PENDAHUALUAN
Orang-orang yang mencari yang ketengan / kebagaian dengan jalan
bertasawuf mendekatkan diri kepada Allah SWT akan menemukan kebahagian
abadi didunia dan akhirat. Selalu menjalankan kebaikan dalam setiap
detik nafasnya tanpa dibuang sia-sia dengan bertasbih, bertahmid,
bertahlil dalam hati maupun dengan lisan. Lisan mengucap hati yang
membenarkan dan lisan selalu basah dengan kalimat tayyibah tanpa henti.
Itulah mereka yang mencari keridhaan Allah.
Dia telah
mendapatkan tempat dan pilihan yang terbaik diantara mereka yang telah
dipilih-Nya, dan menmghindarkan dari perbuaan yang tercelah, menetapkan
untuk selalu berpengang pada kalimat taqwa dan menghindarkan diri dari
kehidupan duniawi. Perasaan dan getaran hati bersifat murni dan telah
dimuliakan firasat dengan benar.
langkah-langkah pasti,
pemahaman dan nalar murni. tanda mereka memancar, sehingga mereka telah
memahami Allah SWT, dan perjalanan mereka hanya tertuju kepada-Nya, dan
mereka pun berpaling dari lain-Nya.
Cahaya-cahaya mereka
menembus tabir penutup, penglihatan mereka bergersak sekitar ‘Arsy,
merka merupakan organ yang bersifat rohani, merupakan mahluk langit yang
berada dimuka bumi, diam mereka adalah semedi, ketidakadaan merka
adalah kehadiran, merkka adalah raja-raja di bawah kain yang kumal,orang
yang mulia dari suku-suku bangsa, orang-orang yang berkelibahan.
Dengan demikian, seoarng sufi semasa hidupnya hanya digunakan dalam
kebajikan tanpa melakukan kemaksiatan. Semasa hidupnya temasuk
orang-orang sufi dan sesudah meninggal termasuk orang-orang pilihan.
PEMBAHASAN
Tentang Beberapa Wasiat Seoarnag sufi :
A. Taubat
Taubat menurut bahasa berarti kembali yang searti dengan kata-kata
“Raja’a”. sedangkan menurut istilah adalah kembalidari segala sesuatu
yang dicela oleh allah menujuu kearah yang dipuji oleh-Nya.[1]. Dalam al
qur’an telah banyak membahas tentang taubat, diantaranya :
…..
“sesungguhnya alaah menyukai orang-orang yang bertaubay dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al Baqarah, 222).
Tingkatan Taubat
Imam ghazali membagi tingkatan taubat kedalam tiga macam; pertama,
taubat orang awam, yaitu taubatyang dialkukan terhadapa dosa-dosa yang
lahir dan nyata, misalnya berzina, mencuri, dan lain-lainya. kedua,
taubat khusus, yakni taubat yang dilakukan karena dosa batin, misalnya
dengki, takabur, ujub dan lainya. ketiga, taubat yang lebih khusus,
yaitu taubat dari kealpaan dan kelalaian mengingat Allah, bentuk taubat
demikian itulah yang dimaksudkan oleh Rasulullah s,a,w.[2]
Seorang sufi,merasa dirinya selalu dipenuhi dengan dosa baik lewat
perkataan, perbuatan, maupun penglihatanya. Tidak heran kalau lisannya
hanya dipenuhi dengan zikrullah dan air matanya dipenuhi dengan tangisan
dosa. Dikeheningan malam tatkala manusia tertidur lelap, ia bangun dan
memohon ampun kepada Allah, itulah salat satu dari mereka yang akan
mendapatkan kebahagian diakhirat nantinya.
B. Keikhlasan
Ikhlas berasal dari kata khalash yang artinya bersih atau lepas dari
sesuau. juga dapat berarti selamat atau terlepas dari bahaya. Semua
orang celaka kecuali yang beramal dan semua amal celaka kecuali yang
ikhlas. Jadi kata ikhlas di samping berartimembersihkan juga berarti
menyelamatkan. Orang biasanya sudah memahami bahwa amal yang ikhlas itu
ialah amal yang semata-mata karena Allah.[3].
Ikhlas merupakan unsur pokok semua perbuatan hati, dimana ia merupakan pusat seluruh ibadah. Sebagaimana firman Allah :
“padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dalam ( menjalankan ) agama…..( Q.S. Al
Bayyina : 5)
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
ikhlas adalah seluruh taat dan amalan seseorang yang murnih hanya
tertuju untuk taqarrub kepada Allah ta’alah dan menghendaki dekatnya
Allah dan ridhaNya, tanpa bermaksud lain, seperti pamrih kepada manusia
atau mencari pujian dan tamak.[4]
Al-Junaid berkata : “ikhlas nyalah segala perbuatan yang dikehendaki (direstui) oleh Allah SWT.” [5]
Seorang sufi tidak hanya selalu mendekatkan diri padaNya dengan
menjalankan perbuatan baik meningglkan perbuatan jelek, tapi harus tahu
akan keikhlasan menjalankannya, tanpa diiringi dengan keikhlasan akan
sia-sia. Seharusnya semua orang islam menjalankan ibadah harus dilandasi
dengan keikhlasan baik dalam ibadah ubudiyah maupun ukhrowiyah. Karena
dengan keikhlsan beramal akan terasa nikkmat dalam menjalankan perbuatan
tersebut, tanpa beban walaupun hal tersebut sangat sulut untuk
dijalankannya. Misalnya qiyamullail, bangun malam tanpa dibarengi dengan
keikhlasan akan terasa berat untuk menjalankannya.
C. Tawakal
Dalam al-Qur’an disebutkan :
“Adakanlah musyawaroh debgan mereka dalam bebeapa urusan,dan bila
engkau telah mencapai ketetapan hati, maka berserah dirilah kepada
Allah.”(Q.S.Ali Imran: 159)
Tawakal adalah kata bentukan dari
kata wakalah yang berarti : at-Tafwidl (penyerahan) dan al I’timad (
penyerahan).Maka wakalah adalah menyandarkan hati sepenuhnya hanya
kepada wakil yang maha mewakili dan maha haq (Allah). Menurut konsep
Dzun-nuun, bahwa tawkal adalah tidak turut serta mengaur diri dan
melepas daya kekuatan manusia, karena telah menyakini bahwa tiada daya
dan kekuatan selain seamata-mata dari Allah. Sedangkan menurut Abu Bakar
Ad Daqqod, tawakal adalah memusatkan perhatian hidup pada hari inni
saja dan tidak memperdulikkan hidup di hari esok.[6]. Sikap jiwa yang
tunduk dan pasrah terhadap segala sesuatu yang diberikan Tuhan.[7]
Setelah melakukan perbuatan baik semata-mata karena Allah dengan penuh
keyakian kita serahkan kepada Allah semoga apa yang diperbuat menapat
ridha dari Allah. Tawakal merupakan pekerjaan hati,terpaut di hati
dalam menghadapai sesuatu persoalan atau pekerjaan, dimana manusia
merasa bahwa dengan kekuatan sendiri tidak akan sanggup menghadapinya
tanpa bersandar kepada kekuatan Allah. Penerapan tawakal pada prinsipnya
meliputi segala urusan dan pekerjaan yang baik dan segala keadaan yang
sulit. salah satu diantaranya ialah dalam melaksanakan sesuatu rencana
yang sudah matang dalam suatu usaha, belajar dan lain sebagainya.
Orang bertawakal pada Allah dengan segala urusan harus menerimah dengan
lapang dada apa yang dikehendaki Allah. karena dengan dekat pada Allah
mestinya harus melewati ujian, sebagaiman orang terdahulu sebelum kita
mencari ridha Allah mempertaruhkan segala sesuatu yang dimilikinya
sampai nyawa pun direlakan. Begitu juga seorang sufi harus melewati
ujian yang pahit, tapi dibalik itu semua kenikmatan yang tidak setara
yang dia dapat.
D. Syukur
Syukur, terimah kasih kepada Allah agtas sgala nikmat karunia-Nya,
termasik dalam rangkaian amalan hati dan akhlakul mahmudah. pandai
berterimah kasih pada Allah seharusan bagi umat islam.
Al-Harist al- Mahasibi berkata: “Syukur ialah kelebihan-kelebihan yang
diberikan Allah kepada seorang karena rasa terimah kasihnya.kepada
Allah”. Artinya, apabila seseorang bersyukur atas segala pemberian allah
kepadanya, maka Allah akan menambahkan apa-apa yang diinginkannya
sehingga, dengan demikian, bertambahlah syukurnya[8], sebagaimana firman
Allah SWT:
“…seandainya kamu bersyukur, pastilah kami ( Allah)
akan menambahkan ( nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (
nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” ( Q.S. Ibrahim, 7)
Seorang ahli syukur, adalah orang yang peka terhadap nikmat Ilahi
betapapun keadaanya. limpahan nikmat yang bertebaran dan bertaburan amat
terang dalam pandangannya dan setiap tetesan nikmat diteguknya dengan
mengesankan sampai ke dalam lubuk hatinya. karena dipandang sebagai ahli
syukur adalah orang yang demikian tajam mata hatiny menanggapi setiap
cucuran rahmat dan nikma Ilahi yang diterimahnya dengan penuh terimah
kasih. sebalikya dari adalah orang yang tumpul mata hatinya, nikmat
tuhan itu dibiarkan berlalu tanpa meninggal kesan dan makna.[9]
Seoarang sufi yang mencari kebahagian akhirat menerima apa adanya yang
ada pada dirinya, kekurangan atau kelebihan. Semua diterimah dengan
lapang dada, ikhlas dan syukkur. Karena ia beranggapan bahwa semua yang
ada pada dirinya hanya titipan dan pada waktu akan kembali padanya dan
diminta pertanggung jawabannya. kebahagiaan yang abadi hanya ketika
bertemu dengan sang pencipta alam semesta.
Zuhud
Suatu cara hidup yang dipilih oleh orang-orang sufi yang cendrung
bertaqorrub kepada Allah ialah zuhud. menurut bahasa berarti : kurang
kemauan kepada sesuatu. Dalam istilah, ada beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh ahli-ahli tasawuf antara lain : benci pada dunia dan
berpaling padanya, membuang kesengan dunia unuk mencari kebahagia
akhirat, tidak menyesal atas apa tidak ada dan tidak bergembira dengan
apa yang ada.[10].
Seorang toko sufi, Junaidi al-Baghdadi
mengatakan Zuhud adalah kosongnya tangan dari rasa memiliki dan
kosongnya hati dari rasa menuntut ( harta benda). beliau juga mengatakan
bahwa menganggap kecil dunia dan melenyapkan pengaruhnyadalam
hati.[11]. Seorang sufi tidak terlalu mengharapkan dunia dan harta
kecuali untuk menyambung hidupnya untuk beribadah kepada Allah
selebihnya.
Jelaslah, bahaw seorang yang mencari kebahagiaan
akhirat mesti berusaha sekuat tenaga memperbenyak akhiratnya dari pada
dunianya. Mereka beranggapan dunia ini sempit dan terbatas sedangkan
diakhirat luas dan penuh dengan kenikmatan yang tidak setara. Dengan hal
itu harus dibarengi dengan sikap Qona’ah, perasaan cukup dan ridla
menerimah pemberiaan Allah, sekalipun sedikit menurut pandangan orang
lain. selain itu harus diimbangi denga hidup sederhana, yakni sedehana
dengan pakaian, sedehana dalam makanan dan sederhana dalam tempat
tinggal sesuai dengan contoh kehidupan Nabi S.W.A. Intinya ialah
terpenuhinya kebutuhan primer dan tempat tingal.
F. Istiqomah
Istiqomah menurut loghat berarti : tegak lurus, Makna istilah dlam
Islam ialah : berdiri tegak diatas jalan yang lurus, berpegang pada
aqidah Islam dan melaksanakan syaratnya denga tekun, tidak berobah dan
tidak berpaling dalam keadaan bagaimana.
Dengan demikian
istiqomah meliputi keyakinan (aqidah) dan ketaatan menjalankan syari’at
Islam, yang digariskan Allah dalam al-Qur’an dan Rosul-Nya dan hadist.
tidak berubah pendirian dalam keadaan ancaman dan godaan, tidak mundur
dan tidak berpaling dari taat dan amal karena hambatan an tantangan
Istiqomah ini adalah bukti pada orang-orang yang mulia, seperti Rasul,
para pemimipin dan orang-orang yang berjasa dalam kemanusiaan.
Pada dasarnya istiqomah itu perlu diterapkan dalam segala bidang
perbuatan yang gariskan oleh agama, melalui perbuatan hati berupa aqidah
dan amal-amal qalbu lainya sampai kepada pekerjaan sehari-hari yang
menyangkut ibadah dan mu’malah. Dapat disimpulkan, bahwa istiqomah ada
tiga tingkatan : pertama, istiqomah dalam hati, yakni selalu teguh dalam
pendirian iman. Kedua, istiqomah dalam lisan, yakni selalu memelihara
perkataan agar selalu jujur dan benar. Ketiga, istiqomah dengan fisik,
ketentuan dalam bekerja dan berjuang.[12]
Kenyataanya dalam
hidup, banyak yang sukses dalam hidupnya dengan istiqomah. hal ini juga
yang diterapkan pola hidup seoarang sufi, mengamalkan dengan terus
menerus tanpa pantang mundur pada akhirnya akan menuai kemenangan yang
tidak setara.
KESIMPULAN
Sesungguhnya manusia hidup
didunia ini hanya bersifat sementara, tempat mengumpulkan bekal, sarana,
dan lain sebagainya. Dunia ini fanah penuh dengan tipu daya. Dunia ini
bagaikan fatamorgana semakin diminum akan semakin terasa kehausan.
Tempat yang paling abadi dan kekal selama-lamanya adalah akhirat.
Sesungguhnya eksistensi manusia terletak pada hatinya; apabilah hatinya
baik, akan menjadi baiklah ia, dan apabilahhatinya menyimpang dari
fitrah kebaikannya, ia pun akan rusak.Dengan itu periharalah hati untuk
mencari kebahagiaan yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar