anggota zhahir dan jika rusak seluruh anggota zhahirnya maka rusaklah seluruh badannya.
Yang dimaksud baik hatinya adalah mengerjakan taat batin dan menjauhi segala maksiat yang batin dan yang dimaksud dengan baik zhahirnya adalah mengerjakan taat yang zhahir dan menjauhi maksiat yang zhahir. Taat yang batin itu yaitu melaksanakan sifat-sifat yang terpuji dan perangai yang baik, seperti ikhlas dalam ibadah, zuhud (tidak menggemarkan diri kepada dunia), wara’ (meninggalkan segala yang haram dan syubhat), sabar, syukur, tawakkal, mahabbah, ridha dan sebagainya. Maksiat yang batin yaitu segala sifat-sifat yang jelek dan perangai yang jahat, seperti: riya’, ‘ujub, kibir (sombong), ghadhab (marah), hasad, dan sebagainya. Taat yang zhahir yaitu: shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Maksiat yang zhahir, yaitu: berzina, dusta, dan sebagainya.
Jika engkau ditanya: ‘Dengan bagaimanakah caranya agar hati menjadi baik sehingga baik pula segala anggota yang zahir?’ maka jawabnya adalah bahwa hati dapat dijadikan baik dengan mengamalkan Ilmu Thariqat (Tasawuf), membanyakkan dzikrullah, karena hati tiada menjadi baik melainkan dengan menjalani ilmu tareqat ahli sufi (belajar ilmu tareqat kepada ahlinya) mengamalkannya, mengambil talqin dzikir/ bai’at kepada guru mursyid yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah saw – Jibril-Haq Allah SWT Jalla wa ‘Azza, membanyakkan zikir yang diambil mealui talqin zikir dari gurunya itu, mengerjakan seluruh awrad/ ratib dari gurunya tanpa menyalahi aturan thariqat gurunya
إنَّ فِيْ جَسَدِ ابْنِ أدَمَ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ لَهَا سَائِرُ الْبَدَنِ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ البَدَنِ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Sesungguhnya di dalam jasad anak Adam (manusia) terdapat sepotong daging, yang jika baik, maka baiklah seluruh badan, dan jika binasa (rusak) maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah ia adalah hati”.
Imam al Ghazali Rhm. berkata: “Sesungguhnya jelaslah sudah dengan hadits ini bahwa asal (pangkal) kemuliaan manusia terletak pada hatinya. Ia seperti raja bagi jasad dan seluruh anggota zhahir (selain hati) yang menjadi tentaranya”.
Ketahuilah, wahai saudaraku yang menjalani Thariqat menuju Makrifatullah, bahwa Ahli Shufi itu mengumpamakan hati itu seperti raja, mengumpamakan badan seperti negeri kerajaan dan anggota zhahir (badan) seperti tentaranya. (Yang dimaksud anggota zhahir di sini adalah mata,hidung, telinga, lidah, tangan, perut, faraj dan kaki). Maka jika hati itu baik niscaya baik pula seluruh anggota zhahirnya dan jika baik seluruh anggota zhahirnya itu, sempurnalah badannya. Sebaliknya jika rusak hatinya, niscaya rusak pula seluruh anggota zhahir dan jika rusak seluruh anggota zhahirnya maka rusaklah seluruh badannya.
Yang dimaksud baik hatinya adalah mengerjakan taat batin dan menjauhi segala maksiat yang batin dan yang dimaksud dengan baik zhahirnya adalah mengerjakan taat yang zhahir dan menjauhi maksiat yang zhahir. Taat yang batin itu yaitu melaksanakan sifat-sifat yang terpuji dan perangai yang baik, seperti ikhlas dalam ibadah, zuhud (tidak menggemarkan diri kepada dunia), wara’ (meninggalkan segala yang haram dan syubhat), sabar, syukur, tawakkal, mahabbah, ridha dan sebagainya. Maksiat yang batin yaitu segala sifat-sifat yang jelek dan perangai yang jahat, seperti: riya’, ‘ujub, kibir (sombong), ghadhab (marah), hasad, dan sebagainya. Taat yang zhahir yaitu: shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Maksiat yang zhahir, yaitu: berzina, dusta, dan sebagainya.
Jika engkau ditanya: ‘Dengan bagaimanakah caranya agar hati menjadi baik sehingga baik pula segala anggota yang zahir?’ maka jawabnya adalah bahwa hati dapat dijadikan baik dengan mengamalkan Ilmu Thariqat (Tasawuf), membanyakkan dzikrullah, karena hati tiada menjadi baik melainkan dengan menjalani ilmu tareqat ahli sufi (belajar ilmu tareqat kepada ahlinya) mengamalkannya, mengambil talqin dzikir/ bai’at kepada guru mursyid yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah saw – Jibril-Haq Allah SWT Jalla wa ‘Azza, membanyakkan zikir yang diambil mealui talqin zikir dari gurunya itu, mengerjakan seluruh awrad/ ratib dari gurunya tanpa menyalahi aturan thariqat gurunya