Sebuah panutan indah telah tertulis dalam sejarah hidup Fatimah bin abdul malik. Beliau adalah sosok perempuan yang nyaris
sempurna, cantik, cerdas, keturunan terpandang, serta kaya raya.
Bagaimana tidak kaya, beliau adalah putri khalifah tertinggi, serta
saudari dari empat khalifah Islam ternama, yaitu Al-Walid bin Abdil
Malik, Sulaiman bin Abdil Malik, Yazid bin Abdil Malik, dan Hisyam bin
Abdil Malik.
Namun, dibalik semua kemewahan itu, beliau begitu
mencintai kesederhanaan. Inilah yang membuat sang suami Amirul Mukminin
Umar bin Abdil Aziz, sang khalifah besar dari Bani Ummayah merasa
beruntung karena memiliki istri yang mampu mendidik hatinya dan
mengalahkan nafsunya dalam mencintai dunia.
Setelah menikah,
Fatimah memiliki harta yang begitu berlimpah pemberian dari ayahnya.
Hartanya adalah yang paling berharga yang pernah dimiliki oleh seorang
perempuan di atas permukaan bumi ini, yang berupa perhiasan dan intan
permata.
Namun, semua berubah ketika Umar bin Abdul Aziz
mendapat amanat sebagai seorang khalifah. Betapa sedihnya Umar ketika
tugas berat tersebut dibebankan kepadanya. Terbayang keadaannya di
akhirat, saat Allah meminta semua pertanggungjawabannya dalam memimpin
umat.Umar bin Abdul Aziz kemudian mengajak Fatimah untuk mengurangi
beban hidupnya dengan cara menyerahkan semua harta, berikut perhiasan
yang dimiliki Fatimah ke Baitul Mal.Selanjutnya, jadilah sang khalifah
besar itu hanya mendapatkan gaji yang begitu kecil, yaitu dua dirham per
hari atau 60 dirham per bulan. Namun sebagai istri yang baik, Fatimah
tidak pernah protes, malah beliau dengan ikhlas selalu mendukung
suaminya.
Setelah Umar meninggal, Dinasti Ummayah pun dipimpin
oleh saudara Fatimah bernama Yazid bin Abdul Malik. Suatu hari, Yazid
menemui Fatimah untuk mengembalikan harta-harta yang disimpan di Baitul
Mal. Yazid berkata kepada Fatimah “Umar telah dholim kepada hartamu,
sekarang aku kembalikan kepadamu. Ambillah!” Diluar dugaan, Fatimah
menolak semua tawaran saudaranya tersebut. Beliau berkata, “Demi Allah,
aku tidak akan mengambilnya kembali. Karena aku patuh kepada suami untuk
selamanya. Bukan ketika dia masih hidup aku patuh, lalu setelah
meninggal berkhianat”Yazid merasa sangat kagum dengan sikap saudara
perempuannya itu. Dia lalu mengambil kembali harta-harta Fatimah dan
membagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.Sikap Fatimah yang
seperti inilah, yang berhasil membawanya sebagai salah satu contoh
mulia dari seorang wanita salehah yang taat kepada suami dan yang selalu
mendahulukan kepentingan umat.
Ternyata wanita tidak perlu
memerlukan gemerlapnya perhiasan untuk terlihat indah. Dengan Iman, rasa
malu serta ketundukan kepada Robbnya serta ketaatan kepada suaminya,
justru dia akan menjadi perhiasan itu sendiri. Dan pastinya menjadi yang
terindah dari yang pernah ada. Dibalik kekuatan para suami, dukungan
istri merekalah yang banyak menguatkan. Sebaliknya, dibalik kerepotan
para suami, tuntutan istri merekalah yang banyak merongrong dan kemudian
menghancurkan. Jika saja, saat ini banyak wanita yang mencontoh sikap
mulia dari Fatimah bin Abdul malik, maka akan banyak tenanglah batin
suami dalam kehidupan mereka. Lalu adakah dari kita salah satunya yang
mampu melakukan hal tersebut?
Ket Foto : hanya ilustrasi sendiri alias foto dwe
SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar