ORANG ZUHUD itu mempunyai 3 Syarat :
1. Sedikit sekali menggemari dunia,
sederhana dalam menggunakan segala
miliknya, menerima apa yang ada, juga
tidak merisaukan segala sesuatu yang
tidak ada, akan tetapi giat dalam bekerja,
kerana bekerja adalah mencari rezeki,
sedangkan mencari rezeki, suatu
kewajiban.
2. Pujian dan celaan adalah hal yang sama,
tidak bergembira bila mendapat pujian,
juga tidak bersedih jika mendapat celaan
atau hinaan.
3. Mengutamakan redha Allah swt dari pada
redha manusia atau merasa tenteram
jiwanya bersama Allah swt dan merasa
bahagia sebab dapat mentaati semua
tuntutannya.
IMAM HASSAN BASRI
"Engkau harus berlaku Zuhud, sesungguhnya zuhudnya orang yang zuhud itu
lebih baik dari perhiasan yang ada pada tubuh wanita yang menawan.
IMAM SYAFI'E
“Siapa yang merasa bahawa dalam dirinya terkumpul 2 cinta, cinta dunia dan cinta kepada Penciptanya, maka ia telah berdusta.”
IMAM SYAFI'E
“Ketahuilah bahwa orang yang jujur kepada Allah swt, ia akan selamat.
Barangsiapa yang bersemangat dengan Agamanya, ia pun akan selamat dari
kerusakan, dan barangsiapa yang berlaku zuhud dengan urusan dunianya,
niscaya kelak pahala Allah swt, akan nampak indah di matanya.”
IMAM SYAFI'E
“Berlakulah zuhud dalam menjalani hidup di dunia, dan cintailah
kehidupan akhirat dan barangsiapa harum bau (badan)nya, maka
kecerdasannya akan semakin bertambah.”
IMAM SYAFI'E
“Sangat jauh jika bermaksud memaknai sehat atau kenyang tanpa mengalami
sendiri rasa sehat atau kenyang. Mengalami mabuk lebih jelas daripada
hanya mendengar tentang arti mabuk, meskipun yang mengalaminya mungkin
belum pernah mendengar teori mabuk. Maka mengetahui arti dan
syarat-syarat zuhud tidak sama dengan bersifat zuhud.”
IMAM AL GHAZALI
“Kehidupan seorang Muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali
mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap. Tahapan-tahapan
itu antara lain : Taubat, Sabar, Faqir, Zuhud, Tawakal, Cinta, Makrifat
dan Redha. Kerana itu seseorang yang mempelajari Tasawwuf wajib mendidik
jiwa dan akhlaknya. Sementara itu, hati adalah cermin yang sanggup
menangkap Makrifat. Dan kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan
jernih.
IMAM AL GHAZALI
”Tidaklah keabadian itu melainkan
dengan perjumpaan dengan Allah swt, sedangkan perjumpaan dengan Allah
swt itu adalah seperti kerdipan mata, atau lebih cepat dari itu. Di
antara ciri orang yang akan berjumpa dengan Tuhannya adalah tidak
terdapat sesuatu yang bersifat fana pada dirinya sama sekali. Sebab
keabadian dan fana adalah dua sifat yang saling bertolak belakang.”
SHEIKH ABDUL QADIR AL JILANI
”Makhluk adalah tabir penghalang bagi dirimu, dan dirimu adalah tabir
penghalang bagi Tuhanmu. Selama kamu melihat makhluk, selama itu pula
kamu tidak melihat dirimu, selama itu pula kamu tidak melihat Tuhanmu.”
SHEIKH ABDUL QADIR AL JILANI
“Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan
kurnia Allah swt. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah
kedermawanannya. Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi,
selain Allah SWT. Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu
tidak meninggikan kedudukannya di sisiku, kerana aku menganggap orang
itu hanyalah perantara saja."
IMAM QUTB IRSYAD HABIB ABDULLAH BIN ALWI AL HADDAD
“Cabutlah ketajaman dari sarung pedang tabiatmu yang membelah akar
cinta dari asalnya. Taburilah tanah dengan benih pohon-pohon kezuhudan,
hingga menghasilkan Qurb (kedekatan) kepada Allah swt, air telaga dari
celah Wishal ( Persatuan dengan Allah swt ), dan pengetahuan pada puncak
tujuan.”
[ Imam Qutb Al-Arif billah Habib Ali
bin Muhammad Al-Habsyi ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar