Risalah al-Ghautsiyyah -
Risalah al-Ghautsiyyah - Perisai Gaib Syeikh Abdul Qadir al-Jilani ra
بسم الله الرحمن الرحيم
Ini adalah sebentuk dialog batiniah antara ALLAH SWT dan Syekh Abdul
Qadir Al Jilani ra, yang diterima melalui ilham qalbi dan penyingkapan
ruhani [kasyf ma’nawi].
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi ALLAH SWT, Sang Penghapus Duka. Shalawat atas
manusia terbaik, Nabi Muhammad saw. Berkatalah sang penolong agung, yang
terasing dari selain ALLAH SWT dan amat intim dengan ALLAH SWT.
Dia Berkata : “Setiap tahapan antara alam Naasut dan alam Malakut
adalah syariat; setiap tahapan antara alam Malakut dan Jabarut adalah
tarekat; dan setiap tahapan antara alam Jabarut dan alam Lahut adalah
hakikat.”
1 (Alam Naasut adalah alam manusia, di dalamnya yang tampak adalah
urusan-urusan kemanusiaan yang lembut dan bersifat ruhaniah. Alam
Malakut adalah alam dimana para malaikat berkiprah melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan oleh ALLAH SWT. Alam Jabarut adalah alam gaib
tempat urusan-urusan ilahiah yang menunjukkan hakikat daya paksa,
kekerasan, kecepatan tindak pembalasan, dan ketidak bergantungan kepada
segala sesuatu. Alam Lahut adalah alam gaib yang di dalamnya hanya
tampak urusan-urusan ilahiah murni.)
Lalu Dia berkata kepadaku : “Wahai penolong agung ! Aku tidak pernah
mewujudkan Diri-Ku dalam sesuatu sebagaimana perwujudanKu dalam diri
manusia.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau memiliki tempat
?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Akulah Pencipta
tempat, dan Aku tidak memiliki tempat.”
Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, apakah Engkau makan dan minum
?”, Maka Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, makanan dan
minuman kaum fakir adalah makanan dan minuman-Ku.”
2(Yang dimaksud fakir disini bukanlah orang yang bergantung pada
harta benda, melainkan orang yang merasa bergantung hanya kepada ALLAH
SWT.)
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, dari apa Engkau ciptakan malaikat
?”. Dia Berkata kepadaku : “Aku Ciptakan malaikat dari cahaya manusia,
dan Aku Ciptakan manusia dari cahaya-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Jadikan
manusia sebagai kendaraan-Ku, dan Aku jadikan seluruh isi alam sebagai
kendaraan baginya.”
3 (Kendaraan di sini berarti sarana untuk menyampaikan seseorang
kepada tujuan. Untuk tujuan tertentu, ALLAH SWT memanfaatkan manusia
sebagai saranaNya, sementara manusia memanfaatkan alam sebagai sarana
untuk mencapai tujuannya.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, betapa indahnya
Aku sebagai Pencari ! Betapa indahnya manusia sebagai yang dicari !
Betapa indahnya manusia sebagai pengendara, dan betapa indahnya alam
sebagai kendaraan baginya.”
4 (ALLAH SWT sebagai pencari sarana, memilih manusia – makhluk yang
paling mulia – sebagai kendaraanNya. Betapa Agungnya Dia dan betapa
terhormatnya manusia yang telah dipilihNya. Dan merupakan keagungan pula
bagi alam karena telah dijadikan oleh manusia sebagai kendaraan yang
membawanya kepada tujuannya.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, manusia adalah
rahasia-Ku dan Aku adalah Rahasianya. Jika manusia menyadari
kedudukannya di sisi-Ku, maka ia akan berucap pada setiap hembusan
nafasnya, ‘milik siapakah kekuasaan pada hari ini ?’.”
5 (Jika manusia mengetahui secara hakiki betapa tinggi kedudukannya
dan betapa dekat ia dengan ALLAH SWT, maka ia akan merasa bahwa suatu
saat nanti – karena kedekatan itu – ALLAH SWT akan memberikan
kekuasaanNya kepadanya. Karena itulah ia akan senantiasa menanti, kapan
saat penyerahan itu tiba, dengan kalimat : “Milik siapakah kekuasaan
pada hari ini ?.”)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tidaklah manusia
makan sesuatu, atau minum sesuatu, dan tidaklah ia berdiri atau duduk,
berbicara atau diam, tidak pula ia melakukan suatu perbuatan, menuju
sesuatu atau menjauhi sesuatu, kecuali Aku Ada [Berperan] di situ,
Bersemayam dalam dirinya dan Menggerakkannya.”
6 (ALLAH SWT selalu berperan dalam setiap gerak dan diamnya manusia.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tubuh manusia,
jiwanya, hatinya, ruhnya, pendengarannya, penglihatannya, tangannya,
kakinya, dan lidahnya, semua itu Aku Persembahkan kepadanya oleh
Diri-Ku, untuk Diri-Ku. Dia tak lain adalah Aku, dan Aku Bukanlah selain
dia.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, jika engkau
melihat seseorang terbakai oleh api kefakiran dan hancur karena
banyaknya kebergantungannya, maka dekatilah ia, karena tidak ada
penghalang antara Diri-Ku dan dirinya.”
7 (Orang yang telah menyadari kefakiran dan kebergantungannya di
hadapan ALLAH SWT, berarti ia telah memahami posisi dirinya terhadap
Tuhannya. Sehingga tiada lagi penghalang antara dirinya dan ALLAH SWT.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, janganlah engkau
makan sesuatu atau minum sesuatu dan janganlah engkau tidur, kecuali
dengan kehadiran hati yang sadar dan mata yang awas.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barangsiapa
terhalang dari perjalanan-Ku di dalam batin, maka ia akan diuji dengan
perjalanan lahir, dan ia tidak akan semakin dekat dari-Ku melainkan
justru semakin menjauh dalam perjalanan batin.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, kemanunggalan
ruhani merupakan keadaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Siapa yang percaya dengannya sebelum mengalaminya sendiri, maka ia telah
kafir. Dan barang siapa menginginkan ibadah setelah mencapai keadaan
wushul, maka ia telah menyekutukan ALLAH SWT.”
8 (Penyatuan ruhani antara makhluk dan Khaliq tidak akan dapat
diungkapkan dengan kata-kata. Jika seseorang belum mengalaminya sendiri,
maka ia akan cenderung mengingkarinya. Dan orang yang mengaku telah
mengalaminya padahal belum, maka ia telah kafir. Orang yang telah
mencapai keadaan ini, tiada yang ia inginkan selain perjumpaan dengan
ALLAH SWT. Jika ia menginginkan hal lain, meski itu berupa ibadah
sekalipun, dalam maqam ini, ia dianggap telah menyekutukan ALLAH SWT
dengan keinginannya yang lain.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barangsiapa
memperoleh kebahagiaan azali, maka selamat atasnya, dia tidak akan
terhina selamanya. Dan barang siapa memperoleh kesengsaraan azali, maka
celaka baginya, dia tidak akan diterima sama sekali setelah itu.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Jadikan
kefakiran dan keperluan sebagai kendaraan manusia. Barangsiapa
menaikinya, maka ia telah sampai di tempatnya sebelum menyeberangi gurun
dan lembah.”
9 (Kefakiran dan keperluan merupakan sarana yang membawa manusia
kepada kesadaran akan jati dirinya dan kebesaran ALLAH SWT. Orang yang
telah sampai pada kesadaran semacam ini berarti telah sampai pada
posisinya yang tepat tanpa harus menempuh perjalanan yang berliku-liku.)
Lalu Dia Berkatak kepadaku : “Wahai penolong agung, bila manusia
mengetahui apa yang terjadi setelah kematian, tentu ia tidak
menginginkan hidup di dunia ini. Dan ia akan berkata di setiap saat dan
kesempatan, ‘Tuhan, matikan aku !’.”
10 (Kematian merupakan saat disingkapkannya hakikat segala sesuatu,
dan perjumpaan dengan Tuhan adalah saat yang paling dinantikan oleh
orang yang merindukanNya.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, semua makhluk
pada hari kiamat akan dihadapkan kepadaKu dalam keadaan tuli, bisu dan
buta, lalu merasa rugi dan menangis. Demikian pula di dalam kubur.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, cinta merupakan
tirai yang membatasi antara sang pencinta dan yang dicintai. Bila sang
pencinta telah padam dari cintanya, berarti ia telah sampai kepada Sang
Kekasih.”
11 (Cinta tiada lain kecuali keinginan sang pencinta untuk berjumpa
dan bersatu dengan yang dicintai. Bila keduanya telah bertemu, maka
cinta itu sendiri akan lenyap, dan keberadaan cinta itu justru akan
menjadi penghalang antara keduanya.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Melihat
Ruh-ruh menunggu di dalam jasad-jasad mereka setelah ucapanNya,
‘Bukankah Aku ini Tuhanmu ?’ sampai hari kiamat.”
Lalu sang penolong berkata : “Aku melihat Tuhan Yang Maha Agung dan
Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barangsiapa bertanya
kepadaKu tentang melihat setelah mengetahui, berrti ia terhalang dari
pengetahuan tentang melihat. Barangsiapa mengira bahwa melihat tidak
sama dengan mengetahui, maka berarti ia telah terperdaya oleh melihat
ALLAH SWT.’”
12 (Yang dimaksud mengetahui adalah melihat dengan mata hati. Jadi, di sini melihat sama dengan mengetahui.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, orang fakir dalam
pandangan-Ku bukanlah orang yang tidak memiliki apa-apa, melainkan
orang fakir adalah ia yang memegang kendali atas segala sesuatu. Bila ia
berkata kepada sesuatu, ‘jadilah !’ maka terjadilah ia.”
13 (Fakir dalam pandangan ALLAH SWT bukanlah orang yang tidak
memiliki harta benda, melainkan orang yang merasa bergantung kepada
ALLAH SWT, dan tidak memiliki perhatian kepada apapun selain ALLAH SWT.
Orang seperti ini, kehendaknya sama dengan kehendak ALLAH SWT, sehingga
apa yang ia inginkan untuk terwujud akan terwujud.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Tak ada persahabatan dan kenikmatan di
dalam surga setelah kemunculan-Ku di sana, dan tak ada kesendirian dan
kebakaran di dalam neraka setelah sapaan-Ku kepada para penghuninya.”
14 (Keinginan dan kenikmatan terbesar manusia di alam akhirat itu
hanyalah perjumpaan dengan ALLAH SWT. Maka kenikmatan di dalam surga dan
kesengsaraan di dalam neraka tidak akan terasa jika dihadapkan pada
kenikmatan perjumpaan dengan ALLAH SWT, meski itu hanya dalam bentuk
sapaan belaka.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Yang Paling
Mulia di antara semua yang mulia, dan Aku Yang Paling Penyayang di
antara semua penyayang.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tidurlah di
sisi-Ku tidak seperti tidurnya orang-orang awam, maka engkau akan
melihatKu.” Terhadap hal ini aku bertanya : “Wahai Tuhanku, bagaimana
aku tidur disisi-Mu ?”. Dia Berkata : “Dengan menjauhkan jasmani dari
kesenangan, menjauhkan nafsu dari syahwat, menjauhkan hati dari pikiran
dan perasaan buruk, dan menjauhkan ruh dari pandangan yang melalaikan,
lalu meleburkan dzatmu di dalam Dzat.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada
sahabatmu dan pencintamu, siapa di antara kalian yang menginginkan
kedekatan dengan-Ku, maka hendaklah ia memilih kefakiran, lalu kefakiran
dari kefakiran. Bila kefakiran itu telah sempurna, maka tak ada lagi
apapun selain Aku.”
15 (Kefakiran adalah suatu keadaan keperluan. Jika seseorang tidak
memerlukan apa pun selain ALLAH SWT, maka kefakirannya telah sempurna.
Baginya, Yang Wujud hanyalah ALLAH SWT, tak ada selainNya.)
Lalu Dia Berkata : “Wahai penolong agung, berbahagialah jika engkau
mengasihi makhluk-makhluk-Ku, dan beruntunglah jika engkau memaaafkan
makhluk-makhluk-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada
pencintamu dan sahabatmu, ambillah manfaat dari do’a kaum fakir, karena
mereka bersama-Ku dan Aku Bersama mereka.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Bersama
segala sesuatu, Tempat Tinggalnya, Pengawasnya, dan kepada-Ku tempat
kembalinya.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, jangan peduli
pada surga dan apa yang ada di sana, maka engkau akan melihat Aku tanpa
perantara. Dan jangan peduli pada neraka serta apa yang ada di sana,
maka engkau akan melihat Aku tanpa perantara.”
16 (Ini seperti ungkapan Rabi’ah Al Andawiyah : “Aku menyembah ALLAH
SWT bukan karena mengharap surga atau takut akan neraka, melainkan
karena Dia memang layak untuk disembah dan karena aku mencintai-Nya.”)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, para penghuni
surga disibukkan oleh surga, dan para penghuni neraka disibukkan
oleh-Ku.”
“Jika seseorang sudah mencapai tahap membaca yang tinggi, secara
semula jadi akan terpanggil untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang
didapatinya dalam bentuk penulisan.”
(Hamka)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sebagian penghuni
surga berlindung dari kenikmatan, sebagaimana penghuni neraka
berlindung dari jilatan api.”
17 (Penghuni surga berlindung dari kenikmatan agar mereka tidak
terlena sehingga lupa akan kenikmatan yang paling besar, yakni
perjumpaan dengan ALLAH SWT.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, barangsiapa
disibukkan dengan selain Aku, maka temannya adalah sabuk [tanda
kekafiran] pada hari kiamat.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, orang-orang yang
dekat mencari pertolongan dari kedekatan, sebagaimana orang-orang yang
jauh mencari pertolongan dari kejauhan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sesungguhnya Aku
Memiliki hamba-hamba yang bukan nabi maupun rasul, yang kedudukan mereka
tidak diketahui oleh siapapun dari penghuni dunia maupun penghuni
akhirat, dari penghuni surga ataupun neraka, tidak juga malaikat Malik
ataupun Ridwan, dan Aku Tidak Menjadikan mereka untuk surga maupun untuk
neraka, tidak untuk pahala ataupun siksa, tidak untuk bidadari, istana
maupun pelayan-pelayan mudanya. Maka beruntunglah orang yang mempercayai
mereka meski belum mengenal mereka.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, engkau adalah
salah satu dari mereka. Dan di antara tanda-tanda mereka di dunia adalah
tubuh-tubuh mereka terbakar karena sedikitnya makan dan minum; nafsu
mereka telah hangus dari syahwat, hati mereka telah hangus dari pikiran
dan perasaan buruk, ruh-ruh mereka juga telah hangus dari pandangan yang
melalaikan. Mereka adalah pemilik keabadian yang terbakar oleh cahaya
perjumpaan [dengan Tuhan].”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila seseorang
yang haus datang kepadamu di hari yang amat panas, sedangkan engkau
memiliki air dingin dan engkau sedang tidak memerlukan air, jika engkau
menahan air itu baginya, maka engkau adalah orang yang paling kikir.
Bagaimana Aku Menolak mereka dari rahmat-Ku padahal Aku Telah Menetapkan
atas Diri-Ku, bahwa Aku Paling Pengasih di antara yang mengasihi.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, tak seorang pun
dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun dari ahli
ketaatan yang dekat dari-Ku.”
18 (Maksudnya, walaupun seseorang termasuk ahli maksiat, ALLAH SWT
tetap dekat dengannya sehingga jika ia mau bertobat, ALLAH SWT pasti
menerimanya. Dan janganlah seorang yang taat menyombongkan diri atas
ketaatannya, karena dengan begitu ia justru akan semakin jauh dari ALLAH
SWT. Memiliki perasaan kekurangan dan penyesalan itulah yang
menyebabkan seseorang dekat kepada ALLAH SWT.)
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, bila seseorang
dekat kepada-Ku, maka ia adalah dari kalangan maksiat, karena ia merasa
memiliki kekurangan dan penyesalan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, merasa memiliki
kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri
merupakan sumber kegelapan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, ahli maksiat akan
tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh
ketaatannya. Dan Aku Memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak
ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, sampaikan kabar
gembira kepada para pendosa tentang adanya keutamaan dan kemurahan, dan
sampaikan berita kepada para pengagum diri sendiri tentang adanya
keadilan dan pembalasan.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, ahli ketaatan
selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat Yang Maha
Pengasih.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Dekat dengan
pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh
dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, Aku Menciptakan
orang awam namun mereka tidak mampu memandang cahaya kebesaran-Ku, maka
Aku Meletakkan tirai kegelapan di antara Diri-Ku dan mereka. Dan Aku
Menciptakan orang-orang khusus namun mereka tidak mampu mendekati-Ku dan
mereka sebagai tirai penghalang.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, katakan kepada
para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku, maka
ia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, keluarlah dari
batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat. Dan keluarlah dari
batas akhirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Lalu Dia Berkata kepadaku : “Wahai penolong agung, keluarlah engkau
dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah
dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku.”
Maka aku bertanya : “Wahai Tuhanku, shalat sepert apa yang paling
dekat dengan-Mu ?.” Dia Berkata : “Shalat yang di dalamnya tiada apapun
kecuali Aku, dan orang yang melakukannya lenyap dari shalatnya dan
tenggelam karenanya.”
19 (Lenyap dari shalat bermakna bahwa niat dan perhatian si pelaku
shalat hanya tertuju kepada ALLAH SWT. Fokusnya bukan lagi penampilan
fisik maupun gerakan-gerakan, melainkan kepada makna batiniah shalat
itu.)
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling
utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Puasa yang di dalamnya tiada apa pun
selain Aku, dan orang yang melakukannya lenyap darinya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di
sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain
Aku, baik itu [harapan] surga ataupun [ketakutan] neraka, dan pelakunya
lenyap darinya."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling
utama di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tangisan orang-orang yang tertawa."
Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama
di sisi-Mu ?.” Dia Berkata : “Tertawanya orang-orang yang menangis
karena bertobat.” Lalu aku berkata : “Wahai Tuhanku, tobat seperti apa
yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Tobatnya orang-orang
yang suci.” Lalu aku bertanya : “Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa
yang paling utama di sisi-Mu ?.” Dia Menjawab : “Kesucian orang-orang
yang bertobat.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar