Kaum yang
berlebih-lebihan memuja Saidina Ali Karamallahu wajhahu. Mereka tidak
mengakui Khalifah-khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman,
Radhiyallahu’anhum.
(Kaum Syi’ah kemudian berpecah menjadi 22 aliran.)
KHAWARIJ.
Yaitu kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina 'Ali Kw. bahkan ada
di antaranya yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa
orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir.
(Kaum Khawarij kemudian berpecah menjadi 20 aliran.)
MU'TAZILAH.
Yaitu kaum yang berpaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa
manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa Tuhan tidak bisa dilihar
dengan mata dalam syurga, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar
diletakkan di antara dua tempat, dan mi’raj Nabi & Muhammad hanya
dengan ruh saja, dan lain-lain.
(Kaum Mu’tazilah berpecah menjadi 20 aliran.)
MURJI'AH.
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat ma’siyat (kedurhakaan) tidak
memberi mudharat kalau sudah beriman, sebagai keadaannya membuat
kebajikan tidak memberi manfa’at kalau kafir.
NAJARIYAH.
Yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk,
yakni dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak
ada.
(Kaum Najariyah pecah menjadi 3 aliran.)
JABARIYAH.
Kaum Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa, manusia “majbur”,
artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaba tidak sama sekali. (Kaum
ini hanya 1 aliran.)
MUSYABBIHAH.
Kaum Musyabbihah, yaitu
kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia,
umpamanya bertangan, berkaki, duduk 1 di kursi, naik tangga, turun
tangga dan lain-lainnya. Kaum ini hanya 1 aliran saja.
MUJASSIMAH.
Puak Mujassimah selalu mengatakan keberadaan Allah bertempat di
langit,malah lebih teruk lagi mereka mengatakan Allah duduk diatas arasy
sebagaimana seorang raja bersemayam diatas singgahsananya malah
mengkafirkan sesiapa sahaja yang tidak mengatakan Allah duduk diatas
arasy. Ini adalah Akidah batil lagi sesat malah Imam Syafie mengatakan
kafir kepada mereka yang berkeyakinan Allah duduk diatas arasy.
AKIDAH RASULULLAH,PARA SAHABAT DAN AT TABII'.
AKIDAH IMAM SYAFI’I
Imam asy-Syafi’i Muhammad ibn Idris (w 204 H), seorang ulama salaf
terkemuka perintis madzhab Syafi’i, berkata: Sesungguhnya Allah ada
tanpa permulaan dan tanpa tempat. Kemudian Dia menciptakan tempat, dan
Dia tetap dengan sifat-sifat-Nya yang Azali sebelum Dia menciptakan
tempat tanpa tempat. Tidak boleh bagi-Nya berubah, baik pada Dzat maupun
pada sifat-sifat-Nya ” (Lihat az-Zabidi, Ithâf as-Sâdah al-Muttaqîn…,
j. 2, h.24).
AKIDAH SAHABAT SAYYIDINA ALI BIN ABI THOLIB
Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah di dalam sesuatu maka berarti
mensifati Allah bahwa Allah adalah mahdud / sesuatu yang dibatasi, maka
ia kafir. Barang siapa mensifati Allah bahwa Allah di atas sesuatu maka
berarti mensifati Allah bahwa Allah membutuhkan, maka ia kafir
(Lihat: Kifayah an-Nabih fi Syarh at-Tanbih)
AKIDAH SAHABAT SAYYIDINA ABU BAKR ASH-SHIDDIQ
Beliau berkata -semoga Allah meridlainya- : “Pengakuan bahwa pemahaman
seseorang tidak mampu untuk sampai mengetahui hakekat Allah adalah
keimanan, sedangkan
mencari tahu tentang hakekat Allah, yakni membayangkan-Nya adalah kekufuran dan syirik”.
AKIDAH SYEKH AL ‘ALIM ABU AL HUDA ASH-SHAYYADI
Beliau salah seorang khalifah syekh Ahmad ar-Rifa’i (dalam Thariqah
ar-Rifa’iyyah) pada abad XIII H, dalam kitabnya at-thariqah
ar-rifa’iyyah berkata:
“Sesungguhnya mengatakan Wahdah al Wujud
(Allah menyatu dengan makhluk-Nya) dan Hulul (Allah menempati
makhluk-Nya) menyebabkan kekufuran dan sikap berlebih-lebihan dalam
agama menyebabkan fitnah dan akan menggelincirkan seseorang ke neraka,
karenanya wajib dijauhi”.
AKIDAH AL-IMAM FAKHR AR-RAZI
Seorang ahli tafsir terkemuka; al-Imam al-Fakhr ar-Razi ( w 606 H) dalam
kitab tafsirnya menuliskan sebagai berikut: “Jika keagungan Allah
disebabkan dengan tempat atau arah atas maka tentunya tempat dan arah
atas tersebut menjadi sifat bagi Dzat-Nya. Kemudian itu berarti bahwa
keagungan Allah terhasilkan dari sesuatu yang lain; yaitu tempat. Dan
jika demikian berarti arah atas lebih sempurna dan lebih agung dari pada
Allah sendiri, karena Allah mengambil kemuliaan dari arah tersebut. Dan
ini berarti Allah tidak memiliki kesempurnaan sementara selain Allah
memiliki kesempurnaan. Tentu saja ini adalah suatu yang mustahil” .
AKIDAH IMAM MALIK :
IMAM MALIK IBN ANAS Al-Hafizh al-Bayhaqi dalam karyanya berjudul
al-Asma’ Wa ash-Shifat, dengan sanad yang baik (jayyid), -sebagaimana
penilaian al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari-,
meriwayatkan dari al-Imam Malik melalui jalur Abdullah ibn Wahb, bahwa
ia -Abdullah ibn Wahb-, berkata: “Suatu ketika kami berada di majelis
al-Imam Malik, tiba-tiba seseorang datang menghadap al-Imam, seraya
berkata:
“Wahai Abu Abdillah, ar-Rahman ‘Ala al-arsy Istawa,
bagaimanakah Istawa Allah?”. Abdullah ibn Wahab berkata: Ketika al-Imam
Malik mendengar perkataan orang tersebut maka beliau menundukan kepala
dengan badan bergetar dengan mengeluarkan keringat. Lalu beliau
mengangkat kepala menjawab perkataan orang itu: “ar-Rahman ‘Ala al-arsy
Istawa sebagaimana Dia mensifati diri-Nya sendiri, tidak boleh dikatakan
bagi-Nya bagaimana, karena “bagaimana” (sifat benda) tidak ada
bagi-Nya. Engkau ini adalah seorang yang berkeyakinan buruk, ahli
bid’ah, keluarkan orang ini dari sini”. Lalu kemudian orang tersebut
dikeluarkan dari majelis al-Imam Malik (Al-Asma’ Wa ash-Shifat, h.408)“.
AKIDAH SYEKH ABD AL GHANI AN-NABULSI –
Beliau -semoga Allah merahmatinya- dalam kitabnya al faidl ar-rabbani
berkata: “Barangsiapa mengatakan bahwa Allah terpisah dari-Nya sesuatu,
Allah menempati sesuatu, maka dia telah kafir”.
AKIDAH AL-HAFIZH IBN AL-JAWZI
Beliau berkata dalam kitabnya Daf’u Syubah at-Tasybih:
“Sesungguhnya orang-orang yang menyifatkan Allah dengan tempat dan
arah, maka sesungguhnya dia termasuk Musyabbih dan Mujassim yang tidak
mengerti sifat Allah”
AKIDAH AL-HAFIDZ IBN HAJAR AL-ASQALANI
Beliau berkata di dalam Fath al-Bari:
“Sesungguhnya kaum Musyabbihah mujassimah itu adalah mereka yang
menyifati Allah dengan tempat, padahal Allah Maha Suci dari tempat.”
AKIDAH RASULULLAH !!
Baginda Rasulullaah shollallaah ‘alaih wa sallam bersabda:
ﺍﻧﺖ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﻓﻮﻗﻚ ﺷﻴﺊ ﻭﺍﻧﺖ ﺍﻟﺒﺎﻃﻦ ﻓﻠﻴﺲ ﺩﻭﻧﻚ ﺷﻴﺊ ﺭﻭﺍﻩ ﻤﺴﻠﻢ
“Engkaulah adz-Dzohir yang tidak ada sesuatu-pun di atas-Mu, dan
Engkaulah al-Baathin, yang tidak ada sesuatu apapun di bawah-Mu” (HR.
Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar