Rasulullah saw. bersabda, “Ingatlah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging,
jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk.
Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh
kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka
selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan
nafasnya. dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar
jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi
seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang
tampak aneh dan kurang menarik. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang
ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu, yang tak mampu
menahan tangisnya. Sang ibu tahu hidup anak lelakinya itu kurang
meggembirakan Anak lelakinya itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-
laki besar mengejekku. Katanya, "aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun
disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang
musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,
"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam
hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu
dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuk anaknya. "Saya
yakin saya mampu memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada
seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkan untuk anaknya. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan
tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak
ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus
segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini
sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang
lelaki baru pun lahir dengan cukup sempurna. Bakat musiknya yang hebat itu
berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari
sekolahnya.
Beberapa tahun kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia
mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku
sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau
takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."
Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum
saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah
dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja
meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah
istrinya yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga
tampaklah.........bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah
berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang
ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit
kecantikannya, bukan? "
Sahabat……Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun
di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa
terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat . Cinta yang sejati tidak
terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang
telah dikerjakan namun tidak diketahui. Subhaanallah, Betapa dahsyatnya
karya dan pekerjaan orang-orang yang ikhlas.
Ciri-Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan.
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya (lawan dari ikhlas)
memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan
banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin
berkurang jika dicela.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama
manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan
bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan
seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-
debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama
dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum
yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha
manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal,
baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat
pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik
dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa
senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai,
sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai
yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu
mereka senantiasa membangun amal jama’i (kebersamaa) dalam dakwahnya.
Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah.
Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih
popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
Mari Kita Abadikan Yang Tersisa dengan Keikhlasan bersama Rumah Yatim
Indonesia dan Lihatlah Karya Besar Yang Akan Kita Lihat Bersama Di Suatu
Saat Nanti, Insya Allah. Kita memang belum pernah tatap muka tapi yakinlah
bahwa hati-hati kita telah dipersatukan oleh Allah di Lembaga Yang Sederhana
ini, Sabar dan terus memproses diri untuk sebuah Misi yang Wajib kita emban
bersama yaitu “ Rahmatan Lil ‘Alamin
jika baik maka seluruh tubuhnya baik; dan jika buruk maka seluruhnya buruk.
Ingatlah bahwa segumpul daging itu adalah hati.” (Muttafaqun ‘alaihi).
"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh
kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka
selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan
nafasnya. dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar
jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi
seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang
tampak aneh dan kurang menarik. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang
ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu, yang tak mampu
menahan tangisnya. Sang ibu tahu hidup anak lelakinya itu kurang
meggembirakan Anak lelakinya itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-
laki besar mengejekku. Katanya, "aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun
disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang
musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,
"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam
hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu
dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuk anaknya. "Saya
yakin saya mampu memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada
seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan
telinga dan mendonorkan untuk anaknya. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan
tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak
ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus
segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini
sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang
lelaki baru pun lahir dengan cukup sempurna. Bakat musiknya yang hebat itu
berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari
sekolahnya.
Beberapa tahun kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia
mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku
sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau
takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."
Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum
saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia.
Suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah
dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja
meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah
istrinya yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga
tampaklah.........bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah
berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang
ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit
kecantikannya, bukan? "
Sahabat……Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun
di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa
terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat . Cinta yang sejati tidak
terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang
telah dikerjakan namun tidak diketahui. Subhaanallah, Betapa dahsyatnya
karya dan pekerjaan orang-orang yang ikhlas.
Ciri-Ciri Orang Yang Ikhlas
Orang-orang yang ikhlas memiliki ciri yang bisa dilihat, diantaranya:
1. Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam
keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan.
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Orang yang riya (lawan dari ikhlas)
memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan
banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin
berkurang jika dicela.”
2. Terjaga dari segala yang diharamkan Allah, baik dalam keadaan bersama
manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan
bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan
seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-
debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama
dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum
yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
Tujuan yang hendak dicapai orang yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha
manusia. Sehingga, mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal,
baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat
pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik
dan buruk sekecil apapun.
3. Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan merasa
senang jika kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai,
sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai
yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu
mereka senantiasa membangun amal jama’i (kebersamaa) dalam dakwahnya.
Senantiasa menghidupkan syuro dan mengokohkan perangkat dan sistem dakwah.
Berdakwah untuk kemuliaan Islam dan umat Islam, bukan untuk meraih
popularitas dan membesarkan diri atau lembaganya semata.
Mari Kita Abadikan Yang Tersisa dengan Keikhlasan bersama Rumah Yatim
Indonesia dan Lihatlah Karya Besar Yang Akan Kita Lihat Bersama Di Suatu
Saat Nanti, Insya Allah. Kita memang belum pernah tatap muka tapi yakinlah
bahwa hati-hati kita telah dipersatukan oleh Allah di Lembaga Yang Sederhana
ini, Sabar dan terus memproses diri untuk sebuah Misi yang Wajib kita emban
bersama yaitu “ Rahmatan Lil ‘Alamin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar