..
Saya bisa memahami perasaan orang-orang yang menentang tarekat, karena
saya juga awalnya adalah orang yang sangat menentang tarekat, menentang
dengan segudang dalil. Rasanya belum puas kalau belum menyampaikan
dakwah kepada pengamal tarekat yang menurut saya adalah orang-orang
bid’ah yang melakukan ibadah diluar apa yang telah ditetapkan Allah dan
Rasul-Nya. Sikap menentang itu berubah
total setelah saya bertahun-tahun berguru kepada Masternya Tarekat,
berguru kepada Guru Mursyid yang benar-benar ahli di bidang tarekat dan
tasawuf, akhirnya saya menyadari betapa saya merasa pandai dan ahli
padahal saya tidak memahami sama sekali tentang tarekat. Saya mendapat
informasi tarekat dari orang-orang yang membenci tarekat, buku-buku yang
memang dibuat agar tarekat dibenci oleh seluruh ummat Islam.
Tahun
2008 dan 2009 adalah tahun dimana saya begitu rajin memposting hal-hal
yang berhubungan dengan tarekat baik tulisan sendiri maupun kutipan
dari karya orang lain dan juga copy paste dari blog atau web lain.
Dengan memposting info tentang tasawuf memberikan saya semangat dalam
berguru, memperluas persahabatan dengan orang-orang yang mempunyai
pemahanan yang sama.
Dikalangan pengamal tarekat sendiri tidak
kurang kritik ditujukan kepada sufimuda. Sebagian menentang karena
menganggap sufimuda dengan terang-terangan membuka hakikat yang selama
ini menjadi rahasia dan dikawatirkan akan menimbulkan fitnah. Di
kawatirkan orang awam yang salah mengartikan kata-kata hakikat dan akan
menjadi senjata makan tuan. Lalu pertanyaan yang harus dijawab adalah
apa sebenarnya hakikat? Apakah yang disampaikan lewat tulisan itu masih
disebut hakikat atau itu hanya tulisan yang tidak ada hubungan sama
sekali dengan hakikat.
Sebenarnya tidak ada larangan dalam Agama
untuk menyampaikan sebuah ilmu asal cara menyampaikan bisa dimengerti
oleh si penerima. Rasulullah saw memberikan nasehat, “Sampaikan sesuatu
menurut kadar si penerima”. Sebenarnya apa yang saya tulis (saat ini
sudah 300 tulisan) di sufimuda bukanlah hakikat apalagi makrifat. Saya
hanya menulis sesuatu yang memang boleh di tulis dan disebarkan. Apa
yang ditulis di dalam kitab-kitab tasawuf klasik jauh lebih mendalam dan
berani bahkan akan dianggap aneh oleh orang-orang yang tidak pernah
mendalami tasawuf sama sekali.
Setiap Guru Sufi memberikan aturan
dan larangan yang berbeda kepada muridnya. Syekh Bahauddin Naqsyabandi
semasa Beliau hidup melarang para murid untuk mencatat ucapan dan
nasehat Beliau termasuk melarang murid-murid Beliau menulis riwayat
hidup dan sejarah berguru Beliau. Beliau beranggapan biarlah
ajaran-ajaran Beliau itu tersimpan di hati para murid dan kemudian
diteruskan dihati kegenarasi selanjutnya tanpa dirusak oleh tulisan yang
kadang kala berbeda dengan makna sebenarnya. Berbeda dengan Syekh Abdul
Qadir Jailani, seluruh ucapan dan petuah Beliau secara harian ditulis
oleh para murid dan kemudian dibukukan dengan tujuan agar apa yang
beliau sampaikan bisa diterima oleh orang-orang yang tidak pernah
berjumpa dengan Beliau. Kedua prinsip Syekh Besar tersebut menjadi dalil
dan alasan yang sama-sama benar.
Guru saya melarang para muridnya
menulis tentang kaji-kaji dalam tarekat mulai dari kaji dasar sampai
dengan khalifah. Kenapa? Karena di kawatirkan dibaca oleh orang awam dan
mempraktekkan tanpa Guru Mursyid yang membuat orang akan tersesat
karena setan akan sangat mudah menyusup di setiap amalan yang di amalkan
tanpa izin. Sementara Syekh lain termasuk Syekh Jalaluddin dengan
terang-terangan menulis seluruh kaji dalam suluk dari Ismu Dzat sampai
dengan Dzikir Tahlil dan beberapa kitab lain termasuk bahan referensi di
Universitas menulis semua kaji-kaji dan amalan di dalam Tarekat. Syekh
Muhammmad Amin Al-Kurdi dalam kitabnya Tanwir al-Qulub fi Mu’amalah
‘Allam al-Ghuyub yang menjadi rujukan para pengamal Tarekat di seluruh
dunia membahas secara luas tentang hadap dan tata cara suluk tetapi
disana tidak ditulis jenis-jenis amalan karena di kawatirkan akan
diamalkan oleh orang yang tidak memiliki Mursyid.
Apa yang dialami
oleh orang-orang yang telah tenggelam dalam Hakikat akan menjadi rahasia
sepanjang hidupnya dan tetap akan menjadi rahasia selamanya sebab kalau
diungkapkan maka itu bukan lagi sebuah rahasia. Menariknya ilmu hakikat
adalah walaupun diungkapkan secara terang-terangan maka itu tetap
menjadi sebuah rahasia bagi orang yang belum mencapai kesana. Al-Qur’an
mengungkapkan secara terang-terangan bahkan sangat jelas membahas
tentang hakikat Tuhan, tapi apakah semua orang yang membaca Al-Qur’an
mencapai tahap makrifat? Jawabannya tidak karena Ayat-ayat Al-Qur’an
penuh dengan symbol yang hanya bisa dimengerti oleh orang yang telah
terbuka hijabnya.
Begitu terang-terangan Rasulullah SAW lewat hadist
Beliau menjelaskan tentang hakikat, bahkan sangat terang, tapi karena
umumnya yang membaca tidak terbuka hijab, ucapan Nabi yang demikian
terbuka malah ditasfirkan secara keliru oleh akal manusia yang memang
tidak sampai pemahaman disana akhirnya rahasia tersebut tetap menjadi
rahasia.
Beberapa ucapan sahabat yang menggambarkan betapa
rahasianya Ilmu Hakikat itu antara lain ucapan Abu Hurairah, “…Apabila
aku ceritakan niscaya Halal darahku”, apabila hakikat itu diceritakan
dengan bahasa salah maka nyawa sebagai taruhan. Atau ucapan saidina
Husaen ra, “Apabila aku jelaskan hakikat itu kepada kalian niscaya
kalian akan menuduh aku sebagai penyembah berhala”. Orang yang telah
mencapai kaji disana akan tersenyum membaca ucapan dari saidina Husein,
dan andai hakikat itu dibuka di zaman sekarang pasti orang akan menuduh
yang sama yaitu dianggap orang yang mengamalkan hakikat itu sebagai
penyembah berhala.
Sungguh luar biasa Allah melindungi ilmu-ilmu
berharga tersebut demikian rahasianya, ditempatkan di dalam qalbu para
hamba-Nya sehingga tidak seorangpun bisa mengambilnya. Allah telah
melindungi ilmu-ilmu berharga tersebut dengan hijab (penghalang) cahaya
sehingga manusia tidak akan melihat karena begitu terangnya cahaya
tersebut. Rahasia itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang telah
bermandikan cahaya, larut dalam Dzat-Nya sehingga apa yang menjadi
rahasia tidak lagi menjadi rahasia.
Apa yang saya sampaikan disini
bukanlah hakikat, tapi tulisan-tulisan untuk memberikan semangat kepada
kita semua untuk mencari kebenaran, mencari pembimbing yang menuntun dan
membimbing kita semua kepada Allah. Dengan mendapat bimbingan kepada
Allah sehingga kita tidak lagi tersesat dibelantara jalan tanpa arah dan
dengan tenang kembali kepada asal kita masing-masing.
Rahasia
tetaplah rahasia dan tetap akan menjadi rahasia sepanjang masa kecuali
orang-orang yang telah berada dalam rahasia tersebut. Rahasia tersebut
hanya bisa terbuka lewat Qalbu kepada Qalbu, ditransfer dengan teknik
khusus yang diajarkan Rasulullah saw kepada para sahabat dan dari para
sahabat kepada sekalian Guru Mursyid sampai saat sekarang ini. Rahasia
itu tidak akan pernah bisa ditembus kecuali oleh orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah SWT. Semoga Allah yang Maha Pemurah selalu berkenan
membuka hijab-Nya sehingga kita bisa memandang keindahan wajah-Nya dari
dunia sampai akhirat., Amin ya Rabbal ‘Alamin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar