Bismillahirrahmannirahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam untuk Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Husnul khatimah menjadi dambaan kita semua. Karena nilai kita
ditentukan saat kematian datang. Jika kita mengakhiri hidup di dunia ini
dalam kondisi beriman dan dihiasi dengan ketaatan, maka itulah husnul
khatimah.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻌَﺒْﺪٍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﺍﺳْﺘَﻌْﻤَﻠَﻪُ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻭَﻛَﻴْﻒَ
ﻳَﺴْﺘَﻌْﻤِﻠُﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻳُﻮَﻓِّﻘُﻪُ ﻟِﻌَﻤَﻞٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻗَﺒْﻞَ ﻣَﻮْﺗِﻪِ
“Apabila Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia
memperkerjakannya?” Para sahabat bertanya, ‘Bagaimana Allah
memperkerjakannya?’ Beliau menjawab, ”Allah memberinya taufiq untuk
beramal shalih sebelum kematiannya.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi )
Tidak Mudah Menggapai Husnul Khatimah
Saat menjelang kematian merupakan saat kesempatan terakhir bagi setan
untuk menyesatkan hamba Allah. Setan berusaha sekuat tenaga untuk
menyesatkannya, bahkan terkadang menjelma dalam rupa ayah dan ibunya.
Setan akan berusaha keras untuk menyesatkan orang mukmin pada saat kematian.
Dari Wailah bin al-Asqa’ berkata bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Talkin (tuntun)-lah orang yang hendak meninggal dengan Laa Ilaaha
Illallaah dan berilah kabar gembira dengan surga. Sesungguhnya orang
yang mulia, dari kaum laki-laki dan wanita kebingungan dalam menghadapi
kematian dan diuji. Sesungguhnya setan paling dekat dengan manusia pada
saat kematian. Sedangkan melihat malaikat maut lebih berat daripada
seribu kali tebasan pedang.” (HR. Abu Nu’aim)
Abdullah bin Ahmad
berkata, “Pada saat saya hadir dalam kematian bapakku, saya membawakan
kain untuk mengikat jenggotnya, sementara beliau dalam keadaan tidak
sadar. Kemudian pada saat beliau sadar, mengatakan, ‘Belum, belum!’
Beliau mengucapkan itu berkali-kali. Saya bertanya kepada beliau, ‘wahai
bapakku, apa yang tampak padamu?’ Beliau menjawab, ‘setan berdiri di
depanku sambil menggigit jarinya seraya mengatakan, ‘aku gagal
menggodamu wahai Ahmad.’ Saya katakan, ‘Belum, sebelum saya benar-benar
meninggal’.”
Abu Hasan al-Qabisi dalam Risalah Ibnu Abi Zaid
meriwayatkan bahwa seorang hamba tatkala sedang menghadapi kematian ada
dua setan yang menggoda dari atas kepalanya. Salah satunya berada di
sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri. Adapun yang di sebelah
kanan menyerupai bapaknya lalu berkata, “Wahai anakku, saya sangat
sayang dan cinta kepadamu. Jika kamu mau mati, maka matilah dengan
membawa agama Nasrani sebab dia adalah sebaik-baik agama.” Dan yang
berada di sebelah kiri menyerupai ibunya dan berkata, “Wahai anakku,
perutku dahulu tempat hidupmu dan air susuku sebagai minumanmu serta
pangkuanku sebagai tempat tidurmu, maka saya minta hendaknya kamu mati
dengan membawa agama Yahudi sebab dia adalah sebaik-baik agama.”
Maka menurut Imam al-Ghazali, pada saat itu Allah menggelincirkan
orang-orang yang dikehendaki oleh-Nya tergelincir. Demikian itu yang
dimaksud dengan firman Allah,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran:
[8)]
Maksudnya, Ya Allah janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan pada saat kematian setelah Engkau beri petunjuk kepada
kami beberapa kurun waktu.
Jika Allah menghendaki hidayah dan
keteguhan pada hamba-Nya, maka datanglah rahmat dan Malaikat Jibril
untuk mengusir setan dan mengatakan kepada orang beriman, “Wahai orang
mukmin, mereka itu adalah musuh-musuhmu dari kalangan setan, maka
meninggallah kamu dalam keadaan membawa agama yang hanif dan syariat
Muhammad.” Dan tidak ada sesuatu yang paling dicintai oleh orang beriman
kecuali Malaikat itu dan itulah yang dimaksud firman Allah,
ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏُ
“Dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: [8)] .”
Selesai perkataan Imam al-Ghazali yang dinukil Imam Ibrahim bin
Muhammad al-Maqdisi dalam Menelanjangi Setan, hal. 277-278)
Ibnu
Al-Jauzi dalam Shaid al-Khathir berkata, “Saya berwasiat kepada diriku
dan kepada orang yang mendengar wasiatku ini agar teguh saat menghadapi
kematian –tiada daya dan tiada upaya kecuali dengan izin Allah- sebab
godaan dan bisikan kematian banyak syubhatnya. Dan saya merasa kasihan
terhadap orang yang sakit semoga tidak tenggelam dalam sakaratul maut
sehingga tidak sadar. Dan saya berlindung kepada Allah dari kematian
masih dalam keadaan sadar tidak teguh dengan godaan.”
Sebab-sebab Meraih Husnul Khatimah
Husnul khatimah merupakan karunia terbesar dari Allah untuk seorang
hamba. Penjagaan Allah dan meneguhkannya di atas iman lah yang
menjadikannya mendapat husnul khatimah saat banyak godaan dan syubuhat
menjelang kematian. “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat..”
(QS. Ibrahim: 27)
Namun demikian hamba juga punya peran usaha
sebagai sebab Allah menganugerahkan husnul khatimah kepadanya. Walaupun
usaha hamba tidak bisa lepas dari kehendak Allah juga.
Imam Sufyan
al-Tsauri pernah berpesan saat menghadapi kematian agar menjaga akidah,
membaca istighfar, dan bertaubat dari dosa agar bertemu Allah dalam
keadaan bersih. (Menelanjangi Syetan, Ibrahim al-Maqdisi, hal. 279)
Maka di antara upaya yang bisa dilakukan hamba untuk meraih husnul khatimah, adalah:
1. Menjaga iman dan tuntutannya berupa ketaatan dan takwa kepada Allah.
Hendaknya dia menjauhi benar-benar pembatal-pembatal iman dan yang
mengurangi kesempurnaannya dari berbagai maksiat. Dia bertaubat dari
segala dosa dan maksiat, khususnya syirik besar amaupun yang kecil. Di
antaranya dengan membaca doa yang diajarkan Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam,
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚ ﺃَﻥْ ﺃُﺷْﺮِﻙَ ﺑِﻚ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻭَﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙ ﻟِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﺃَﻋْﻠَﻢُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik
(menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun
kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan
Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih)
2. Berusaha
sungguh-sungguh untuk memperbaiki zahir dan batinnya. Niat dan tujuan
amalnya untuk mewujudnya keshalihan zahir dan batinnya tersebut.
Sesungguhnya sunnah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang abadi bahwa pencari
kebenaran akan diberi petunjuk memperolehnya, diteguhkan di atasnya, dan
ditutup hidupnya dengan kebenaran.
3. Senantiasa memohon dan berdoa kepada Allah agar diwafatkan di atas iman dan takwa.
Beberapa Doa Supaya Diwafatkan Husnul Khatimah
Sangat banyak doa yang diabadikan Al-Qur’an dan sunnah Nabi
shallallaahu 'alaihi wasallam yang bermakna permintaan agar akhir hayat
husnul khatimah;
1. Doa agar diwafatkan di atas Islam,
- Doa Nabi Yusuf 'alaihis salam:
ﺗَﻮَﻓَّﻨِﻲ ﻣُﺴْﻠِﻤًﺎ ﻭَﺃَﻟْﺤِﻘْﻨِﻲ ﺑِﺎﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)
- Doa tukang sihir Fir’an yang telah bertaubat,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﻓْﺮِﻍْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﺻَﺒْﺮًﺍ ﻭَﺗَﻮَﻓَّﻨَﺎ ﻣُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami
dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raaf: 126)
2. Doa diteguhkan di atas hidayah,
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﺎ ﺗُﺰِﻍْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺫْ ﻫَﺪَﻳْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻫَﺐْ ﻟَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﻟَﺪُﻧْﻚَ ﺭَﺣْﻤَﺔً ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻮَﻫَّﺎﺏُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah
kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha
Pemberi (karunia)." (QS. Ali Imran: [8)]
ﻳَﺎ ﻣُﻘَﻠِّﺐَ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮْﺏِ، ﺛَﺒِّﺖْ ﻗَﻠْﺒِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳْﻨِﻚَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu." (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)
3. Doa agar diselamatkan dari godaan setan saat mengalami sakaratul maut.
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲ ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻬَﺮَﻡِ ﻭَﺍﻟﺘَّﺮَﺩِّﻱ ﻭَﺍﻟْﻬَﺪْﻡِ
ﻭَﺍﻟْﻐَﻢِّ ﻭَﺍﻟْﺤَﺮِﻳﻖِ ﻭَﺍﻟْﻐَﺮَﻕِ ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﺨَﺒَّﻄَﻨِﻲ
ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ﻭَﺃَﻥْ ﺃُﻗْﺘَﻞَ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻠِﻚَ ﻣُﺪْﺑِﺮًﺍ
ﻭَﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﻚَ ﺃَﻥْ ﺃَﻣُﻮﺕَ ﻟَﺪِﻳﻐًﺎ
“Ya Allah, sunguh aku
berlindung kepada-Mu dari pikun, terjatuh dari ketinggian, keruntuhan
bangunan, kedukaan, kebakaran, dan tenggelam. Aku berlindung kepada-Mu
dari penyesatan setan saat kematian, terbunuh dalam kondisi murtad dan
aku berlindung kepada-Mu dari mati karena tersengat binatang berbisa.”
(HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani dalam Shahih Al-Jami’: no. 1282)
Sesungguhnya akhir hayat
kita memiliki kaitan dengan amal kita sejak sekarang. Siapa yang
senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah dengan penuh keikhlasan, insya
Allah dia akan mengakhiri hidupnya di atas kondisi tersebut. Sebaliknya,
siapa yang mengotori hidupnya dengan maksiat dan kejahatan, atau bahkan
sengaja menympang. Kesempatan taubat sering disia-siakan dengan
menunda-nunda, atau bahkan mencari-cari pembenaran atas kesalahan, maka
biasanya dia akan mengahiri hidupnya dengan su'ul khatimah. Semoga Allah
menyelamatkan kita dari kondisi semacam ini.
Ya Allah,
Jadikanlah amal terbaik kami pada penutupnya, jadikan sebaik-baik umur
kami pada saat kami mengakhirinya, dan jadikan hari terbaik kami pada
saat kami bertemu dengan-Mu. Ya Allah berilah taufik kepada kami semua
untuk senantiasa berbuat kebajikan dan menjauhi kemungkaran-kemungkaran.
Segala puji hanya bagi-Nya dan semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan untuk nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar