SYARI'AH
Syari'at
adalah sebuah ketetapan agama (hukum agama) untuk kebaikan para manusia
dan jin yang dirsusun sedemikian rupa oleh Allah SWT.
Setiap agama memiliki syari'at, dan dalam Islam Al-Qur'an dan Hadits-lah merupakan bentuk syari'at.
THARIQAH
Thariqah telah dibahasa Indonesiakan menjadi tarikat yg berasal dari bahasa Arab thariqah (jamaknya tharaiq) yg berarti :
1. Jalan atau petunjuk jalan atau cara
2. Metode, system (al-uslub)
3. Mazhab, aliran, haluan (al-mazhab)
4. Keadaan (al-halah)
5. Tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amudal-mizalah).
Thariqah dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Thariqah 'Aam :
Adalah
melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu
melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan
anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas
pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus.
2. Thariqah Khas :
Yaitu melaksanakan hukum Syari'at Islam melalui bimbingan dzahir dan bathin dari seorang Guru/Syeikh/Mursyid/Muqaddam.
Bimbingan
dzahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan
cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan bathin adalah tarbiyah
rohani dari sang Guru/Syeikh/Mursyid/Muqaddam dengan izin bai'at khusus
yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah SAW.
Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqahal-Sufiyah (Thariqah al-Auliya').
Thariqah
Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada
Rasulullah SAW itu berjumlah 360 Thariqah. Dalamriwayat lain mengatakan
313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh
Nahdlatul Ulama' berjumlah 44 Thariqah, yang dikenal dengan Thariqah Al
Mu'tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah
Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah, berikut ini adalah
nama-namanya :
Umariyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah
,Rifaiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Maulawiyah, Kubrawiyyah, Sahrowardiyah,
Khalwatiyah, Jalwatiyah, Bakdasiyah, Ghazaliyah, Rumiyah, Sa’diyah,
Jusfiyyah, Sa’baniyyah, Kalsaniyyah, Hamzaniyyah, Bairumiyah,
Usysyaqiyyah, Bakriyah, Drusiyah, Utsmaniyah, 'Alawiyah, 'Abbasiyah,
Zainiyah, Isawiyah, Buhuriyyah, Haddadiyah, Ghaibiyyah, Khodiriyah,
Syathariyah, Bayumiyyah, Malamiyyah, Uwaisiyyah, Idrisiyah, Akabirul
Auliya', Subbuliyyah, Matbuliyyah, Tuaniyyah, Sammaniyah.
HAQIQAH
Haqiqat
adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya gemerlapan
dari Ma’rifatullah yang penuh harapan. Untukmenempuh jalan menuju
akhirat, maka haqiqat adalah tonggak terakhir. Dalam haqiqat itulah
manusia dapat menemukan ma'rifatullah.
Kebanyakan manusia beribadah
bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya hajat duniawi yang
ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya, yaitu
mereka yang mempunyai hajat ukhraw i(pahala akhirat) dengan kesenangan
surgawi yang kekal.
Sedangkan golongan Muhaqqiqqin tidak seperti itu,
mereka beribadah dengan niat hanya karena Allah SWT. Sebagai hamba yang
baikmereka senantiasa dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada
harapan akan pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan
keridhaan Allah SWT.
Maka mereka inilah adalah sebaik-baiknya hamba di mataAllah SWT.
Mereka
adalah hamba-hamba di bumi yang seakan-akan mereka penghuni surga dalam
surga mereka, keyakinan dan cahaya-cahayanya berkilau dalam wajah
mereka, mereka bersabar dalam hari-hari yang pendek (didunia) demi
kesenangan yang panjang (di akhirat). Adapun di malam hari, mereka
berdiri melaksanakan shalat malam.
Air mata bercucuran di pipi
mereka. Mereka berdo'a dengan sepenuh hati kepada Allah SWT. Mulut dan
hati mereka telah merasakan manisnya bermunajat kepada Allah SWT.
MA'RIFAH
Ma'rifah, adalah tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Para
hamba yang sering disebut dengan sebutan 'Arifîn ini dalam ibadahnya
mempunyai tujuan yang lebih tinggi lagi. Mereka tidak lagi hanya
menginginkan bentuk segala sifat kasih-Nya yang mencakup rahmat-Nya,
ridho-Nya dan lain-lain, akan tetapi mereka juga menginginkan kedudukan
yang terdekat dengan Al-Khaliq. Yakni sebagi seorang hamba yang mendapat
cinta-Nya.
Ma'rifah itu bukanlah pengetahuan yang menyifati
Allah secara aqliyah, akan tetapi merupakan pengetahuan hakiki tentang
Allah, yang hanya terdapat pada kaum sufi. Karena mereka sanggup melihat
Allah SWT dengan hati mereka yang telah diberikan anugerah pemberian
ma'rifah, sehingga hatinya penuh dengan cahaya.
Alat untuk memperoleh ma'rifah oleh kaum sufi disebut sirr.
Sirr lebih halus dari ruh, dan ruh lebih halus dari qalb yang merupakan alat untuk merasa dan berfikir.
Qalb
berbeda dengan 'aql, karena ‘aql tidak dapat memperoleh pengetahuan
yang sebenarnya tentang Allah SWT, sedangkan qalb mampu mengetahui
hakikat dari segala yang ada, bahkan jika dilimpahi Nur Ilahiyah, maka
qalb dapat mengetahui rahasia-rahasia Allah SWT.
Hakikat kema'rifahan pada tahap musyahadah (penyaksian), dan ru'yah (melihat) dengan segenap nurani (sirr).
la
melihat untuk mencapai ma'rifah, dan hakikat ma'rifah berada dalam
badan mereka, lalu Allah SWT menyingkap sebagian tabir penutup. Kemudian
diperlihatkan pada mereka Cahaya Zat dan Sifat-sifat-Nya dari balik
tabir itu, agar mereka melihat-Nya.Tabir tidak disingkap secara
keseluruhan, supaya mereka tidak terbakar.
Penampakan keagungan-Nya akan melahirkan perasaan takut (khawf), dan rasa kewibawaan (haybah).
Penampakan kebajikan (al-husn) dan keindahan (al-jamat) tentu akan melahirkan kerinduan (asy-syawq).
Sementara penampakan sifat-sifat-Nya akan melahirkan kecintaan.
Dan penampakan Zat, melahirkan ke-tauhid-an.
Sebagian ahli ma'rifah berkata :
"Demi
Allah SWT, seseorang tidak akan menggapai apa pun dari dunia melainkan
Allah SWT akan membutakan hatinya, dan semua amalannya akan sia-sia.
Sesungguhnya Allah SWT menciptakan dunia sebagai kegelapan, dan
menjadikan matahari sebagai cahayanya. Dan Allah SWT juga menjadikan
hati dalam kegelapan, cahaya ma'rifah-lah yang akan menyinarinya.
Tatkala mendung menjelang, maka sirnalah cahaya matahari dari bumi. Dan
ketika cinta dunia hadir dalam hati seorang hamba maka cahaya ma'rifah
pun akan menyingkir darinya."
"Matahari yang menerangi hati
seorang ahli ma'rifah lebih cemerlang dan bercahaya dibandingkan dengan
cahaya matahari yang sesungguhnya. Karena matahari pada sore hari harus
tenggelam, sementara cahaya ahli ma'rifah tidak akan pernah tenggelam
meskipun malam tiba".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar