APA MAKNA ISTIGHFAR ?
Istighfar sering diterjemahkan sebagai “mohon ampun”. Sedangkan
maghfirah diterjemahkan ampunan. Dalam bahasa arab istilah “mighfar”
adalah alat untuk menjaga kepala dari kecelakaan. Maka menurut Ibnul
Qoyyim Al Jauzi “maghfirah” maknanya ialah menjaga dari keburukan akibat
dosa yang dilakukan.
APA MAKNA TAUBAT?
Taubat artinya
adalah “kembali”. Maksud “kembali” di sini ialah seperti kembalinya anak
yang melawan orangtuanya, lalu kabur dari rumah dan akhirnya kembali ke
rumah orangtuanya dan mengakui kesalahannya. Maka orangtuanya
menyambutnya dengan suka cita.
Dalam sebuah hadits digambarkan
bahwa Allah merasa gembira menyambut hambanya yang bertaubat melebihi
gembiranya orang yang menemukan kembali untanya yang hilang
Dari
Anas bin Malik ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda: Sungguh Allah
akan lebih senang menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat
kepada-Nya daripada (kesenangan) seorang di antara kamu sekalian yang
menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta
itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah
harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang
pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa
mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan
demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapan. Lalu
segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan
sangat gembira: Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu.
Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa gembira. (H.R. Muslim
No.4932)
Dari Abdullah bin Masud ra.: Ia berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sungguh Allah akan lebih senang
menerima tobat hamba-Nya yang beriman daripada seseorang yang berada di
tanah bersama hewan tunggangan yang membawa bekal makanan dan
minumannya. Lalu dia tidur kemudian ketika bangun didapati hewan
tunggangannya tersebut telah menghilang. Dia pun segera mencarinya
sampai merasa dahaga kemudian dia berkata dalam hatinya: Sebaiknya saya
kembali ke tempat semula dan tidur di sana sampai saya mati. Lalu dia
tidur dengan menyandarkan kepalanya di atas lengan sampai mati. Tetapi
ketika ia terbangun didapatinya hewan tunggangannya telah berada di
sisinya bersama bekal makanan dan minuman. Allah lebih senang dengan
taubat seorang hamba mukmin, daripada orang semacam ini yang menemukan
kembali hewan tunggangan dan bekalnya. (H.R. Muslim No.4929)
Maka
menurut Ibnu Katsir taubat ialah kembalinya keaslian jiwa orang kepada
fitrahnya dan menghapus keburukan yang dilakukannya. Sedangkan Yusuf
Qardhawi menerangkan bahwa manusia itu terbuat dari unsur materi
(jasmani) dan ruh (ruhani) sebagaimana Allah menyatakan sebagai berikut :
Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah (unsur jasmani)
Maka apabila telah Ku sempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan ruh
(ciptaan)Ku, maka hendaklah kalian tersungkur dengan bersujud kepadanya
(Q.S. Shaad 71-72)
Ketika manusia taat kepada Rabbnya, ruh itu
mengalahkan sisi tanahnya. Inilah yang menyebabkan manusia layak menjadi
obyek sujud para malaikat. Namun ketika manusia itu melakukan dosa atau
maksiat pada Rabbnya, posisi itu terbalik. unsur tanah (yaitu unsur
jasmani atau materi) lebih menguasai dirinya. Padahal kondisi asalnya
ialah unsur ruh (ruhani) yang lebih dominan. Maka dengan bertaubat,
manusia kembali kepada kondisi asalnya, yaitu unsur ruh lebih dominan.
Inilah yang dimaksud dengan “kembali” pada istilah taubat. (Fiqih Taubat
Yusuf Qardhawi)
Dalam ayat lain, Allah mengibaratkan kondisi
manusia itu ibarat buah Tiin. Buah Tiin adalah buah yang tumbuh di
Palestina, dan salah satu karakteristiknya ialah apabila telah tercuil
sedikit saja maka akan busuk seluruhnya. Seperti buah Tiin, manusia
telah diciptakan dengan sebaik-baiknya(ahsani taqwiim), sehingga menjadi
makhluk paling mulia, namun ketika manusia berbuat dosa, seketika itu
pula ia menjadi makhluk paling rendah (tsuma asfalas saafiliin).
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya, Kemudian Kami kembalikan dia ke derajat yang
serendah-rendahnya (Q.S. At-Tiin [95] : 4-5)
Maka taubat itu akan mengembalikan manusia ke derajatnya yang semula sebagai makhluk yang paling mulia
APA BEDA ISTIGHFAR DAN TAUBAT?
Taubat merupakan tindak lanjut dari istighfar. Di dalam Al-Qur’an kata
“istighfar selalu disebutkan lebih dahulu dari kata “taubat” dan ini
menunjukkan urutan proses. Maka taubat itu dilakukan sebagai tindak
lanjut setelah melakukan istighfar:
Dan dia (nabi Hud a.s.)
berkata : Hai kaumku, istighfarlah (istaghfir) kepada Robbmu lalu
bertaubatlah kepadaNya, niscaya ia akan menurunkan hujan yang sangat
deras kepadamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu
(yang sudah ada) (Q.S. Huud [11] : 52)
Demikian pula Nabi Syu’aib a.s. berkata kepada penduduk Madyan :
Dan istighfarlah kepada Robbmu kemudian bertaubatlah kepadaNya
(wastaghfiruu rabbakum tsuma tubuu ilaihi). Sesungguhnya Tuhanku Maha
Penyayang lagi Maha Pengasih (Q.S. Huud [11] : 90)
Isyarat yang sama juga disampaikan Nabi Saleh a.s. kepada kaum Tsamud :
Hai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan menjadikan kamu
pemakmurnya karena itu mohonlah maghfirahNyalalu bertaubatlah kepadaNya
(fastaghfiruuh tsuma tuubu) Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmatNya)
lagi memperkenankan (doa hambaNya) (Q.S. Huud [11] : 61)
Demikian pula yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. yang beristighfar lalu bertaubat :
Dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya, maka ia beristighfar
(fastaghfara) lalu tersungkur sujud dan bertaubat (Q.S. Shaad [38]:24)
Yusuf Qardhawi mengatakan bahwa di dalam taubat tercakup istighfar.
Dalam sebuah hadits dikatakan : penyesalan adalah bagian dari taubat (H.R. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Ibnu Mas’ud berkata : seseorang menyesali dosanya dan tidak melakukan
dosa itu lagi sebagaimana air susu tidak mungkin kembali kepada payudara
induknya.
Hasan Al Bashri mengatakan bahwa taubat ialah
menyesali perbuatan dosa di masa lalu serta berjanji untuk tidak
mengulangi di masa datang.
Muhammad bin Ka’b al Qurazhi
mengungkapkan taubat itu beristighfar dengan lidah, melepaskannya dari
tubuh , berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa
itu serta meninggalkan teman-teman yang mengajak kepada keburukan.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa istighfar adalah
sebuah perkataan lisan pemohonan maaf atau permohonan ampun pada Allah
SWT yang merupakan permulaan atau langkah awal dari taubat. Sedangkan
taubat merupakan keseluruhan rangkaian proses dalam rangka memperoleh
ampunan Allah.
TAUBAT MELIPUTI AMALAN OTAK, LISAN, HATI DAN BADAN
Taubat itu adalah proses yang menyeluruh dimulai dari amalan otak,
amalan lisan, amalan hati dan kemudian amalan fisik / badan. Hasan bin
Ali bin Abi Thalib berkata : Taubat adalah penyesalan dengan hati,
istighfar dengan lisan, meninggalkan perbuatan dosa dengan tubuh dan
berjanji untuk tidak mengerjakan dosa itu lagi.
Maka lebih lanjut
dalam amalan hati itu timbul yang namanya tekad, yaitu tekad untuk
memohon ampun. Maka kemudian lidah mengucapkan permohonan ampun yang
dikenal dengan istighfar.
Dari hati pula timbul tekad untuk
segera meninggalkan perbuatan dosa dan tidak mengulanginya lagi. Maka
ini juga merupakan amalan hati. Selanjutnya tekad ini dibuktikan dengan
amalan badan berupa : shalat taubat dua rakaat, menjauhi lingkungan dan
teman yang buruk, dan menyibukkan dengan amal sholeh untuk menutupi
kesalahannya di masa lalu serta terakhir yaitu menjaga badan agar tidak
melakukan lagi dosa yang lalu.
Al-Kulabi berkata : Taubat ialah
meminta ampunan dengan lidah (istighfar) menyesal dengan hatinya, dan
menjaga tubuhnya agar tidak melakukan dosa lagi.
TAUBAT DIAWALI DENGAN ILMU
Taubat itu diawali dengan pengetahuan dan ilmu. Hal ini diisyaratkan dalam ayat berikut :
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan
mohonlah ampun (wastaghfir) bagi dosamu dan bagi dosa orang mukmin
laki-laki dan perempuan” (Q.S. Muhammad [47 ]:19)
Perhatikan ayat
di atas, kata “fa’lam annahu laa ilaaha illa Allah” mendahului perintah
untuk beristighfar. Maka kata “fa’lam annahu laa ilaaha illa Allah”
adalah kalimat perintah (fi’il amr) untuk terlebih dahulu mempelajari
aqidah yaitu memahami syahadat dengan mendalam sebelum akhirnya
melakukan istighfar. ”
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar
(seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami
dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan
wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (Q.S. Ali
Imran [3 ]:193)
Sekali lagi pada ayat di atas Allah
mengisyaratkan bagaimana Ulul Albab membenarkan dan mengimani terlebih
dahulu dengan aqidah yang benar baru setelah itu memohon ampun bagi
dosa-dosanya.
Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan :
Yang pertama adalah ilmu. Dia adalah pangkal dari seluruh kebaikan ini.
Maksud ilmu di sini adalah keimanan dan keyakinan. Karena Iman bermakna
pembenaran bahwa dosa adalah racun yang menghancurkan. Sedangkan yakin
adalah penegasan akan pembenaran ini, tidak meragukan nya dan memenuhi
hatinya. Maka cahaya iman dalam hati ini akan membuahkan api penyesalan
sehingga hatinya merasakan kepedihan.
Demikianlah proses taubat
itu diawali dengan mengetahui besarnya dosa dan keburukan dari
kemaksiatan yang dilakukannya. Inilah akitifitas otak yaitu mengetahui
(ta’lamun), merenungkan (tadabbur), memikirkan (tafakkur) dan memahami
(tafahum). Dari pemahaman ini maka timbullah penyesalan dan kepedihan
di hati. Inilah amalan hati.
Al-Qusyairi berkata : langkah taubat
yang pertama adalah bangunnya hati dari kelalaian serta melihat kondisi
buruk akibat dosa yang ia perbuat. Dan hal itu akan mendorongnya untuk
mengikuti dorongan hatinya agar tidak melanggar perintah Allah SWT. Jika
hatinya merenungkan keburukan perbuatannya serta menyadari dosa yang
diperbuatnya, niscaya hati akan terbetik keinginan untuk bertaubat dan
menjauhkan diri dari melakukan tindakan yang buruk itu. (Kitab Risalah
Qusyairiyyah)
KESADARAN DIAWALI DARI MENDENGARKAN NASEHAT
Salah satu cara yang bisa membangkitkan kesadaran akan dosa ialah
menyediakan hati untuk mendengar nasehat dan kritikan. Asalkan ia mau
sesaat saja mendengar nasehat, maka biasanya orang itu akan sadar.
Nasehat dari Allah SWT itu terdapat dalam hati setiap orang muslim (H.R. Ahmad)
Sa’id bin Musayyab berkata : taubat ialah engkau mampu menasehati diri kalian sendiri
Addiinu nashihah / agama itu (intinya) adalah nasehat. Kami bertanya :
Bagi siapa ya Rasul? Jawabnya : Bagi Allah, kitabNya, rasulNya dan para
tokoh umat serta umat Islam secara umum (H.R. Muslim)
Dari jarir
bin Abdullah r.a. berkata : Aku telah dibai’at oleh Nabi SAW untuk
mendengar dan taat lalu dituntun oleh Nabi SAW untuk menyebut kalimat
dalam apa yang dapat aku peruat dan nasehat yang baik terhadap setiap
muslim (H.R. Bukhari Muslim)
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata :
barang siapa menjadi penasihat yang baik bagi dirinya, niscaya Allah
akaan menjaganya dari segala bencana (Nahjul Balaghah)
KEUTAMAAN TAUBAT
Semua anak Adam pembuat kesalahan, dan sebaik-baik pembuat kesalahan ialah mereka yang bertaubat. (H.R. Addarami)
Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba mukmin yang terjerumus dosa tetapi bertaubat. (H.R. Ahmad)
Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat. (H.R. Ad-Dailami)
Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya selama nyawa belum sampai ke tenggorokan. (H.R. Ahmad)
Ali bin Abi Thalib berkata : Sungguh aku heran terhadap orang yang
berputusa asa (dari rahmat ampunan Allah) sementara ia masih memiliki
kesempatan untuk betaubat (Nahjul Balaghah)
KALIMAT ISTIGHFAR ADALAH KALIMAT YANG DIBENCI IBLISH
Dalam berbagai ayat Al-Qur’an dinayatakan bagaimana Iblish masih mau
mengatakan “Ya Rabbi” artinya Iblish masih mengakui Allah sebagai
Rabbnya atau pencipta dirinya.
Berkata iblis: “Rabbi, (Tuhanku)
maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan (Q.S.
Al-Hijr [15] :36) (Q.S. Shaad [38] :79)
Namun Iblish menolak
untuk menjadikan Allah sebagai Malik (penguasa) dan ilah, sebagai
satu-satunya yang berhak ditunduki dan ditaati.
Demikian pula
Iblish ketika terjerumus dalam kesalahan ia enggan untuk bertaubat
bahkan mengambil sikap fatalis dan dendam, yaitu justru ingin mengajak
manusia untuk sama-sama sesat dengan dirinya.
Iblis berkata: “Ya
Rabbi, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (Q.S. Al-Hijr [15] :39)
Maka kalimat istighfar dan taubat adalah sesuatu yang lebih dibenci
oleh Iblish ketimbang kalimat subhanallah dan alhamdulillahi rabbil
‘alamiin, karena dengan taubat itu membuat apa yang telah dicapai iblish
dan bala tentaranya menjadi sia-sia
TAUBAT WAJIB BAGI YANG BERSALAH
Taubat adalah perkara wajib dilakukan bagi orang yang bersalah atau
berdosa. Tak ada kata percuma, walaupun diterima atau tidaknya taubat
bergantung pada Allah saja.
Dan (juga) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka (fastaghfaru
lii dzunubihim) dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa (maa yughfir
dzunuuba) selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S. Ali-Imran [3] : 135)
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri
kemudian beristighfar pada Allah niscaya ia akan mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. An Nisaa [4]:110)
TAUBAT WAJIB TIDAK HANYA BAGI YANG BERSALAH
Kebanyakan dari kita menganggap bahwa istighfar dan taubat itu baru
dilakukan jika kita melakuakn kesalahan. Sedangkan tidak banyak yang
memahami bahwa istigfar dan taubat itu adalah sebuah kewajiban seorang
muslim yang harus rutin kita lakukan terlepas kita merasa melakukan
kesalahan atau tidak.
Allah memerintahkan bertaubat tidak hanya
kepada orang yang bersalah, bahkan Allah memerintahkan bertaubat kepada
orang yang beriman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha” (Q.S. At Tahrim [66] : 8)
Istighfar dan taubat tidak perlu menunggu sampai kita merasa ada
melakukan kesalahan atau dosa. Karena setiap manusia tidak akan terlepas
dari dosa. Kalaupun ia merasa tidak melakukan dosa besar dan merasa
selalu taat menjalankan perintah Allah, namun mungkin saja betapa banyak
kesalahan yang tidak kita sadari.
Tidak ada doa mereka selain
ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan
kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian
kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (Q.S. Ali-Imran [3] :
147)
Perhatikanlah bagaimana kita diajarkan untuk beristighfar
hanya untuk dosa-dosa atau kesalahan yang mungkin kita tidak ketahui
seperti sikap yang berlebihan
Al-Ghazali berkata : Rasulullah
selalu meningkatkan derajat beliau. Dan setiap kali beliau menaiki suatu
derajat maka beliau akan melihat derajat yang lebih rendah sebelumnya
itu sebagai sebuah kekurangan dan beliau akan beristighfar atas derajat
yang lebih rendah itu (Ihya Ulumuddiin)
TAUBAT SEBAGAI BENTUK RASA SYUKUR
Seorang yang dijamin surga dan terbebas dari dosa, seperti Rasulullah
s.a.w pun melakukan istighfar dan taubat setiap hari. Hal itu sebagai
bentuk rasa syukur atas segala kenikmatan yang dianugerahkan Allah
kepada dirinya.
Ya Allah ampunilah kesalahanku, kejahilanku,
tingkah berlebihan dalam perkaraku serta apayang Engkau lebih tahu
dariku. Ya Allah ampunilah keseriusan dan sikap humorku, ketidak
sengajaan dan kesengajaanku, dan seluruh perbuatan seperti itu yang ada
padaku. Ya Allah ampunilah apa yang aku dahulukan dan apa yan aku
akhirkan serta pa yang kusembunyikan dan apa yang kuberitahukan, dan
Engkau adalah yang memajukan dan Engkau pula yang memundurkan, dan
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu (H.R. Bukhari Muslim)
Qadhi
Iyadh berkata : Doa beliau yang menyatakan Wahai Rabbku ampunilah
dosaku dan ampunilah atas apa yang telah aku dahuolukan dan apa yang
telah aku tunda. Hal ini sebagai sebuah ungkapan dari sikap ketawadhuan,
ketundukan, merendahkan diri dan sebagai bentuk syukur kepada Rabbnya,
karena sebenarnya beliau tahu Allah SWT telah mengampuninya (Fathul
Bari)
Jadi kita lihat di sini bahwa Istigfar dan taubat tidak
hanya ketika melakukan kesalahan melainkan sesuatu yang rutin sebagai
bentuk ketawadhuan, ketundukan dan rasa syukur kepada Allah SWT.
TAUBAT SEBAGAI BENTUK KETUNDUKAN
Andaikan benar diri kita ini bersih dari kesalahan, maka istighfar dan
taubat itu dilakukan semata karena memenuhi perintah Allah dan RasulNya.
Rasulullah SAW bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggamanNya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT
akan menghapuskan kalian dari muka bumi dan mendatangkan makhluk lain
yang melakukan dosa kemudian minta ampunan kepada Allah (H.R. Muslim dan
Ahmad)
Wallahua’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar