Laman

Rabu, 05 Maret 2014

Kisah Umar Menangis Di Depan Nabi


Bismillah..

Umar bin Khattab menangis? Mengapa ”Singa Padang Pasir” ini sampai menangis ?
Umar r.a. pernah meminta izin menemui Rasulullah saw. Ia mendapatkan beliau sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantal pelepah kurma yang keras.

Umar berkata, ”Setelah aku mengucapkan salam, aku lalu duduk di dekat beliau. Aku tidak sanggup menahan tangisku ....”

Rasulullah Muhammad saw pun bertanya, ”Mengapa engkau menangis wahai Umar?” Umar menjawab, ”Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu. Padahal engkau Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kaisar Rumawi duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera”.

Dengan lembut, Nabi saw pun berkata, ”Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga. Sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir.

Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya. ”

Inilah soalnya. Betapa dungunya kita yang lalai akan kenyataan betapa dunia ini hanyalah tempat mampir. Seterusnya kita meneruskan perjalanan yang sesungguhnya.

Ketika kita pergi ke kota A naik bus, lalu kita akan transit sejenak di B untuk sekadar mampir, rest. Apakah kita akan selamanya tinggal di tempat transit itu dan melupakan perjalanan kita yang sesungguhnya ke A ?
Bayangkan, ketika kita sibuk makan-minum di tempat transit dan ternyata bus telah memanggil kita untuk segera meneruskan perjalanan ke A.

Bayangkan, ketika kita sedang terlena dengan kenikmatan-kenikmatan semu duniawi, tiba-tiba Allah memanggil kita pulang kembali ke sisi-Nya, Apa yang akan kita bawa nanti untuk pertemuan dengan Allah ?

”Celupkan jari tanganmu ke dalam lautan.” Pesan Rasulullah, disampaikan ketika ada sahabat bertanya perbedaan dunia dan akhirat.

”Air di jarimu itulah dunia, sedangkan bentangan lautan luas tak bertepi, itulah perumpamaan kebahagiaan akhirat”.

Subhanallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar