Cahaya di atas cahaya, ini yang disebut dalam surat An-Nuur ayat ke-35.
Maksud cahaya di atas cahaya adalah Al-Qur’an di atas iman, demikian diungkapkan oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Artinya Al-Qur’an akan lebih bermanfaat bila seseorang memiliki iman.
Maksud ini terlihat jelas jika kita memerhatikan hadits berikut ini.
Dalam hadits Shahihain dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an seperti buah Utrujah, rasa dan baunya enak. Permisalan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, rasanya enak walaupun tak ada bau wanginya. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur’an seperti buah Rayhanah, baunya wangi, namun rasanya pahit. Permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya pun tak wangi
Dari hadits di atas, Ibnul Qayyim—moga dirahmati Allah—membagi manusia menjadi empat:
1- Orang beriman lagi ahli Al-Qur’an, merekalah manusia terbaik.
2-
Orang beriman namun tidak membaca Al-Qur’an, yang kedua ini masih di
bawah yang pertama. Namun kedua golongan ini masih termasuk orang yang
berbahagia.
Orang yang sengsara adalah:
1- Orang yang diberi Al-Qur’an namun tak punya iman, merekalah munafik.
2- Ada juga yang tidak diberi Al-Qur’an, tidak diberi iman.
Setelah menyebutkan pembagian di atas, Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan, Al-Qur’an dan iman keduanya adalah cahaya yang Allah tanamkan pada hati siapa saja yang Allah kehendaki dari hamba-Nya. Al-Qur’an dan Iman adalah sumber segala kebaikan di dunia dan akhirat. Karenanya, ilmu yang di dalamnya mempelajari Al-Qur’an dan Iman adalah ilmu yang paling utama dan afdal. Tidak ada ilmu yang lebih bermanfaat secara hakiki bagi seseorang selain ilmu Al-Qur’an dan Iman.
وَاللَّهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah: 213)
Semoga
jadi faedah yang bermanfaat. Faedah ini diambil dari kitab berharga
yang dibawa saat safar yaitu Miftah Daar As-Sa’adah karya Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah, juz pertama, hlm. 231-233, penerbit Dar Ibnul Qayyim,
ditahqiq oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi hafizahullah, Cetakan pertama,
Tahun 1433 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar