Jalan Sufi Seorang Uwaisi
Pencari pengetahuan dan gnosis (makrifat)
harus mengikuti jalan di bawah bimbingan seorang guru, sampai datang
suatu saat di mana ia harus dibiarkan sendiri. Guru itu ibarat tongkat
yang tidak perlu digunakan lagi setelah si pencari dapat berjalan
sendiri. Saat itu tiba bila si murid tidak lagi memerlukan guru
jasmaniah karena kini ia telah terisi langsung ke dalam sumber kekuatan
sejati.
Apabila seseorang mengatakan bahwa ia memerlukan guru lahiriah
sepanjang hidupnya, maka ia telah salah membatasi ukuran sebenarnya
dari potensi manusia dan kerahiman Ilahi. Jika seseorang mengatakan
bahwa ia sama sekali tidak memerlukan seorang guru maka ia sombong
(takabbur) dan angkuh dan akan hidup di bawah kezaliman nafsu yang
rendah. Namun, bagi setiap aturan ada kekecualian. Kekecualian tersebut
dalam kasus orang yang tidak memerlukan guru lahiriah, atau yang tidak
kelihatan memiliki guru jasmaniah yang nyata, untuk mengarahkan dan
membimbingya. Dalam tradisi sufi, orang semacam itu disebut uwaisi.
Istilah uwaisi berasal dari nama seorang lelaki, Uwais al-Qarni, yang
tinggal di Yaman di masa Nabi Muhammad SAW. Walaupun ia belum pernah
bertemu secara fisik dengan Nabi, namun ia telah melihat beliau dalam
mimpi-mimpinya. Kabarnya Nabi SAW menyebutkan wali besar ini dengan
mengatakan, "Nafas Yang Maha Pengasih datang kepada saya dari Yaman."
Ketika orang mengetahui tentang tingkat spiritualnya, Uwais berusaha
menyembunyikan diri di balik kehidupan biasa seorang gembala unta dan
kambing, dan khalwat menjadi jalan hidupnya. Ketika ia ditanyai tentang
hal ini, ia berkata, "mendoakan manusia dalam ketidakhadiran orang yang
didoakan adalah lebih baik daripada mengunjunginya, karena aspek-aspek
ego mereka, seperti pakaian atau citra diri, dapat mengalihkan perhatian
saya." Ia juga biasa mengatakan, "Menyuruh orang berbuat baik tidak
menyampaikan saya pada seorang sahabat," dan "Saya memohon kepada setiap
orang yang lapar untuk memaafkan saya, karena saya tak mempunyai
apa-apa dalam dunia ini selain apa yang ada dalam perut saya."
Bagi
kaum sufi yang belakangan, Uwais menjadi prototipe orang sufi yang
bersemangat yang tidak memihakkan dirinya kepada suatu tarekat sufi.
Para sufi semacam itu menerima inisiasi atau cahaya mereka langsung dari
cahaya (nur) Nabi, tanpa kehadiran secara fisik atau bimbingan dari
seseorang guru spiritual yang hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar