Ia bertutur:
Akan
kami paparkan bagimu sebuah misal tentang kelimpahan, dan kami berkata,
"Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan seorang biasa sebagai
gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan, bendera,
panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman mulai yakin bahwa hal
itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia
terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah
perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya dan pelanggarannya atas
perintah dan larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah
penjara yang sempit dan gelap serta memperlama pemenjaraannya, dan
orang itu terus menderita, terhinakan dan sengsara, akibat ketakaburan
dan kesia-siaannya, dirinya hancur, api kehendaknya padam, dan semua ini
terjadi di depan mata sang raja dan diketahuinya. Setelah itu ia
menjadi kasihan terhadap orang itu, dan memerintahkan agar ia dibebaskan
dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya, dianugerahkan kembali
busana kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai gubernur. Ia
menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia cuma-cuma.
Kemudian ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati. Beginilah
keadaan seorang beriman yang didekatkan dan dipilih-Nya.
Ia
bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih-sayang, kemurahan dan
pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah melihat,
yang telinga tak pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan
hal-hal gaib dari kerajaan langit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya,
akan kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih-sayang, akan
diterimanya doa dan kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta
kata-kata bijak bagi hatinya, yang menyatakan sendiri melalui lidahnya,
dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi orang ini karunia-karunia-Nya
pada tubuhnya, yang berupa makanan, minuman, busana, istri yang halal,
hal-hal lain yang halal dan pemerhati terhadap hukum dan tindak
pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba beriman-Nya yang didekatkan
kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh olehnya
dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya
pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, milikan, istri, anak, dan
mencabut darinya segala karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya
sebelum ini, sehingga ia terkulai, hancur dan
terputus dari masyarakatnya.Bila
ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia melihat hal-hal yang
buruk baginya. Bila ia melihat hati dan jiwanya, maka ia melihat hal-hal
yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk menjauhkan
kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon janji
baik, ia tak segera mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu
tentang pemenuhannya. Bila ia bermimpi, ia tak bisa menafsirkannya dan
tak tahu tentang kebenarannya. Bila ia bermaksud kembali kepada manusia,
ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila ada
sesuatu pilihan
baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia segera
tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuh nya, dan lidah-lidah mereka
menyerang kehormatannya.Bila
ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan kembali kepada
keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai
pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang
dialaminya, permohonannya itu pun tak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya: "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala suatu menjadi tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu dari sifat-sifat manusia. Tinggallah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa kepadanya: "Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (QS 38:42)
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah mengalirkan
samudra kasih-sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang
hakikat dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pintu-pintu
nikmat dalam segala keadaan hidup, membuat para raja mengabdi kepadanya,
menyempurnakan baginya
nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melalui makhluk dan rahmat-rahmat
lain-Nya, menyempurnakan ruhaninya dengan kelembutan dan karunia-Nya,
dan membuat keadaan ini berkesinambungan baginya, hingga ia
menghadap-Nya. Kemudian Ia memasukkannya ke dalam yang mata tak pernah
melihat, yang telinga tak pernah mendengar dan yang tak pernah tersirat
dalam hati manusia, sebagaimana firman-Nya:mereka, balasan bagi yang telah mereka perbuat." (QS 32:17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar