·
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha meriwayatkan sebuah hadits tentang shalat
sunnah rawatib sebelum (qabliyah) shubuh, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, beliau bersabda, “Dua raka’at sebelum shubuh lebih baik dari
dunia dan seisinya“. Dalam riwayat yang lain, “Dua raka’at sebelum
shubuh lebih aku cintai daripada dunia seisinya.” (HR. Muslim no. 725).
· Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu dia berkata:
“Aku
menghafal sesuatu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berupa
shalat sunnat sepuluh raka’at yaitu; dua raka’at sebelum shalat dzuhur,
dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah shalat maghrib di rumah
beliau, dua raka’at sesudah shalat isya’ di rumah beliau, dan dua
raka’at sebelum shalat subuh.” (HR. Al-Bukhari no. 937, 1165, 1173, 1180
dan Muslim no. 729).
Dalam sebuah riwayat keduanya, “Dua raka’at setelah jum’at.”
Dalam riwayat Muslim, “Adapun pada shalat maghrib, isya, dan jum’at, maka Nabi saw mengerjakan shalat sunnahnya di rumah.”
·
Ummu Habibah radiyallaahu ‘anha meriwayatkan sebuah hadits tentang
keutamaan shalat sunnah rawatib, dia berkata: saya mendengar Rasulullaah
shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat dua
belas raka’at pada siang dan malam, maka akan dibangunkan baginya rumah
di surga“.
Ummu Habibah berkata: saya tidak pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib semenjak mendengar hadits tersebut.
‘Anbasah berkata: Maka saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari Ummu Habibah.
‘Amru bin Aus berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar hadits tersebut dari ‘Ansabah.
An-Nu’am
bin Salim berkata: Saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengar
hadits tersebut dari ‘Amru bin Aus. (HR. Muslim no. 728).
·
Hadits Ummu Habibah di atas menjelaskan bahwa jumlah shalat rawatib ada
12 raka’at dan penjelasan hadits 12 raka’at ini diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi dan An-Nasa’i, dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata:
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang
tidak meninggalkan dua belas (12) raka’at pada shalat sunnah rawatib,
maka Allaah akan bangunkan baginya rumah di surga, (yaitu): empat
raka’at sebelum dzuhur, dan dua raka’at sesudahnya, dan dua raka’at
sesudah maghrib, dan dua raka’at sesudah ‘isya, dan dua raka’at sebelum
subuh“. (HR. At-Tirmidzino. 414, An-Nasa’i no. 1794).
·
Dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhu dia berkata: "Aku shalat bersama
Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dua raka’at sebelum dzuhur
dan dua raka’at sesudahnya, dua raka’at sesudah Jum’at, dua raka’at
sesudah Maghrib dan dua raka’at sesudah Isya." (Muttafaq ‘alaih).
·
Ummu Habibah radhiyallaahu ‘anha meriwayatkan tentang keutamaan rawatib
dzuhur, dia berkata: saya mendengar Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjaga (shalat) empat raka’at
sebelum dzuhur dan empat raka’at sesudahnya, Allaah haramkan baginya api
neraka“. (HR. Ahmad 6/325, Abu Dawud no. 1269, At-Tirmidzi no. 428,
An-Nasa’i no. 1814, Ibnu Majah no. 1160).
· Dari Ibnu
Umar radhiyallaahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: "Semoga Allaah memberi rahmat bagi orang yang shalat empat
raka’at sebelum Ashar." (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan,
hadits ini hasan).
· Dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu berkata, Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila seseorang di antara kalian mengerjakan shalat Jum’at, maka
shalatlah sesudahnya empat rakaat“. (HR. Muslim no. 881).
Mengenai dua rakaat sebelum maghrib dan sebelum isya, maka dia tetap disunnahkan dengan dalil umum:
· Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata: Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Di
antara setiap dua adzan (azan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah).”
Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau
bersabda,“ Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya.” (HR. Al-Bukhari no.
588 dan Muslim no. 1384).
· Dari Ibnu ‘Abbas ra dia berkata:
“Orang-orang
yang diridhai mempersaksikan kepadaku dan di antara mereka yang paling
aku ridhai adalah ‘Umar, (mereka semua mengatakan) bahwa Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang shalat setelah Shubuh hingga
matahari terbit, dan setelah ‘Ashar sampai matahari terbenam.” (HR. Al-Bukhari no. 547 dan Muslim no. 1367).
Surat yang Dibaca pada Shalat Rawatib:
Qabliyah Subuh
·
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, “Bahwasanya Rasulullaah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada shalat sunnah sebelum subuh membaca
surat Al Kaafirun dan surat Al Ikhlas.” (HR. Muslim no. 726).
·
Dan dari Sa’id bin Yasar, bahwasannya Ibnu Abbas ra mengkhabarkan
kepadanya: “Sesungguhnya Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada
shalat sunnah sebelum subuh diraka’at pertamanya membaca: QS.
Al-Baqarah:136, dan diraka’at keduanya membaca: QS. Aali Imraan:52. (HR.
Muslim no. 727).
Ba’diyah Maghrib
· Dari
Ibnu Mas’ud radiyallahu ‘anhu, dia berkata: Saya sering mendengar
Rasulullaah shallalllaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau membaca surat
pada shalat sunnah sesudah maghrib:” surat Al Kafirun dan surat Al
Ikhlas. (HR. At-Tirmidzi no. 431, Ibnu Majah no. 1166).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar