Setiap
bentuk yang kau lihat memiliki muasal dalam dunia Ilahiah, yang tiada
bertempat. Jika bentuk berlalu, seandainya tiada akibat, karena
muasalnya. Janganlah berdukan kalau-kalau setiap bentuk yang kau lihat,
setiap perkataan mistis yang telah kau dengar telah berlalu, karena
tidaklah demikian. Karena sumber asli tak kunjung lekang, salurannya
selalu memancarkan air. Sebab tak pernah berhenti,
mengapa harus kau keluhkan? Anggaplah ruh sebagai sebuah sumber dan
makhluk-makhluk ini sebagai sunga-sungai: sepanjang sumber abadi,
sungai-sungai mengalir darinya. Lepaskan kekecewaan dari pikiranmu dan
tetaplah minum dari anak sungai. Jangan takut bahwa air sungai akan
berhenti mengalir, karena air ini tak terbatas.
Dan ketika kau masuk
ke dunia makhluk-makhluk ciptaan, sebuah tangga telah dipersiapkan
untukmu, agar kau mendakinya. Awalnya kau barang mati, kemudian kau
menjadi tetumbuhan, setelah itu kau berubah menjadi hewan, mengapa ini
tersembunyi darimu? Akhirnya kau menjadi manusia, yang memiliki ilmu,
kecerdasan dan keyakinan. Lihat bagaimana tubuh ini telah menjadi
sempurna, yang awalnya sebuah atom dari tumpukan debu. Ketika kau telah
melakukan perjalananmu dari manusia, tanpa bertanya kau akan menjadi
seorang malaikat. Kemudian kau akan selesai dengan dunia ini dan
tempatmu adalah di langit-langit. Kau pun berubah dari malaikat:
masuklah ke kedalaman yang besar: agar satu tetes, yakni dirimu sendiri,
bisa menjadi lautan yang akan menggenggam ratusan lautan ‘Uman.
Lepaskan penyekutuan diri, katakan, “Tuhan adalah Esa” dengan sepenuh
kalbu dan jiwa. Jika tubuhmu telah menjadi tua, mengapa berduka ketika
ruhmu tetap muda?
Oleh cinta, yang pahit menjadi manis, tembaga
beralih jadi emas. Oleh cinta, yang keruh jadi jernih. Oleh cinta,
derita terlepas. Oleh cinta, yang mati jadi hidup. Oleh cinta, raja
beralih jadi budak. Cintalah buah pengetahuan: kapan duduk dengan bodoh
di atas tahta seperti ini? Keyakinan adalah cinta yang terpisah dari
semua agama: bagi pecinta keyakinan dan agama adalah Tuhan. Oh ruh,
dalam berjuang dan mencari, jadilah seperti air yang mengalir. Oh akal,
siaplah sepanjang masa untuk menyerahkan kefanaan demi keabadian.
Ingatlah Tuhan selalu, bahwa keakuan harus dilupakan, agar dirimu
diperlihatkan dalam Dia Yang kepada-Nya kau berdoa, tanpa peduli pada
siapa yang berdoa, atau doa itu.
Setiap saat suara cinta
berkumandang dari kiri ke kanan; kami sedang melakukan perjalanan di
atas jalan kami menuju langit, yang penuh harap untuk memandang apa pun
di jalan itu? Seketika rumah kami berada di langit, di sana kami
berkerumun dengan para malaikat. Ayo, kembali ke kediaman itu, oh Tuhan,
karena itulah tempat tinggal kami. Kami berada di atas langit-langit
dan lebih besar dari malaikat-malaikat; mengapa kami tidak berada di
atas keduanya? Perjalanan kami adalah penglihatan keagungan Tuhan. Dari
mana dunia kefanaan, dari mana permata tulen? Meskipun kami telah
melintasinya, biarkan kami cepat-cepat kembali, karena tempat apakah
ini? Kekayaan anak muda yang baik adalah sarana kekuatan kami,
memasrahkan hidup kami adalah urusan kami. Gelombang “Tidakkah Aku
Tuhanmu?” muncul dan menghancurkan saluran tubuh. Ketika saluran lebur
lagi, di situlah kesempatan untuk mencapai kesatuan. Makhluk hidup
seperti burung-burung air, dilahirkan dari lautan ruh: mengapa harus
seekor burung yang lahir dari lautan membangun kediamannya di tempat
ini? Tetapi kami adalah batu-batu permata di kedalaman laut ini, kami
semua memiliki tempat di sini: kalau tidak mengapa harus gelombang demi
gelombang muncul dari lautan ruh? Ini kesempatan bagi kami untuk
mencapai kesatuan, waktunya tiba untuk meraih keindahan keabadian,
waktunya untuk makin mendekat dan menerima berkah-berkah, inilah lautan
kemurnian yang sempurna. Gelombang berkah telah muncul, Singgasana Tuhan
telah terbit dari laut, fajar kebahagiaan telah menyingsing: Inikah
sang fajar? Bukan, cahaya Tuhan. Cahaya Tuhan memancarkan sinarnya ke
cahaya indera: itulah makna Cahaya atas Cahaya. Cahaya inderawi menarik
kita menuju bumi: Cahaya Tuhan menarik ke atas langit.
Oh para
pecinta, waktunya telah tiba untuk lepas dari dunia. Genderang
berkumandang di telinga ruhku, yang menyerukan kita untuk melakukan
perjalanan. Tataplah, penunggang unta itu telah bertindak sendiri
menyiapkan unta-untanya dan menginginkan kita memulai perjalanan.
Mengapa kau masih terlelap, oh para pegembara? Suara-suara yang kita
dengar ini dari depan dan belakang mengisyaratkan perjalanan, sebab
mereka adalah bel-bel unta. Setiap saat berlalu, sebuah jiwa berlalu
dari kehidupan dan mulai beranjak menuju dunia Ilahi. Dari sini
bintang-gemintang yang berkilauan dan dari sini tirai-tirai biru langit,
mendatangi orang-orang yang menakjubkan, agar ketakjuban misteri
terungkap. Dari sini bulatan-bulatan yang berevolusi mendatangkan kantuk
yang berat kepadamu. Berhati-hatilah dengan kehidupan dunia yang
sementara, perhatikanlah kantuk yang berat ini. Oh kalbu, berangkatlah
menuju Sang Kekasih. Oh teman, pergilah ke Sahabatmu. Wahai penjaga,
terjagalah, karena tidur tidak menjadikanmu seorang penjaga.(Tuan guru
maulana jalaluddin rumi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar