Pernahkah kita mencoba berpikir mengenai bagaimanakah nanti para
malaikat akan mencabut ruh kita dari dalam jasad ini? Atau, pernahkah
kita merenung sejenak mengenai apa yang akan terjadi setelah malaikat
melakukan tugasnya mencabut nyawa kita, akan dikemanakankah ruh kita?
Bagaimanakah nasib ruh kita kelak?
Tentunya, kita semua sepakat bahwa tidak ada satupun makhluk hidup
bergerak yang akan memperoleh keabadian di dunia yang fana ini. Untuk
itu, aneh sekali jika setelah mengetahui dan menyetujui hal tersebut,
namun kita tidak pernah berpikir dan berjuang untuk memperoleh kebaikan
pada hari setelah kita dimusnahkan dari dunia ini.
Manisnya kehidupandi dunia yang hanya sementara telah membuat kita
lupa untuk berpikir akan hari esok. Glamor duniawi menyilaukan mata
hingga menjadi buta, dan menutup telinga hingga menjadi tuli. Banyak
manusia tenggelam dalam kenikmatan sesaat yang akan berujung pada azab.
Sesungguhnya, nasib manusia di dunia maupun di akhirat itu hanya
terdiri atas dua macam, yaitu bahagia atau sengsara, surga atau neraka.
Dan Allah swt swt telah memberikan jalan kepada seluruh umatnya untuk
memilih diantara kedua pilihan tersebut. Tapi, berapa banyakkah manusia
yang berharap memperoleh kebahagiaan namun hanya memperoleh kebahagiaan
sesaat saja. Justru kebagaiaan sesaat yang dibanggakaanya itulah yang
kelak akan menjerumsukannya ke neraka Jahanam.
Berikut ini adalah sebuah hadits yang kami kutip dari riwayat Imam
Ahmad dan Abu Dawud, yang mengisahkan tentang keadaan ruh ketika
malaikat pencabut nyawa telah melakukan tugasnya. Semoga melalui
sekelumit kutipan hadits ini dapat membukakan hati dan pikiran kita
untuk senantiasa mengingat kepada Allah swt swt, mengingat sebuah masa
dimana kita sudah tidak memiliki daya dan upaya setitikpun, mengingat
sebuah masa yang akan membeberkan seluruh aib kita tanpa sisa, dan
kemudian menutup mata kita dari silaunya dunia. Amin.
Imam Ahmad dalam Musnad-nya, demikian juga Ibnu Hibban, Abu ‘Awanah
Al-Isfirayaini dalam kitab Shahih keduanya, meriwayatkan dari Al-Manhal
dari Zadan bin Al-Bara’ bin ‘Azib bahwa ia berkata, “Kami pernah pergi
bersama Rasulullah saw untuk mengantar jenazah. Beliau duduk di atas
kuburan dan kami duduk di sebelahnya. Kami diam dan tenang laksana di
atas kepala kami terdapat seekor burung. Sambil menguburkan jenazah
tersebut, Beliau berkata, “Aku berlindung diri kepada Allah swt dari siksa kubur.” Beliau mengucapkannya tiga kali.
Kemudian Rasulullah saw pun bersabda, “Sesungguhnya orang yang
beriman jika akan pindah ke alam akhirat dan meninggalkan dunia, maka
para malaikat itu turun kepadanya. Wajah mereka seperti matahari dan
setiap dari mereka membawa wewangian dari surga dan kain kafan. Mereka
duduk di dekat orang yang beriman sebatas pandangan kemudian malaikat
pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya dan berkata, “Wahai jiwa yang
baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah swt.”
Rasulullah saw kembali bersabda, “Ruh orang beriman pun keluar
dari jasadnya seperti halnya air keluar dari mulut teko. Malaikat
pencabut nyawa segera mengambilnya. Ketika ruh orang itu telah berada
dalam genggamannya, para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh orang
beriman itu berada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata hingga
kemudian mereka mengambilnya dan menaruhnya di atas kain kafan surga
dan wewangian tersebut. Dari ruh orang beriman, keluarlah wewangian
paling harum yang pernah ada di bumi.”
Lalu Rasulullah saw berkata, “Kemudian para malaikat naik membawa
ruh orang beriman dan setiap kali mereka melewati para malaikat, maka
mereka bertanya, “Ruh siapa yang harum ini?” Mereka menjawab, “Ini
adalah si fulan bin fulan,” seraya menyebutkan nama terbaik yang
pernah menjadi sebutannya ketika di dunia hingga kemudian mereka
berhenti di langit kedua. Mereka minta dibukakan bagi ruh tersebut
kemudian dibukakanlah untuknya. Ruh tersebut disambut seluruh makhluk di
langit kedua dan mereka mendekatkan ruh tersebut ke langit berikutnya
hingga mereka membawa ruh itu tiba di langit di mana Allah swt berada.
Kemudian Allah swt berfirman, “Tuliskan kitab hamba-Ku ini dalam
‘Illiyyin, lalu kembalikanlah ia ke bumi. Sebab, dari bumi itulah Kami
menciptakan mereka, ke dalamnya Kami kembalikan mereka, dan darinya pula
Kami keluarkan mereka sekali lagi.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Dan sesungguhnya orang kafir
itu jika meninggal dunia menuju ke akhirat, maka para malaikat turun
kepadanya dari langit dengan wajah yang hitam dan membawa kain kafan
kasar, lalu duduk di dekatnya sebatas pandangan.”
Malaikat pencabut nyawa datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya lantas berkata, “Wahai ruh yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah swt!”
Lalu ruhnya berpisah dari jasadnya dan malaikat mencabutnya seperti
mencabut besi pembakar dari wol yang basah. Selanjutnya malaikat
pencabut nyawa mengambilnya dan jika sudah ia ambil, maka para malaikat
yang lain tidak membiarkan ruh tersebut di tangannya sekejap mata hingga
kemudian mereka meletakkannya di dalam kain kasar tersebut. Dari
padanya keluar bau paling busuk yang pernah ada di muka bumi.
Para malaikat membawanya naik dan setiap kali mereka melewati malaikat, mereka bertanya, “Ruh busuk siapa ini?” Para malaikat menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,”
seraya menyebutkan sejelek-jeleknya nama yang dialamatkan kepadanya
ketika di dunia. Ruh itu terus dibawa naik hingga sampai ke langit
dunia. Ia meminta agar pintu langit itu dibuka, namun tidak juga
dibukakan untuknya.
Kemudian Beliau membacakan firman Allah swt swt, “Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum.” (Al A’raf: 40).
Allah swt swt kemudian berkata, “Tuliskan kitabnya di Sijjin, di bumi yang terbawah!” Lalu ruh tersebut dilemparkan begitu saja. Selanjutnya Rasulullah membacakan firman Allah swt,
“Barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah swt, maka ia seolah-olah
jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke
tempat yang jauh.” (Al Hajj: 31) (Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/287 dan 295) dan Abu Dawud (4753))
Demikian disampaikan oleh Rasulullah saw dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud. Semoga pesan yang terkandung
dalam riwayat di atas dapat menjadikan kita sebagai umat yang
senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi satu peristiwa yang
Rasululullah saw pun tidak dapat menyembunyikan rasa sakitnya, yaitu
peristiwa pencabutan ruh. Amin.
Wallahua’lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar