Dalam suatu majlis taklim seorang Kiyai menjelaskan kepada para santrinya, “ jadilah kalian manusia jangan menjadi hewan, karena kalian diciptakan dan lahir menjadi manusia, maka berprilakulah menjadi manusia secara utuh.”
“ Guru...! secara hekekat banyak manakah wujud manusia yang berwujud hewan dengan manusia yang memang benar-benar manusia...?” Tanya seorang santrinya.
Lalu Kiyai tersebut mengambil segenggam debu dan berkata, “ Sekarang banyak manakah debu yang saya genggam dengan debu yang kita injak...?”
“ Banyak debu yang kita injak.” Jawab para santri dengan serentak.
Kemudian Sang kiyai tersebut menjelaskan, “ Begitu juga walaupun jumlah manusia sekarang ini milyaran, akan tetapi sedikit sekali manusia yang benar-benar secara hakekat wujudnya adalah manusia.”
“ Guru...! Kenapa manusia banyak secara hakekat wujudnya menjadi hewan, apakah salah mereka...?” Tanya salah seorang santri.
Kiyai tersebut menjawab, “ Orang-orang yang hidupnya selalu mengikuti hawa nafsunya, maka hakekat dirinya akan berubah menjadi wujud hewan.
Jika seseorang suka berbuat dosa besar dan sering melanggar perintah Allah, maka secara hakekat wujudnya orang tersebut adalah seekor babi.
Jika seseorang suka korupsi, maka secara hakekat wujudnya adalah seekor tikus.
Jika seseorang pamer dan membanggakan dirinya karena kekayaan dan harta yang dimilikinya, maka secara hakekat orang tersebut adalah buruk merak.
Jika seseorang kalau bicara suka menyakiti orang lain dan tidak bisa menjaga lidahnya, maka secara hakekat orang tersebut adalah menjadi binatang yang berbisa seperti kalajengking, ular, kelabang.
Jika seseorang suka menipu orang lain dengan berbagai cara untuk meraih keuntungan, maka secara hakekat dia adalah seekor kelinci.
Jika seseorang diajak kemana saja mau, diajak kebaikan mau dan diajak menuju kejelekan ikut, maka secara hakekat dia adalah kambing.
Jika seseorang jika berkata suka dusta, jika berjanji suka mengingkari, jika diberi amanat dia khianat, maka secara hakekat dia adalah seekor bunglon.
Jika seseorang yang suka mampir dan masuk ke tempat-tempat maksiat dan penuh dosa, maka secara hakekat dia adalah lalat.
Jika seseorang suka menilai orang lain negatif dan selalu menjelek-jelekan orang lain, maka secara hakekat dia adalah anjing.
Jika seseorang yang hidupnya tidak punya rasa malu, maka secara hakekat dia menjadi ikan yang tidak bersisik.
Jika seseorang suka menjadi isteri simpanan pejabat atau orang lain, maka secara hakekat dia adalah burung yang dijadikan peliharaan dan perlombaan.
Jika seseorang yang selalu membantah dan menentang nasehat gurunya, maka secara hakekat dia adalah seekor bebek.
Masih banyak lagi, jika kita bahas isi kebun binatang tidak bakalan habis, yang saya sebutkan di atas adalah contoh-contoh perilaku manusia yang menyebabkan secara hakekat wujudnya menjadi hewan.”
“ Guru....! Ternyata sangat mengerikan sekali, jika saya amati semua sifat itu ada di dalam diri saya semuanya, wah berarti saya adalah kebun binatang. Lalu bagaimana agar kita tidak menjadi hewan ...?” Tanya murid sambil ketakutan.
Lalu Kiyai tersebut menjawab, “ Anak-anakku, jika kalian ingin menjadi manusia secara dohir dan bathin, maka setiap kamu melakukan apa saja, ikutilah hati nuranimu/sejatidirimu maka kamu akan menjadi manusia secara utuh. Akan tetapi jika kamu mengikuti hawa nafsumu, maka kamu akan menjadi hewan walaupun wujudmu adalah manusia.”
“ Kita dilahirkan menjadi manusia, maka ketika mati maka harus menjadi manusia.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar