Hidup pastikan aman tenteram dunia wal akhirat kalau saja kita selalu bertafakur untuk mengingat Allah dan mengingat kehidupat akhirat, minimal 5 menit dalam sehari semalam
Senin, 10 Februari 2014
Syeikh Abul Hasan asy Syadzili
Awas! Waspadalah dengan kesibukan dunia manakala dunia mendekatimu. Hati-hati! Dengan penyesalannya manakala dunia pergi darimu. Orang yang cerdas sama sekali tidak tergantung pada sesuatu (dunia) — yang apabila dunia datang ia lalu sibuk dengannya dan apabila pergi ia menyesal. (Tidak). Lalu ada yang berkata padanya, “Mereka telah memburu dan mereka telah terampas.”
Siapapun yang meraih sedikit saja dari dunia secara halal dengan disertai etika (adab), hatinya telah selamat dari pengotoran dan dari neraka hijab. Etika (adab) di sini ada dua macam: Adab sunnah dan adab ma’rifat.
Adab sunnah adalah berpijak pada ilmu pengetahuan melalui tujuan dan niat yang baik semata bagi Allah. Sedangkan adab ma’rifat disertai izin, perintah, ucapan dan isyarat yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Isyarat di sini, merupakan pemahaman dari Allah terhadap hamba-Nya melalui cahaya keindahan-Nya dan keagungan-Nya.
Oh Tuhan, dunia ini hina, hinalah orang yang berkubang di dalamnya, kecuali dzikrullah. Sedangkan akhirat itu mulia, dan mulia pula orang yang ada di dalamnya. Engkaulah yang menghinakan kehinaan dan memuliakan kemuliaan. Lalu mana bisa mulia orang yang memburu selain Diri-Mu? Bagaimana bisa zuhud orang yang memilih dunia bersama-Mu? Maka benarkanlah secara hakiki diriku dengan hakikat zuhud sehingga aku tidak membutuhkan lagi mencari selain Diri-Mu, dan kokohkan dengan hakikat ma’rifat sehingga aku tidak butuh mencari-Mu lagi.
Oh, Ilahi, bagaimana orang yang mencari-Mu bisa sampai kepada-Mu, atau bagaimana orang yang lari dari-Mu bisa kehilangan Diri-Mu? Maka carilah aku dengan kasih sayang-Mu, dan jangan engkau cari diriku dengan siksa-Mu wahai Yang Maha Pengasih, wahai Yang Maha Menyiksa.
“Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Tak ada masalah besar bagi kami, kecuali dua hal ini: cinta dunia secara berlebihan dan rela menduduki kebodohan.
Sebab, cinta dunia itu tonggak dari segala dosa besar, sedang menempati kebodohan adalah tonggak segala kedurhakaan. Sungguh Allah memperkaya dirimu jauh dari dunia, lebih baik dibanding Allah memperkaya dirimu dengan dunia. Maka demi Allah tak seorang pun bisa kaya dengan dunia, sebab bagaimana bisa kaya dengan dunia, sementara firman-Nya: “Katakanlah, sesungguhnya harta dunia itu amat sedikit.”
Ada seseorang datang kepadaku, ketika aku ada dalam gua di Maroko. Lalu ia berkata padaku, “Engkau punya keahlian di bidang ilmu kimia, ajarilah aku.” Kukatakan padanya, “Baik aku akan mengajarimu tentang kimia, namun aku tidak memperdayaimu dari ilmu kimia itu satu huruf pun, seandainya engkau menerima, dan aku lihat engkau tidak akan menerima…?” Orang itu menjawab, “Hai, demi Allah aku pasti menerima.” Lalu kukatakan, “Gugurkanlah makhluk dari hatimu, dan putuskanlah keinginan agar Tuhanmu memberikan sesuatu yang selain apa yang telah diberikan padamu dari Tuhanmu.” Orang itu menegaskan, “Sungguh, aku tidak mampu menjalankan ini!”. Lalu kukatakan padanya, “Bukankah sudah kukatakan padamu, kalau engkau tidak akan menerima. Kalau begitu pergilah.”
Ada empat perkara, jadilah dirimu bersamanya, dan masuklah kapan saja engkau mau.
1. Janganlah engkau mengangkat pemimpin yang kafir
2. Janganlah memandang orang mukmin sebagai musuh
3. Jauhkanlah hatimu dari dunia dan bersiaplah menyongsong kematian
4. Bersaksilah bagi Allah dengan Keesaan-Nya, dan bersaksilah bagi Rasul dengan risalahnya.
Lalu amalkanlah. Ucapkan: “Aku beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, seluruh takdir-Nya, dan seluruh kalimat-kalimat yang bercabang-cabang dari Kalimat-Nya (Kami tidak membedakan antara seseorang dari para Rasul-Nya) dan kami katakan sebagaimana mereka katakan, (kami mendengar dan kami patuh, hanya ampunan-Mu wahai Tuhan kami, dan kepada-Mulah tempat kembali).”
Siapa pun yang berpijak pada empat hal tersebut, Allah akan menjamin empat hal di dunia dan empat hal di akhirat.
Di dunia:
1. Benar dalam bicara;
2. Ikhlas dalam beramal;
3. Rizki seperti hujan dan
4. Terjaga dari keburukan.
Sedangkan di akhirat mendapatkan:
1. Ampunan agung;
2. Kedekatan yang sangat (kepada Allah);
3. Masuk ke dalam syurga yang luhur dan
4. Mendapatkan derajat tinggi.
Kemudian mendapatkan empat hal pula dalam agama:
1. Masuk ke dalam Allah;
2. Bermajlis bersama-Nya;
3. Mendapat Salam dari Allah dan,
4. Meraih keridhaan Allah yang besar.
Apabila engkau ingin benar dalam ucapan, maka resapkanlah dalam dirimu dengan membaca: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an di malam qadar (lailatul qadr)”.Apabila engkau ingin ikhlas beramal, resapkan dalam dirimu dengan membaca: “Katakanlah: Allah itu Esa”
Apabila engkau ingin luas dalam riziki, resapkankan dalam dirimu dengan membaca:
“Katakanlah: Aku berlindung pada Tuhannya manusia.”
Aku pernah melihat Rasulullah saw. bersabda: “Ada empat perkara yang tak bisa dipahami sama sekali, sedikit ataupun banyak: Cinta dunia; alpa akhirat; takut miskin dan takut manusia.”
“Seburuk-buruk manusia adalah orang yang bakhil dengan dunianya terhadap orang yang berhak, maka bagaimana dengan orang yang bakhil dengan dunia terhadap yang memiliki dunia (Allah).
Aku melihat seakan-akan diriku berada di tempat yang tinggi. Lalu aku bermunajat: “Ilahi, manakah kondisi ruhani yang paling engkau cintai dan ucapan manakah yang paling benar menurut-Mu? Amal manakah yang paling bisa menunjukkan kecintaan pada-Mu? Tolonglah aku dan tunjukkanlah diriku. Maka dikatakan padaku: “Kondisi ruhani paling Kucintai adalah ridha disertai musyahadah; sedangkan ucapan paling benar menurut-Ku adalah ucapan, Laa ilaaha illallah secara jernih. Sementara amal yang paling bisa menunjukkan kecintaan-Ku adalah membenci dunia dan putus asa terhadap ahli dunia, disertai keselarasan dengan-Ku.”
Lepaskanlah dirimu dari berlebihan terhadap cinta dunia, tinggakanlah untuk terus menerus bermaksiat, langgengkanlah pada masalah rahmat laduniyah (dari sisi Allah), dan mohonlah pertolongan melalui rahmat itu pada segala tindakan, serta janganlah hatimu bergantung dengan sesuatu, maka engkau termasuk orang-orang yang sangat mendalam (dan benar) dalam ilmu, dimana rahasia batin dan ilmu tidak pernah hilang.
Apabila muncul gangguan hatimu berupa bisikan maksiat dan dunia, lemparkanlah bisikan itu di bawah dua telapak kakimu sebagai sesuatu yang hina, sekaligus sebagai refleksi zuhud, lalu penuhilah hatimu dengan ilmu dan petunjuk. Janganlah engkau menunda-nunda, yang bisa membuatmu tenggelam dalam kegelapannya dan anggota badanmu terlepas di sana, lalu engkau harus memeluknya, baik melalui hasrat, fikiran, kehendak dan gerakan.
Kala itu, lubuk hati menjadi terombang-ambing, dan seorang hamba “bagaikan telah disesatkan oleh syetan di pesawangan yang menakutkan dalam keadaan bingung, dia mempunyai sahabat-sahabat yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami,” katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk.” Sedangkan petunjuk itu tidak akan pernah ada kecuali pada orang yang bertaqwa; tiada orang yang bertaqwa kecuali orang itu kontra terhadap dunia. Tiada orang yang kontra terhadap dunia kecuali orang yang menghina dirinya. Tidak ada orang yang menghina dirinya kecuali orang yang tahu akan dirinya. Tidak pula tahu orang yang tahu akan dirinya kecuali orang yang tahu Allah. Tidak ada yang mengenal Allah kecuali orang yang mencintai-Nya, dan tidak ada orang yang mencintai-Nya kecuali orang yang telah dipilih dan dikasihi Allah, dan antara dirinya terhalang dari hawwa dan nafsunya. Ucapkanlah:
“Ya Allah, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Menghendaki, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Bijaksana, wahai Yang Maha Terpuji, wahai Tuhan, wahai Sang Raja, wahai Yang Ada, wahai Yang Memberi Petunjuk, wahai Yang Maha Memberi nikmat. Limpahkanlah kepadaku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Memberi Anugerah, dan Engkau memberi nikmat pada hamba-Mu dengan nikmat agama dan nikmat hidayah, “menuju jalan yang lurus, jalan Allah yang Dia pemilik apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah hanya kepada Allahlah segala urusan kembali,” melalui kemuliaan Nama Agung ini. Amin.”
Apabila engkau berhadapan dengan suatu yang menjadi bagian dari dunia maka bacalah:
“Wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Mengetahui, wahai Yang Maha Kuasa, wahai Yang Maha Mendengar, wahai Yang Maha Melihat.”
Manakala tambahan bekal tiba, berupa bekal dunia maupun akhirat, maka bacalah:
“Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan mememberikan kepada kami dari karunia keutamaan-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.” (Q.s. at-Taubah: 59)
Wahai orang yang berhasrat pada jalan selamat-Nya yang beruntung menuju hadirat Kehidupan-Nya, jauhilah memperbanyak diri atas apa yang diwenangkan Allah kepadamu. Tinggalkan apa yang tidak masuk di bawah ilmumu dari apa yang telah dihalalkan oleh Allah bagimu. Bergegaslah menuju kewajiban-kewajibanmu, dan tinggalkan kesibukan manusia pada umumnya untuk menjaga batinmu. Maka dalam hal meninggalkan memperbanyak diri, merupakan zuhud, dan meninggalkan hal-hal yang tidak termasuk dalam ilmumu adalah wara’. Renungkan sabda Rasulullah saw. “Kebaikan adalah yang menentramkan jiwa dan menentramkan qalbu. Sedangkan dosa adalah sesuatu yang merajut-rajut dalam jiwa dan membawa keraguan dalam dada, walaupun manusia lain telah menasehatimu dengan yang selain dosa itu.” Maka fahamilah.
Sibuk menjaga rahasia batin berarti menghormati hakikat-hakikat keimanan. Jika engkau seorang pedagang yang jeli, maka tinggalkanlah kemauanmu untuk pasrah pada Kehendak-Nya, disertai ridha pada seluruh aturan-Nya. “Dan siapakah yang lebih baik daripada Allah sebagai hukum bagi orang-orang yang yakin?” Hadis ini cukup bagimu, “Dunia itu haramnya adalah siksa, dan halalnya adalah hisab.”
Dunia yang tak ada hisab kelak di akhirat dan tak ada hijab ketika di dunia, adalah dunia yang bagi pemiliknya tidak mengandung hasrat kehendak sebelum adanya dunia itu, dan tidak pula mengandung hasrat ketika dunia menyertainya, tidak pula kecewa ketika dunia hilang dari sisinya. Sedangkan kebebasan mulia hanya bagi orang yang meraih dunia secara berhadapan, tanpa sedikit pun pengaruh yang memperdayai hatinya (karena dunia itu).
Aku pernah bermimpi melihat Abu Bakr ash-Shiddiq, lalu beliau berkata padaku, “Tahukah engkau apa tanda keluarnya cinta duniawi dari dalam kalbu?” Aku bertanya, “Apa itu?” Beliau menjawab, “Meninggalkannya ketika ada, dan merasa ringan ketika dunia tak ada.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar