Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Kamis, 29 September 2016
" SHALAT MACAM APA...? "
Shalat macam apakah
yang bisa membuat kita memperoleh
ampunan dan ridha Allah ..?
Shalat yang tepat di awal waktu kah?
Yang thuma'ninah dan bagus gerakannya?
Yang tartil dan indah bacaannya?
Yang lurus dan rapi barisan shafnya?
Semua itu menjadi tidak berguna
ketika shalat tak mampu mengubah
dan memperbaiki akhlaq pelakunya
Menjadi shalat yang tidak
"tanha 'anil fakhsyai wal munkar"
Shalat yang tidak
"mencegah dari perbuatan keji dan munkar"
Ia adalah "shalat yang tidak shalat"
Shalat yang tidak "meruku'kan" keangkuhannya
Shalat yang tidak "mensujudkan" kesombongannya
Shalat yang tidak "mentakbirkan" Allah
Sang Kebenaran Sejati, Penguasa Jagat Semesta
Ia adalah shalat yang "fawailul lil mushallin"
Shalat yang tidak menghindarkan
pelakunya dari siksa api neraka
Shalat yang tidak menurunkan
ridha Allah kepadanya ...
Karena sesungguhnya
shalat yang "benar-benar shalat"
adalah yang merefleksikan kedekatan
seorang hamba kepada Tuhannya ...
Saat ia berbisik-bisik mesra dan penuh asa
dalam takbir, ruku' dan sujud yang menggetarkan
Yang mencahayai relung-relung jiwanya
Yang menghadirkan Allah Azza wajalla
di dalam seluruh penjuru kesadarannya...
~ salam ~
(Itulah tulisan Guru kami... Ust. AM)
__________*
Melalui inbox, sahabatku Hantuman Regret mendiskusikan 'tekhnik' Sholat yang Khusyu' yang seperti bagaimana ?
Maka sy menjelaskannya bahwa sholat yang khusyu' itu adalah sholat yang MEYAKINI PERTEMUAN DENGAN ALLAH "Langsung" dalam sholat itu, yakni menjalani RUKUN IHSAN.
Rukun ihsan adalah rukun makrifatnya syariat, yakni :
~ Menyembah Allah seolah-olah Melihat_Nya.
~ Jika belum, maka mesti MEYAKINI bahwasanya Dia_lah yang senantiasa mengawasi skaligus mendampingi segala gerak kita.
MELIHAT ALLAH, adalah menyaksikan_Nya.
Bisakah kita melihat_Nya ?
Ya, 'bisa' dan sekaligus 'tak bisa'.
*) Aspek 'kemungkinan' tersaksikannya Dia yang Maha Zahir adalah Keterbukaan Diri_Nya, yang menyata-zahirkan Diri_Nya untuk dikenali oleh siapapun yang dipilih_Nya menurut "KADAR PENGENALAN" yang Di Idzinkan_Nya.
Dia menghendaki hal itu ( "...AKU ingin dikenal..." ), maka dengan Cara_Nya yang sederhana, lembut, santun dan misterius, Dia akan terus mengundang pilihan_Nya agar menghampiri_Nya.
Kenyataan 'Wujud_Nya' itu adalah wujud yang BISA DIKENALI hamba, karena adanya ilmu dan 'kemiripan' (tasybih). Wajah bertemu wajah, berhadapan.
" hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah yang telah menciptakanmu 'Menurut FITRAH ALLAH', yang tiada perubahan (tubaddil) atas fitrah Allah itu..."
Nah, fitrah penciptaan manusia menurut fitrah Ketuhanan, merupakan konsepsi Rububiyah. Sebuah konsepsi yang menjelaskan tentang maksud Tuhan menciptakan makhluk terheboh_Nya di semesta berdasarkan tajalliyat di 7 martabat diri. Dari Nuraniyah hingga menyata di Insaniyah.
(Kembali ke persoalan awal, apakah Dia bisa disaksikan ?)
Ya, tentu. Jika DIA menghendaki Diri_Nya untuk terlihat oleh hamba.
".... Nurun 'ala Nurin, yahdillahi linuurihi mayyasyaa'...
- Cahaya yang berlapis-lapis, dan Dia membimbing kepada Cahaya_Nya siapa yang di Kehendaki_Nya...".
Dalam hal ini, PERANGKAT apa yang kita gunakan untuk melihat_Nya haruslah sesuai.
Dia tak bisa dicapai dengan fikir ( la tafakkaru fi dzaatillah)...
Dia tak bisa dicapai dengan penglihatan mata kepala ( laa tudrikuhul abshaar )...
Namun syahadat 'menuntut' tersaksikannya Dia dengan indera 'Penglihatan, Pendengaran dan Rasa'.
Dan indera itu memiliki fungsi semuanya. Itulah perangkat yang disebut HATI (FUAD - Tahta / singgasana hati). Sebuah lapisan lebih dalam dari hati (qalb).
Pertanyaannya, apakah HATI tersebut bersifat QADIM atau BAHARU ?
Hal tersebut mesti ter-itsbat-kan, dikarenakan penglihatan tersebut mengarah pada yang DZAT YANG QADIM.
Jika hati bersifat baharu, maka dipastikan hati akan BINASA di hadapan Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.
__________**
Hati yang musyahadah (menyaksikan Tuhan) adalah NILAI seorang manusia. Jika baik hatinya, maka baik seluruh dirinya zahir wal bathin.
Dalam hubungannya dengan sholat, maka mendirikan sholat untuk mengingat Allah adalah sholat yang terus menghadirkan hati dari rukun niat hingga salam.
Paling tidak, PENYAKSIAN itu mesti terjadi saat TAKBIRATUL IHRAM, dengan demikian SAH lah sholat. Tersaksikannya NUR PENGENALAN_NYA. Nur Insaniyah hingga Nur Nuraniah.
Selanjutnya adalah upaya2 penetrasi, peningkatan kualitas penyaksian atas Nur_Nya yang berlapis-lapis itu....
Mengapa mesti "NUR - Cahaya_Nya" ?
Karena cahaya menampakkan segala sesuatu.
Wujud sesuatu benda ditampakkan oleh Nur kemudian cahaya itu mengenai mata, maka mata bisa melihatnya.
Demikian dengan hati, yang dicahayai maka akan nampak alam syahadah hingga malakut.
Hati yang Qadim, adalah perangkat Ruhani yang memiliki indera yang dipinjamkan_Nya. Makanya penglihatan dengan kualitas itulah yang bisa 'menangkap' Citra Diri_Nya..
Sehingga penyaksian itu berada di 'alam berdimensi tinggi, melakukannya dengan mi'raj menemui Tuhan yang Maha Tinggi.
( DIA yang MAHA TINGGI... adakah peluang mencapai_Nya ? )
Tabiratul ihram adalah GERBANG sholat....
Masukilah dan mari menjelajah samudera al Kautsar...
AKU MAHA MELIPUTI
"Sadaraku, Muslimin dan muslimat ,Jika kau telah mengenal diriMu yang Sejati maka kau bukan lagi seonggok daging atau sekujur tubuh,
Apabila saat perkenalan itu telah tiba atau hari terahirmu, maka zikirMu tak lagi dengan suara atau dengan gerak, tetapi zikirMu adalah melihat siapa yang kau ingat, Kau akan melihat wajah Allah dimanapun kau berada, dan kau tak lagi akan melihat mati itu satu kematian, karena sesungguhnya ketika itu kau menyusuri ruang waktu,
ketika itu kau adalah cahaya Allah di bumi ini
Dan kau akan tetap menjadi cahaya milik Allah saat di akhirat nanti, dan sesungguhnya karena kau adalah milik Allah, terserah kepada Allah mau dibuat apa engkau itu karena kembali kepada AsalMu, Setelah itu baru apa yang kelihatan itu akan berwajah kau, dan disitu jugalah keadaan yang mana yang memandang dan yang dipandang itu adalah kau yang esa, Kau melihat wajahMu sendiri ketika pandang memandang itu.
Jikalau kau sudah paham dan yakin segala sesuatu selain kau telah fana, itulah tandanya hatiMu itu telah mencapai ketahap puncak Ma'rifat, tahap mengenal dia dengan sebenar-benarnya pengenalan, Jika kau masih juga tidak faham dan yakin, maka akan diterangkan seperti ini untukMu yaitu berawal dari mengenal mani adalah penjelmaan dari bapak dan ibu atau yang disebut sulbi dan taraib ,Jadi mani itu adalah mulanya seberkas cahaya yang dikeluarkan oleh Allah dari mutu manikam
sehingga para Ulama berpendapat yaitu:
Mani adalah salah satunya dzat penjelmaan dari dua macam dzat (sulbi dan taraib)....
Dengan adanya KUDRATILLAHI yaitu berasal dari sulbi bapak, dan yang menjadi IRADATILLAHI yaitu berasal dari ibu ,Oleh sebab itu bagaimanapun birahinya kaum ibu, hal ini tidak terlalu nampak karena birahinya kaum ibu ini tidak dapat melampaui batasnya kudrat kaum bapak, Karna kaum ibu ini hanyalah iradat, maka ulama mengistilahkan "
SYURGA ITU DI ATAS TELAPAK KAKI IBU"
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan dibawah bagian-bagian dari maksud yang di atas:
BAGIAN BAPAK: wadi, madi, mutu, mani, atau disebut sulbi.
BAGIAN IBU: tanah, air, angin, api, atau disebut taraib.
BAGIAN ALLAH: ruh idhafi, ruh ruhani, ruh rahmani, ruh jasmani
BAGIAN DARI GUDANG RAHASIA DISEBUT MUTU MANIKAM YAITU:
.Tanah itu ialah badan muhammad
.Air itu ialah nur .muhammad
.Angin itu ialah nafas muhammad
.Api itu ialah penglihatan muhammad
Awal itu ialah nurani„
Akhir itu ialah ruhani„
Zahir itu ialah insani„
Bathin itu ialah rabbani„ Nurani itu ialah nyawa„
Ruhani itu ialah hati„
Insani itu ialah tubuh„
Rabbani itu ialah rahasia
Nyawa itu ialah idhafi„
Hati itu ialah ruhani„
Tubuh itu ialah jasmani„
Rahasia itu ialah aku yang sejati„
Tubuh itu menyatu kepada hati Hati itu menyatu kepada nyawa„
Nyawa itu menyatu kepada rahasia„
Rahasia itu menyatu kepada nur„
Nur itulah bayang-bayang Allah yang sebenar-benarnya
Wadi... kalimahnya: LAA ILAHA
Madi... kalimahnya: ILALLAH
Mutu... kalimahnya: ALLAH
Mani... Kalimahnya: HU
Ruh jasmani kalimahnya:
YAHU
Ruh rahmani kalimahnya: IYAHU
Ruh ruhani kalimahnya: YAMANIHU
Ruh idhafi kalimahnya: YAMAN LAYISALAHU
Mutu manikam kalimahnya: MA'DAHU
TUJUH PETALA BUMI DIJADIKAN TUJUH TINGKATAN MARTABAT YAITU:
Pertama„ Sifat amarah
kedua„ Sifat lawwamah
Ketiga„ Sifat mulhimah
Keempat„ Sifat mutmainah
kelima„ Sifat radhiyatan
Keenam„ Sifat mardhiyah
Ketujuh„ Sifat ubudiyah
TUJUH PETALA LANGIT YANG DIMAKSUD DENGAN TUJUH MARTABAT YAITU:
Satu„ Lathifatul qolbi
Dua„ Lathifatul ruuhi
Tiga„ Lathifatul sirri
Empat„ Lathifatul ahfa
Lima„ Lathifatul hafi
Enam„ Lathifatul nafsu natika
Tujuh„ Lathifatul kullu jasad
JIKALAU TINGKATAN SEMACAM INI YANG KITA AMBIL HAKIKATNYA PADA ALAM KECIL YANG TERSEMBUNYI (terahasia) DALAM DIRI, MAKA ULAMA MENAMAKAN SEBAGAI BERIKUT:
Satu„ Hayatun jasadi bin-nafasi
Dua„ Hayatun nafasi bir-ruhi
Tiga„ Hayatun ruhi bis-sirri
Empat„ Hayatun sirri bil-imani
Lima„ Hayatun imani bin-nuri
Enam„ Hayatun nuri bil-qudrati
Tujuh„ Hayatun qudrati bi mu'alamullahi ta'ala dzatullah
ARTINYA ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
Satu„ Asalnya jasad dari nafas
Dua„ Asalnya nafas dari ruh
Tiga„ Asalnya ruh dari dalam rahasia
Empat„ Asalnya rahasia dari dalam iman
Lima„ Asalnya iman dari nur atau cahaya
Enam„ Asalnya nur atau cahaya dari qudrat
Tujuh„ Asalnya qudrat dari ke baqaan Allah
KALIMAHNYA SEPERTI INI:
Satu„ Hayatun jasadi hurufnya Alif kalimahnya LA
Dua„ Hayatun nafasi hurufnya Lam Awal kalimahnya ILAHA
Tiga„ Hayatun ruhi hurufnya Lam Akhir kalimahnya ILLA
Empat„ Hayatun sirri hurufnya Ha kalimahnya ALLAH
Lima„ Hayatun imani hurufnya Alif (Allah) kalimahnya YAHU
Enam„ Hayatun nuri hurufnya Lam (jibril) kalimahnya IYAHU
Tujuh„ Hayatun qudrati hurufnya Mim (muhammad) kalimahnya IYAHU YAMANIHU
Dengan demikian apabila kesemuanya ini kau leburkan kedalam ke-baqaan DZAT ALLAH, maka ulama menamakanNya sebagai berikut:
Satu„ Watujibul wajasadi fi fasaral qolbi
Dua„ Watujibul qolbi fi fasaral ruhi
Tiga„ Watujibul ruhi fi fasaral sirri
Empat„ Watujibul sirri fi fasaral imani
Lima„ Watujibul imani fi fasaral nuri
Enam„ Watujibul nuri fi fasaral qudrati
Tujuh„ Watujibul qudrati fi fasaral dzati fil dzati
"Maka uraian atau Tulisan yang di atas sampurnalah amalan orang ARIF BILLAH„
Sama2 Belajar bukan untuk mengGurui...
Santun Malam ( Budak Edan )
Kamis, 22 September 2016
La Maujuda Ilallah
Barangsiapa mengenal Al-Haq niscaya dia melihatNya dalam tiap-tiap sesuatu...
Barangsiapa yang Fana terhadapNya maka lenyaplah dari tiap sesuatu selain Allah...
Barangsiapa yang mencintai Allah niscaya tidak ada sesuatu apa pun yang mempengaruhinya...
Ma'rifatul haq ialah melihat ketuhanan Allah dengan hati, dengan Rasa dan penghayatan lahir dan batin. Maka lenyapnya selain Allah dengan sebab penglihatan qalbu ini dan perasaan yang penuh dengan penghayatan, yang demikian mendalam terhadap keesaan Allah SWT.
Siapa yang benar-benar mengenal Allah dengan imannya, penglihatan hatinya dan perasaannya lahir batin, Insya Allah dia akan melihat Allah pada setiap sesuatu yang dia lihat, baik itu melihat Allah dalam arti Dzatnya yang tidak serupa dengan sesuatu atau dia melihat Allah dalam arti melihat kekuasaanNya, melihat cipataanNya, melihat keagunganNya sifat-sifatNya yang Maha Hebat dan Maha Sempurna (bukan dengan mata kasar).
Dan status yang lain ialah Al Fana yang berarti nampaknya kebesaran Allah sehingga menjelmalah hal keadaan ini atas segala-galanya, maka lupalah seseorang itu pada segala-galanya dan hilanglah semua itu darinya selain hanya kepada Allah. Dialah yang nampak, yang terlihat dimana-mana, sebab dia adalah Maha Esa pada Dzat-Nya dan Maha Esa pula pada sifat-sifatnya, Al Fana ialah semata-mata tanpa mahluk besertaNya.
Berbeda dengan Al Baqa yakni kelihatan mahluk sebab melihat Allah. Status ini lebih tinggi dari Al Fana, pada saat Al Fana lah keluarnya kata-kata syatahat : Ana al Haq....La maujud illalah.
Jadi barangsiapa fana kepada Allah maka Allah menarik (majzub) orang tsb. kepadaNya. Hilanglah perasaannya karena rindu dan asyik masyuk dengan Allah sehingga dia tidak melihat lagi alam mahluk ini.
Keadaan fana bergantung kepada maqam yang diperkenalkan Allah.
Fana fi Af'al, bila Allah membukakan kepada Tauhidul Af'al, maknanya pada peringkat ini ia tidak melihat lagi perbuatan selain perbuatan Allah. La Af'al Illalah.
Fana fi Asma, bila Allah membukakan/mentajalikan Asmanya, Saat itu semua nama sudah kembali kepada yang haq tidak ada yang lain lagi melainkan Dia. Inilah yang menjadi Ana Al Haq seperti apa yang terjadi pada Al Hallaj.
Fana fi Sifat, bila Allah mentajalikan sifatNya yang Maha Sempurna.
Bila keadaan berlaku, segala sifat-sifat sudah dikembalikan pada yang empunya.
terasalah pendengaran itu pendengaran Allah, dan segala-galanya milik Allah.
Fana fi Dzat yatiu fana pada menyatakan Keesaan Allah pada DzatNya. Maqom ini adalah yang tertinggi pada peringkat jenis Fana. Pada tingkatan ini akan dapat dirasakan suatu kenikmatan yang tidak dapat digambarkan oleh kata-kata dan suara oleh huruf dan angka karena asyik dengan "Yang tidak menyerupai sesuatupun".
Maka pada tahap inilah Abu Yazid Al Bustami berkata "Subha inni", Mahasuci Aku.
Inilah sebenarnya pengakuan paling tawadhu bagi yang mengerti dan bagi yang tidak mengerti maka akan dianggap sebagai pengakuan arogan.
Semua ini berkaitan dengan Dzauq yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang mengalaminya sendiri, maka dengan ini jualah yang dikatakan Wahdatul Wujud. Wahdatul Wujud didalam Wahdatul Syuhud. Malah ada juga yang membeda-bedakannya. Semuanya bergantung kepada faham dan rasa masing-masing.
Wahdatul Wujud adalah berbeda dengan politeisme. Bahkan apa yang hendak di uraikan oleh Ibnu Arabi pun sangatlah halus dan masih jauh dari hakikat sebenarnya, namun beliau mencoba memanifestasikan dengan kata-kata qiyas dan ibarat demi untuk menjelaskan yang tersirat.
Selain dari ke empat jenis FANA diatas masih ada lagi yaitu BAQA. Maqam Baqa ini adalah maqam yang sempurna. Ibarat bisa melihat dua alam yaitu Lahir dan Bathin.
Melihat yang lahir tapi tidak terhijab dari melihat yang hakikat.
Seperti halnya Fana, Baqa pun mempunyai empat tahap yaitu Af'al, Asma, Sifat dan Dzat. Bila sudah sempurna semua maka saat itulah akan terasa La Maujud Illalah. Dan syahadat pada peringkat inilah syahadat paing tinggi dan utama, karena sudah dinafi dengan La. Termasuk diri sendiri sudah tak ada maka jadilah "Dia menyaksi diri sendiri". Di peringkat inilah yang dikatakan "Aku Menyembah Aku".
Tapi perlu diingat ini semua adalah Dzauqiah atau Rasa yang dicampakan kedalam qalbu oleh Allah SWT bukan pengakuan yang sengaja dibuat di dalam kesadaran biasa, maka bila terdengar oleh yang kurang faham jadilah fitnah. Hamba tetap hamba, khalik tetap khalik. Tapi bila sudah mabuk tak dapatlah membedakan mana gelas mana arak..itulah gila birahi mabuk hakiki.
Barang siapa mengenal akan Tuhannya maka binasalah dirinya. Inilah yang dimaksudkan Hanya Allah yang wajibal wujud...yang lain binasa...
Latihan kearah memfanakan diri inilah yang mesti diamalkan sehingga sampai ke tujuan Hanya Allah, Karena Allah, Demi Allah....
La Maujudan memberi maksud ujud pada tahap hakikat, inilah tahap yang hendak dicapai atau dihayati sewaktu menyebutnya. Secara umum menafikan keujudan semua ini (termasuk kita). Jadi yang ada hanyalah Allah semata-mata yaitu Af'al, Asma, Sifat dan Dzat. Maka inilah yang kita kenal sebagai Tauhid.
Diperingkat inilah ahli hakikat dan ma'rifat mengalami atau merasakan apa yang dikatakan binasa atau fana itu dan karam didalam kebesaran Allah SWT.
Langganan:
Postingan (Atom)