"Manusia (juga) merupakan unsur tanah. Selain
manfaat, unsur ini punya tabiat madhorot. Yaitu, manusia suka males,
malesan, dan tidak punya inisiatif, statis. Ini sebabnya karena hatinya
mandek, jumud: tak ubah seperti tanah yang suka mengeras sekeras batu,
bahkan lebih. Jangankan tidak punya ilmu, punya ilmu pun (tentang Agama)
belum tentu mau mengamalkan ilmu-nya. Yang seperti ini disebut para
ulama: ia sedang kerasukan roh jamadi hingga membatu, jadi keras
kepala, membandel, yang akhirnya ia
tidak bisa menghasilkan sesuatu, apalagi mencapai tujuan (hidup). Tiada
cara agar tanah jadi gembur dan subur, tanah yang bisa ditanami dan
menghasilkan panen kecuali dengan istiqomah DZIKRULLOH."
"Dalam diri manusia juga ada unsur air. Selain
manfaat, unsur ini punya tabiat madhorot. Yaitu, suka nekad, khianat,
bawaannya berani hasud kepada sesama. Tak peduli yang lain celaka asal
dirinya selamat, yang lain terjatuh asal dirinya tidak, kadang suka
mencelakai orang lain, seperti air banjir bandang yang menerjang tak
berbelas kasih, menyapu dan menenggelamkan harta maupun benda siapa
saja, bahkan seringnya manusia terbawa hanyut oleh derasnya arus... Para
ulama menyebut yang demikian sedang
kerasukan ruh Khewani, watak kehewanan. Tiada cara menstabilkan unsur
air dalam diri manusia kecuali mendawamkan DZIKRULLOH."
"Selain unsur api, dalam diri manusia ada unsur
angin. Selain manfaat, unsur ini punya tabiat madhorot. Yaitu, manusia
suka mudah berubah-ubah pendirian, berpindah-pindah haluan, mudah goyah
oleh pengaruh (luar), gampang tergoda, tertarik ke sana kemari, dan
seringkali tidak punya keteguhan. Akibat terbawa tabiat madhorot angin,
manusia suka ingin dipuji, pengennya tenar, dan di-elu-elu-kan. Perilaku
mudah terpengaruh inilah tabiat madhorot unsur angin. Tiada alat untuk
mencegah madhorot unsur ini kecuali dengan menetapkan kalimat yang tetap (qoulu tsabit) yakni (Dzikir) LAA ILAAHA ILLALLOH."
"Salah satu dari empat unsur dalam diri manusia
adalah api. Selain tabiat manfaat, unsur ini mengandung tabiat madhorot.
Yaitu, manusia suka menyerupa Syetan/Iblis, karena asal penciptaan
mereka dari api. Tabiat Iblis itu takabur, sementara, takabur-lah yang
menjadi sebab hancur-nya segala amal kebaikan manusia. Para ulama sering
menunjuk manusia yang demikian, 'Sedang terkena ruh Syaithoni, sedang
kerasukan pengaruh Iblis'. Syetan/Iblis, sebagaimana dinyatakan
al-Quran, tabiatnya ingkar kepada ALLOH
dan mengajak manusia ke jalan kemungkaran. Tiada cara untuk
mengendalikan unsur ini kecuali dengan mandi tobat, hakikat mandi taubat
yaitu DZIKRULLOH."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar