Nasehat Ibnu Athailah tentang Dzikrullah
“Jangan engkau tinggalkan
zikir kepada Allah, sebab lalaimu terhadap Allah tanpa adanya zikir
adalah lebih berbahaya daripada lalaimu kepada Allah dengan masih
tertinggal zikir di hatinya. Mudah-mudahan Allah mengingat kamu untuk
berzikir dari suka melalaikan kepada sadar melaksanakan zikir. Dari
zikir yang sadar meniadi zikir yang penuh kehadiran hati. Dari zikir
dengan hadimya hati kepada zikir yang masuk kepada kegaiban. Tidaklah ada kesukaran bagi Allah tentang hal-hal seperti itu.”
.Zikir itu sebenarnya tidak hanya dengan lisan. Setiap perilaku,
tindakan untuk mengingatAllah boleh disebut zikir. Ada zikir dengan
hati, ada dengan lisan, ada dengan pikiran dan ada dengan perbualgn.
Boleh zikir dengan berjalan, dengan duduk, dengan bekerja, dengan
berbaring, atau zikir dengan tegak, duduk, dan beberapa cara
sehrnatidakbertentangan dengan sunah Nabi Muhammad Saw. Dijelaskan hal
ini dalam surat Ali Imran ayat 191,
Zikir adalah jalan menuju Allah
yang rahman, untuk mendalami wujud- Nya dengan mengingat dan menyebut
sifat-sifat-Nya. Zikir dengan bermacam-macam cara, menghendaki agar
zikir itu dilakukan dengan kehendak yang kuat, untuk mencari kekuatan
yang dapat memberi ketenangan bagi manusia. Atau dapat menjadi’obat dan
penawar bagi kesejukan hati sanubari. Allah Ta’ala menyebut zikir ini
dalam Al Qur’an,
Ingat kepada Allah dengan sungguh-sungguh dengan
konsentrasi jiwa dan hati, akan membentuk manusia yang tenang, dan hamba
Allah yang istiqamah, dengan hidup yang tertempa, serta banyak lagi
fadilah zikir yang akan diperoleh dan dirasakan oleh hamba yang suka
berzikir (mengingat terus menerus). Maqam tertinggi yang diperoleh oleh
hamba yang berzikir, adalah zikir yang hidup dengan sendirinya di dalam
dirinya, yang sudah menjadi satu di sekujur anggota badannya. Setiap
gerakannya adalah zikir, setiap ucapannya adalah zikir, senyum dan
kerdipan mata, naikf turunnya napas adalah zikir. Antara Allah Ta’ala
dengan hamba-Nya yang berzikir tidak ada batasnya, tidak dibatasi waktu,
masa, jarak, antara si hamba dengan Allah Jalla Jalaluh.
Dalam suatu hadis Qudsi, Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya yang berzikir:
Ibnu Abbas ra. berkata,
Abu Qasim Al Qusairy mengingatkan,
Dalam salah satu hadits Qudsi disebutkan,
Zikir itu berjalan sepanjang masa tanpa batas wakfu atau halangan, sebab ia diperbolehkan pada semua waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar