Kita selalu merujuk diri kita AKU. Kita berkata, “Ini Aku”, “Ini Aku punya”, “Ini tubuh Aku”, “Nama Aku si-anu”, dan “Nama ayah Aku si-anu”, dan sebagai nya.
Pernahkah kita berpikir siapakah AKU kita itu? Apakah AKU kita itu? Siapa sebenarnya AKU itu?
Maka di sini penulis untuk menguraikan berkenaan AKU ini menurut pendapat dan pandangan Filsafat kesufian
Risalah ini berisi penjelasan tentang AKU. Dari penjelasan atau penjelasan ini pembaca akan dapat sedikit banyak informasi tentang apa dan siapa sebenarnya AKU kita itu.
Selamat membaca dan memahaminya.
Penjelasan ke 1 (SIAPAKAH AKU)
Pernahkah Anda berpikir siapakah AKU itu?
Pernahkah Anda terbayang apakah AKU kita itu?
Sebenarnya AKU kita ini adalah ROH kita, bukan badan kasar ini. Badan kasar ini akan mati jika tidak ROH. Jika tidak ROH, badan kita akan hancur binasa.
ROH kita inilah diri kita yang sebenarnya,. ROH ini hidup dan tidak akan mati. ROH inilah juga zat diri kita.
ROH ini juga limpahan Yang Maha Hidup yaitu Allah SWT. Allah itu hidup. Dia memiliki sifat hidup. Maka hidup (ROH) kita adalah limpahan dari hidup Allah itu.
ROH ini juga digelar “bayangan” Yang Maha Hidup itu. ROH itu bayang kepada Yang Empunya Bayang. Yang Empunya Bayang itu adalah Allah, dan ROH kita itu adalah “bayangan” Allah itu. Demikian pendapat-pendapat anggota-anggota Sufi.
Allah itu tidak kelihatan, Maha Gaib dan tidak ada satu pun yang seperti denganNya. Bagaimana kita dapat tahu adanya sesuatu yang tidak terlihat dan tidak terperikan. Ibarat angin, kita tidak nampak angin, tetapi bagaimana kita tahu angin sedang bertiup dan angin itu ada? Jawabnya, kita tahu adanya angin itu karena ada dampaknya. Kapan daun pohon bergoyang, kita tahu angin sedang bertiup. Kalau kita rasa hembusan, maka itu adalah hembusan angin, dll. Goyangan daun dan rasa hembusan itu adalah tanda-tanda adanya angin. Kita tidak nampak angina tetapi kita tahu adanya angina melalui tanda-tandanya.
Demikian juga keadaannya dengan Allah SWT. Kita tidak nampak Dia, tetapi kita rasa dan percaya adanya melalui tanda-tandanya. Tanda-tanda Allah itu adalah alam semesta raya ini. Tanda-tanda ini dalam bahasa Arab adalah “ayat”.
Oleh itu, alam semesta raya dan diri kita ini adalah ayat-ayat Allah belaka.
ROH sangat tinggi martabatnya, melebihi tingkat malaikat. Tempatnya di sisi Allah yang Maha Tinggi. ROH inilah yang mengenang Allah (dzikrullah) seolah-olah kerjanya mengenang Allah saja. Seolah-olah makan minumnya “zikrullah” saja.
ROH yang suci ini senantiasa mentauhidkan Allah Yang Maha Suci. Najis padanya adalah menyekutukan Allah. ROH ini sangat cinta kepada Allah SWT. Ia memuja dan memuji Allah selalu. Allah itu kekasihnya. Cukuplah Allah itu baginya.
Demikian hubungan Allah dengan ROH, menurut pandangan ahli-ahli Sufi.
Penjelasan ke-2 (AKU IALAH ROH)
Tahukah Anda bahwa AKU Anda itu adalah ROH yang datang dari Allah, hidup dengan Allah, dan kembali kepada Allah. Allah itulah pangkalan tempat bertolak, lautan yang dilayari dan pelabuhan tempat berhenti.
Jika dikaji dalam-dalam Anda akan sadar dalam pandangan spiritual bahwa Allah itu adalah tempat awal perjalanan kita. Dialah tempat perjalanan itu sendiri, dan Allah itu jugalah tujuan akhir perjalanan hidup ini.
Tempat bertolak, perjalanan dan tujuan yang dimaksudkan disini bukanlah dari segi pandangan fisik yang tunduk kepada ruang dan waktu. Tempat perjalanan dan tujuan yang dimaksudkan di sini iailah dari segi pandangan spiritual, perasaan dan khayali (thought) kita.
AKU atau ROH kita adalah tanda-tanda atau ayat-ayat Allah. ROH itu juga bayangannya dan penzahiranNya. Dari segi pandangan spiritual, Allah itulah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Batin dan Yang Zahir.
Penjelasan ke-3 (PANDANGAN AKU)
AKU yang paling dalam itu bersifat spiritual. Jika AKU itu dibersihkan pandangannya melalui dzikrullah dan pelatihan spiritual orang-orang Sufi, maka AKU itu akan mencapai satu tahap pandangan dimana ia rasa ada yang adalah Esa juga. Menurut pandangan ini, ada itu ada bertingkat-tingkat, bertahap-tahap, dan berbagai aspek, namun ia tetap satu. Segala yang ada terlihat, baik yang lahir maupun yang batin, semuanya satu wujud saja, pada hakikatnya. Inilah pandangan AKU yang paling dalam.
Penjelasan ke-4 (AKU ADALAH Ayatollah)
Sekali lagi diulangi bahwa AKU Anda itu adalah ROH Anda dan itulah juga diri Anda sebenarnya.
AKU itu juga adalah ayatollah (tanda-tanda Allah) karena seluruh alam raya, yang gaib dan yang nyata, adalah tanda-tanda adanya Allah SWT.
AKU itu juga digelar ROHULLAH (ROH ALLAH) karena ROH itu adalah hembusan dari ROH ALLAH atau limpahan dari ROH ALLAH.
AKU itu juga digelar Nurullah (cahaya ALLAH) karena setiap roh itu adalah cahaya. Digelar cahaya karena setiap yang menampakkan sesuatu digelar cahaya. Nabi-Nabi itu cahaya Allah karena melalui Nabi-Nabi itu kita dapat mengenal Allah melalui ajaran dan didikan mereka. ROH itu cahaya karena melalui ROH itu kita kenal dan ‘nampak’ Allah.
AKU itu juga digelar Ma’lum dalam ilmuNya. Ma’lum artinya ‘yang diketahui’. Allah itu ‘alim (yang mengetahui). Setiap yang mengetahui tentu berpengetahuan (berilmu). Allah itu berilmu, sebab itulah ia ‘alim. Setiap yang ‘alim tentu ada ilmu dan ada hal yang diketahuinya. Hal yang diketahui itu digelar Ma’lum (yang diketahui). Allah itu ada ilmu dan dalam ilmuNya ada Ma’lum. ROH kita ini termasuk dalam ilmu Allah. Maka ROH kita itu Ma’lum Allah. Maka itulah dikatakan ROH itu Ma’lum dalam ilmu Allah.
Penjelasan ke-5 (MENGENAL ALLAH)
AKU atau ROH itulah yang dapat mengenal Allah SWT bukan badan kasar ini yang mengenalNya. Melalui ROH itu kita mengenal Allah. Wadah tempat Allah mentajallikan (menzahirkan) dirinya kepada kita adalah ROH kita. ROH itu digelar juga hati. Bukan hati fisik itu tetapi hati yang bersifat spiritual. ROH itu memiliki kesadaran (consciousness). Kesadaran tentang wuudnya Allah dan sifat-sifatNya yang terzahir dalam alam semesta raya ini. Yang melihat penzahiran atau tajalli itu adalah ROH kita.
Penjelasan ke-6 (AKU AMAT HAMPIR DENGAN ALLAH)
AKU ini memang hampir dengan Allah. AKU dan Allah tidak bercerai-berai dari dulu, sekarang dan selamanya. Ibarat ombak tidak bercerai dengan laut. Dari sudut manapun Wujud Semesta Raya itu tetap mengelilingi AKU. Ia meliputi AKU dari kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang, luar, dalam bahkan dari mana saja. “Hampir” dan “Keliling” itu bukanlah dari segi ruang dan waktu yang bisa diukur dengan panjang, lebar, dalam, atau dari segi waktu dan waktu. Hampir dan mengelilingi itu adalah dari segi pandangan spiritual atau kerohanian. Hanya orang yang berada dalam pengalaman spiritual saja yang paham akan maksudnya.
Ada semesta itu “meliputi”, “meliputi”, “berpadu”, dan “bersatu” dengan AKU. AKU terserap dalam Wujud Semesta ini.
Penjelasan ke-7 (AKU ZAHIR. AKU BATIN)
Dari segi aku atau ROH atau diri, ada AKU “bersatu” dan “berpadu” dengan Wujud Yang Esa dan Semesta itu. Terlihat pada AKU bahwa Allah itu batin dan AKU itu zahirnya. Allah itu hakikat dan AKU itu bayangannya. Dia asal dan AKU terbitannya. Dia listrik dan AKU lampu. Dia dalang dan AKU boneka. Gerak AKU digerakkan olehNya.
Ini adalah pandangan spiritual yang paling dalam.
Penjelasan ke-8 (WUJUD AKU)
Memang AKU itu ada (eksis). Wujudnya dengan limpahan Wujud Yang Maha Agung (yaitu Allah). Hidup AKU limpahan hidupnya. AKU berdaya limpahan dayanya. Berkuasanya dan berupayanya AKU adalah limpahan kekuasaan dan upayanya. Aku berkehendak dan Diapun berkehendak. Kehendak AKU dikenakan kehendakNya.
“Limpahan” disini berarti karunia atau terbitan atau penzahiran atau keluaran atau efek.
Yang Maha Wujud itu Allah. AKU dan alam semesta raya adalah limpahan nama-nama dan sifat-sifat Yang Maha Wujud itu. Setiap nama dan sifat Allah terzahir pada AKU dan alam semesta raya ini.
Itulah pandangan AKU yang bersifat spiritual.
Penjelasan ke-9 (SIFAT-SIFAT AKU)
AKU ini ada sifatnya yaitu hidup atau hidup, ilmu atau pengetahuan, pendengaran, penglihatan, kodrat atau kekuasaan, iradat atau berkehendak, dan berkata-kata. Semua sifat-sifat ini adalah limpahan dari sifat-sifat Allah belaka.
AKU yang hakiki itu tidak bercerai dan tidak terpisah dengan sifat-sifat Allah dan Allah itu sendiri. Ada AKU itu sebenarnya diserapi oleh Wujud Semesta Raya itu. Iilah pandangan AKU yang bersifat spiritual.
Penjelasan ke-10 (AKU BERSIFAT spiritual)
AKU yang bersifat spiritual semata-mata itu terasa cukup baginya Allah saja. Allah itulah segala-galanya untuk AKU. Kepada Allah itulah AKU itu mengadu dan berharap. Pandangannya tertuju pada Allah. Tenggelamlah AKU itu dalam lautan Ketuhanan Allah Yang Maha Luas dan Dalam.
Dalam kondisi perasaan menyerap dalam Lautan Ketuhanan Yang Maha Luas dan Dalam itu, AKU tidak merasa takut, tidak merasa dengki, tidak merasa kecil hati sesama makhluk.
Pada pandangan AKU itu, makhluk itu hakikatnya tidak apa-apa. Ada makhluk bukan hakiki, hanya bayangan saja yaitu bayangan adanya Allah. Hanya Allah jua yang ada. Demikian pandangan AKU.
Penjelasan yang ke-11 (AKU BUKAN ALLAH)
Meskipun AKU itu berpandangan seperti yang tersebut dalam Penjelasan-penjelasan yang sebelumnya itu, namun AKU tidak akan menjadi DIA (yaitu Allah). AKU tetap AKU, DIA tetap DIA. Tetapi AKU dan DIa “bersatu” dan “berpadu” seolah-olah menjadi SATU. Ibarat bersatunya ombak dengan lautan, bersaatunya air dengan es.
Pandangan ini bukan pandangan fisik, akal dan berangan-angan, tetapi adalah pandangan ROH yaitu ROH yang dibersihkan dengan Zikrullah dan pelatihan jiwa dalam jangka waktu yang lama, dengan bimbingan guru sufi yang ahli dalam bidang Kerohanian dan Ketuhanan.
Penjelasan ke-12 (PENCAPIAN AKU)
Setelah mencapai tingkat pandangan ROH yang tinggi itu, maka kemana saja ROH itu menghadap di sana terzahir wajah Allah seolah-olah Ia berada dimana-mana jua.
Berkatalah mereka yang mengalami pandangan demikian:
Maha hampir tidak terhitung
Bersatu bersama sehati sejiwa
Maha jauh namun hampir saja
Gerakku gerak Dia
Diamku diam Dia
Tindak-tandukku tindak-tanduk Dia
Berkata mereka lagi:
Hidupku pancaran hidupnya
Diriku bayangan diri
Sifatku gambaran sifatNya
Semua kata-kata mereka itu hanya ibarat, perumpamaan untuk menjelaskan perasaan dan pandangan ROH mereka. Antara lain kata mereka:
Kalau Dia matahari akulah cahaya
Kalau Dia lautan akulah ombaknya
Kalau Dia asin akulah garamnya
Kalau dia manis akulah gulanya
Aku seorang berdua denganNya
Tapi aku berpadu dengan Dia
Maha dekat disamping maha jauhnya
Oh! Alangkah hebat adanya
Wujudku tenggelam dalam wujudnya
Fana dan Baqa dalam adanya.
Demikian pandangan orang-orang kesufian yang telah mencapai tingkat serasa seolah beserta dengan Wujud Yang Maha Esa itu. Mereka mencapai tingkat demikian karena mereka berfokus seluruh pandangannya terhadap Yang Maha Wujud itu dan penuh cinta dengan Dia.
Orang yang tidak pernah menjalani latihan spiritual dan tidak tahu hal-hal spiritual yang mendalam dan tidak pernah menempuh jalan spiritual, mereka jangan mencoba-coba menafsirkan sendiri pendapat mereka itu takut nanti tersesat pula.
Penjelasan ke-13 (PERJALANAN AKU)
AKU datang dari Allah. AKU adalah ma’lum (yang diketahui) dalam ilmu (pengetahuan) Allah. Kemudian AKU berada di alam ROH. Kapan waktunya akan lahir ke dunia ia dihembuskan ke bakal bayi dalam rahim ibu. Cukup waktunya dalam rahim ibu itu, ia pun lahir ke dunia bersama adan fisik yang berbentuk bayi.
AKU akan berada di dalam alam dunia sampai ajalnya sampai. Kemudian ia masuk pula ke alam Barzakh. Setelah berada sekian lama, maka ia akan dipertimbangkan di Hari Pengadilan. AKU akan masuk surga atau neraka. Mudah-mudahan janganlah masuk neraka hendaknya. Maka AKU kembali ke hadirat Allah SWT. Dari Allah AKU datang kepada Allah AKU kembali. Di sana kekal hidup bersama dengan Yang Maha Hidup (yaitu Allah) selama-lamanya. Itulah perjalanan AKU. Mengembara dari satu alam ke satu alam.
Penjelasan ke-14 (AKU HANYA)
AKU itu sebenarnya bebas merdeka. Ia hanya mengandalkan Yang Maha AKU (yaitu Allah). Ia tidak memiliki apa-apa. Ia hanya menerima limpahan wujud dari Yang Maha Wujud.
AKU tidak patut dipuji karena ia “kosong”. Yang Maha Wujud Hakiki hanya Allah. AKU tidak memuji Ghairullah (selain Allah) karena Ghairullah itu pun kosong juga. Yang patut dipuja dan dipuji hanya yang Wujud Hakiki itu saja.
AKU hanya satu sinar dari Matahari Ketuhanan. AKU hanya satu ombak dari lautan Ar-Rahman (yaitu Allah). AKU hanya satu ayat dalam karangan Al-Haq (yang benar) yaitu Allah. AKU hanya sebutir pasir dalam padang pasir Wujud Yang Maha Meliputi dan Maha Luas. AKU hanya satu bayangan dari bayangan Dia Yang Maha Ada. Itulah AKU yang tidak terpisah dengan Tuhanku.
Penjelasan ke-15 (AKU TETAP KEMBALI)
AKU miskin papa, lemah, tidak berdaya dan tidak punya apa-apa. Yang Kaya Raya, Yang Gagah Perkasa, Yang Kuat dan Berdaya dan memiliki segalanya iailah Yang Maha Kaya dan Maha Kuat itu juga. Itulah Allah SWT.
Hidup AKU kembali ke hidupnya. Gerak AKU kembali ke geraknya. Diam AKU kembali ke diamnya. Sifat AKU kembali ke sifat. Nama AKU kembali ke namaNya. Praktek AKU kembali ke amalannya. Ada AKU kembali ke wujudnya.
Memang benar, AKU itu akan kembali kepada, laksana cahaya kembali ke matahari, seperti ombak kembali ke laut. Tempat kembali itulah tempat AKU sebenarnya.
Penjelasan ke-16 (AKU TIDAK BERLAKU
Sebagaimana tersebut dahulu, AKU itu adalah ROH. Itulah diri. ROH ini tidak tunduk pada ruang dan waktu. Ia bukan tua dan bukan muda. Tua dan muda itu hanya untuk jasmani dan kondisi dunia ini saja. Semua ROH adalah sebaya saja. Nabi Adam AS sebaya dengan Nabi Muhammad SAW. Kita sebaya dengan moyang kita. Begitulah sebagainya. Tidak tua dan muda untuk ROH. ROH tercita serentak sekaligus saja.
Kemudian ROH itu lahir ke dunia melalui rahim ibu dengan badan kita sebagai sangkar atau sarungnya. Ia dilahirkan ke dunia menurut waktu yang telah ditentukan. Siapa yang ditakdirkan lahir dahulu dialah yang tua dan siapa yang lahir kemudian dialah yang muda.
Dari segi spiritual atau kebadanan ada tua dan ada yang muda, tetapi dari segi ROH sebaya saja.
AKU juga tidak tunduk pada kotak. AKU bukan Barat dan bukan juga Timur. Bukan juga dari Utara dan bukan juga dari Selatan. AKU tidak dikenakan arah dan tempat.
AKU juga bukan tunduk pada bangsa. AKU atau ROH bukan orang itu dan bukan orang yang. Bangsa-bangsa itu hanya ada dalam dunia nyata ini. Di alam AKU tidak ada bangsa-bangsa.
AKU adalah ma’lum dalam ilmu Allah, ada dalam wujud-NYA. AKU adalah penzahiran Zat. Demikian AKU tenggelam dalam Yang Maha Aku (yaitu Allah SWT).
Penjelasan ke-17 (AKU harus dibersihkan)
AKU tidak terkotorkan oleh kencing dan kotoran. Tidak ada najis fisik yang dapat mengotorkannya. Ibarat cahaya matahari, cahaya itu menyinari najis dan benda-benda kotor, namun cahaya itu tidak akan kotor. Ia menyinari tempat wangi dan tempat busuk, tetapi cahaya tidak akan wangi dan busuk, kotor atau bersih.
Najis di AKU itu adalah syirik, menyekutukan Allah, mengatakan Allah lebih dari satu. Itulah najis untuk AKU. AKU yang bertauhid adalah ROH yang suci. ROH itu pada hakikatnya selalu percaya dengan adanya Allah dan mengesakanNya. Hanya setelah sampai ke alam dunia barulah ROH itu tercemar oleh pengaruh duniawi, pengaruh iblis dan setan, pengaruh materi, pengaruh nafsu serakah, syahwat dan sebagainya.
Kita harus membersihkan jiwa atau AKU kita kembali sebagaimana aslinya dengan zikrullah (mengingat Allah) dengan lisan, hati dan perbuatan. Zikrullah itu ibarat air mutlak yang membasuh dan menyucikan najis syirik dari AKU itu. Bersihkanlah AKU itu sampai fana ‘(terasa diri kosong, tidak apa-apa) dan kemudian mencapai setingkat lagi ke tingkat’ baqa ‘(terasa diri selalu bersama Allah). Terasa Allah ada dimana saja kita berada.
AKU yang bersih atau diri yang suci adalah diri yang mengesakan Allah sampai tidak terasa adanya diri. Yang ada hanya DIRI YANG BERDIRI SENDIRINYA yaitu Allah SWT.
Penjelasan ke-18 (AKU BERASAL DARI TEMPAT MULIA)
AKU yang hakiki itu tidak tunduk pada warna kulit dan ras. AKU itu bukan putih, hitam manis, kuning dan sebagainya. Sebagaimana adanya warna pada badan. AKU tidak ada warna dan tidak berbangsa-bangsa seperti bangsa Cina, India, Melayu, Arab dan sebagainya.
Badan kita berasal dari unsur-unsur tanah, air, api, dan udara tetapi ROH kita bukan dari unsur-unsur dunia nyata ini. AKU gaib dari pandangan mata kasar namun ia tetap ada.
AKU berasal dari tempat yang paling mulia. AKU berasal dari Yang Maha AKU (yaitu Allah). AKU berasal dari ilmu Allah masuk ke alam jasad ini dan kemudian kembali kepada. Jadilah ROH itu sebagai Nur Allah saja. Ia pun kembali ke tempat asalnya yaitu ke hadirat Allah SWT.
Penjelasan ke-19 (AKU HANYA BONEKA)
AKU ini pada hakikatnya adalah boneka yang diperankan oleh Dalang (yaitu Allah). AKU ini dari satu ibarat lagi adalah keris yang dihunus oleh pendekar. AKU tidak berdaya upaya, gerak dan diam AKU adalah digerakkan dan didiamkan oleh Allah. Adanya AKU adalah limpahan dari adanya Allah.
Allah itu hakiki. AKU itu majazi atau relatif saja. Kalau difaham dan diselidiki secara mendalam, akan terasa bahwa yang gaib dan yang lahir dan yang awal dan yang akhir adalah Allah saja.
Pendeknya pada pandangan orang yang sangat dekat dengan Allah, alam dan dirinya lenyap sama sekali dan tinggallah Allah semata. Ini dipandang oleh ROH yang bersih dan suci dan mentauhidkan diri kepada Allah semata-mata.
Penjelasan ke-20 (AKU tajalli Allah)
AKU yang hakiki itu adalah Nurullah (cahaya Allah) karena dengan ROH, Allah terlihat. Sesuatu yang menampakkan sesuatu yang lain adalah cahaya. Tanpa cahaya gelap gelitalah segalanya.
AKU juga ayatollah (tanda-tanda Allah) karena ROH itu tanda-tandanya adanya Allah.
AKU juga digelar Rohullah karena ROH itu adalah hembusan dari Roh Allah. Itulah AKU yang hakiki.
AKU dan alam semesta adalah penzahiran atau tajalli Allah. AKU ini adalah alam kecil karena semua hal yang ada dalam alam besar ini ada salinannya atau penzahirannya dalam alam kecil.
Alam semesta ini juga digelar Insan Kabir (manusia besar) karena semua yang ada dalam alam kecil ini ada kenyataannya dalam alam besar.
Insan Saghir (manusia kecil) ini adalah dir i (ROH) manusia itu dan Insan Kabir itu adalah alam semesta raya yang gaib dan yang nyata. Alam kecil adalah Insan Saghir yaitu Manusia dan Alam Besar adalah Insan Besar yaitu Alam Semesta Raya.
Demikian pendapat Filsafat kesufian.
Penjelasan ke-21 (AKU ITU HIDUP)
Dalam alam dunia ini kita katakan si anu itu orang Kota dan si anu itu orang kampung atau si anu itu berada di kantor atau di rumah. Semua itu menunjukkan tempat dalam alam nyata ini. Tetapi untuk ROH itu semua tidak ada. Ia bebas dari tempat atau arah atau waktu atau waktu.
ROH itu hidup. Ia tidak tunduk pada alam nyata atau alam materi. ROH itu hidup dengan limpahan Yang Maha Hidup. Demikianlah AKU.
Penjelasan ke-22 (AKU BESERTA ALLAH)
AKU memang beserta dengan Allah, sejak dari dahulu sampai akan datang atau sejak awal sampai akhir. Tidak pernah bercerai dan berpisah dengan Yang Maha Aku (yaitu Allah). Sejak dari dalam ilmu Allah sampai sampai ke alam akhirat yang tidak ada ujungnya, AKU tetap bersama Allah.
AKU tidak keluar dan tidak masuk dalam lengkungan Allah. AKU itu memang berada dalam lengkungan Allah saja. Kalau Allah itu diibaratkan sebagai lautan, maka AKU itu ikannya. Ikan itu selalu dalam lautan dan tidak akan hidup tanpa air lautan itu.
‘Masuk’ dan ‘keluar’, ‘berpisah’ dan ‘bersatu’, tidak termasuk dalam kamus AKU. AKU bukan seperti badan kasar yang dikenakan ruang dan zaman.
AKU menyerahkan dirinya dan nasibnya kepada Yang Maha AKU. Cukuplah Dia mengontrol dan memelihara AKU. AKU tidak harus pada yang lain lagi. Tidak perlu pertolongan dari ghairullah (selain Allah), bahkan tidak ada ghairullah pada pandangannya. Cukup Allah untuk AKU.
Penjelasan ke-23 (AKU SEBENARNYA dhaif)
AKU bodoh. Dialah yang mencerdikkan AKU. AKU lemah Dialah yang menguatkan AKU. AKU tidak tahu, Dialah yang memberiku tahu. AKU papa kedana, Dialah yang memperkaya AKU.
AKU bertanya, memohon, berharap kepada saja. Seolah-olah AKU dan DIA berpadu dan bersatu di mana dan bila saja. Dan DIA ada dalam kesadaran AKU.
Renunglah ke dalam AKU. Dia berada dalam kesadaran AKU. Maha Halus dan Maha Seni. AKU mendengar bisikannya. Dalam waktu sunyi sepi, paling baik mendengar bisikan hati nurani. Tanpa huruf, tanpa suara, tetapi AKU paham segala-galanya.
AKU kenal Dia dalam kesadaran batinku karena AKU berhubungan dengan Dia tanpa menyekutukanNya. Inilah satu hasil zikrullah.
Penjelasan ke-24 (WUJUD AKU)
AKU ada dalam lautan Yang Maha Wujud. AKU selalu berada dalam lautan itu. Dalam lautan itulah AKU tinggal. Itulah lautan ada.
Penjelasan ke-25 (AKU MEMANG ADA KESEDARAN)
AKU memang ada kesadaran, limpahan Yang Maha Sadar (yaitu Allah SWT). Kesadaran AKU meliputi alam nyata dan alam gaib, alam dunia dan alam akhirat. AKU sadar semua itu. Semua hal itu ada ilmuku. Allah ada dalam kesadaran AKU. Begitu juga makhluk ada dalam kesadaran AKU. Segala yang ada dalam kesadaran AKU itulah ilmu AKU. Surga, neraka, malaikat dan iblis ada dalam kesadaran AKU. Semua yang ada dalam ilmu atau kesadaran AKU itu adalah penzahiran Allah dalam kesadaran dan ilmu AKU.
Penjelasan ke-26 (AKUSENTIASA CINTA DIA)
AKU selalu cinta kepada DIA (Allah). Tidak mau berpisah dan berjauhan dengan DIA. AKU selalu ingatkan DIA. Terasa siksa jika tidak mengingat. Puja dan puji hanya untuk DIA belaka. Perasaan cinta ini tidak akan ada di AKU jika tidak dengan anugerahNya juga. Alangkah kerdilnya AKU berada dalam majelis DIA.
Penjelasan ke-27 (AKU TIDAK MEMILIKI APA-APA)
Dari pandangan ROH atau AKU yang hakiki, AKU tidak memiliki apa-apa tetapi ia dimiliki oleh Yang Maha Kaya (yaitu Allah).
AKU dijasadkan untuk menjalani hidup di dunia fana ini. AKU juga diberi nafsu. Kalau AKU dikalahkan oleh jasad dan nafsu, maka binasalah AKU itu, tetapi jika AKU yang menkluki jasad dan nafsu, maka selamatlah AKU itu.
AKU membawa kita menuju Allah dan menyadari hakikat dirinya dan Tuhannya. Nafsu serakah membawa kita jauh dari Allah dan lupa akan hakikat diri kita. Karena itu hanyutlah ia dalam larutan kelupaan dan kesesatan dan akhirnya ia akan menyesal setelah ia meninggalkan badannya. Setelah ROH berpisah dari badan, maka sadarlah AKU itu kembali akan kondisi dirinya yang sebenarnya.
Penjelasan ke-28 (AKU PALING MULIA pada kenyataannya)
Badan kita ini amat kerdil, ibarat sebutir pasir di padang gurun, setitik air di lautan luas, sebuah bintang di cekrawala, melukut di tepi gantang, masuk tidak bertambah dan keluar tidak mengurangi. Betapa kecil dan kerdilnya tubuh kita. Itulah wajah lahir AKU.
Tetapi kalau kita renung ke wajah batin kita, dia paling mulia, paling tinggi martabatnya, mengatasi segala makhluk dan malaikat. AKU itu suci dan wangi, sangat dekat dengan Ilahi. Dialah cahaya Allah, Dialah ayat-ayat Allah, Dialah ROH Allah, Dialah bayangan dan penzahiran Allah.
AKU yang hakiki itu sangat mulia, tidak tertanding oleh siapa. Dia bertasbih setiap saat, memandang Allah dengan kasihnya, rindu dendam tiada terkira. Itulah AKU yang sebenarnya.
Penjelasan ke-29 (CARA MENGENAL AKU)
Berbagai cara orang ingin mengenal dirinya atau akunya. Ada yang melalui meditasi, pertapaan, menghapus pikiran, latihan jiwa yang menyiksa badan dan sebagainya. Tetapi untuk orang-orang Sufi adalah dengan Zikrullah yang diajarkan oleh guru-guru Sufi yang pakar dan pembimbing rohani yang mursyid. Dengan berzikir dan melalui bimbingan Syaikh Mursyid sampailah seseorang pada tingkat mengenal dirinya atau akunya.
Orang-orang Sufi ada menjelaskan bahwa “Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka akan kenallah ia akan Tuhannya”. Ini bukan berarti DIA jadi Tuhan. Bila seseorang itu kenal gambar, maka kenallah ia akan orang yang digambarkan. Bila seseorang kenal akan bayang dalam cermin, maka kenallah ia orang yang punya bayang. Fahamkanlah!
Penjelasan ke-30 (PENGEMBARAAN AKU)
Orang yang memasuki jalan kesufian (Tareqat Sufi) adalah sebenarnya memasuki petualangan yaitu petualangan akunya menuju Allah SWT. Petualangan ini bukan dari tempat ke tempat atau dari waktu ke waktu, tetapi perjalanan ini adalah petualangan dalam kesadaran AKU, beredar dalam pengalaman spiritual atau kejiwaan. Hanya jiwa yang merasainya, tidak terlihat oleh mata kasar.
Tetapi setelah sampai ke tempat dituju yaitu kesadaran bahwa AKU ini fana dalam Allah dan Baqa (kekal) dengan Dia, barulah AKU itu sadar bahwa perjalanan itu hanya dari tidak sadar ke sadar. Sadar betapa AKU memang berada di tujuan sejak awal sampai akhir. Apakah tujuan itu? Itulah kesadaran dan pengenalan tentang Allah atau dalam istilah kesufian disebut ma’rifat.
Pada hakikatnya AKU itu memang berada ‘dalam’ Allah dan ‘permanen’ dengan Allah sejak awal lagi, dulu, sekarang, dan akan datang. AKU memang bersama dan ‘berpadu’ dengan Tuhannya. AKU itu memang diliputi oleh lautan Wujud Ketuhanan.