Di Dunia Ada Surga, SURGA DUNIA MAKRIFATULLAH
Metode penjabaran kalimah Tauhid LA ILLAHA ILALLAH selain menjabarkan tentang mengenal diri, adanya empat tingkat ilmu, juga menjabarkan tentang adanya empat tahap keyakinan.
1. Keyakinan dalam ilmu syari'at duduknya ditubuh, disebut ilmu yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Guru dan atau pada apa yang tertulis di kitab-kitab termasuk pada Al-Quran dan Hadits, Ijma dan Qiyas jumhur para 'Ulama.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut muslim karena hanya mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya saja dari apa yang tersurat atau tertulis baik yang ada dikitab termasuk Al-Qur'an dan As-Sunnah maupun dari apa yang disampaikan oleh Guru/Mursyid/Pembimbing.
2. Keyakinan dalam ilmu Tarekat/Thoriqoh duduknya dihati, disebut 'Ainul yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata hati/sanubari.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut Mu'min karena telah mampu berketetapan dengan membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan Hatinya jadi tidak tergantung dari apa yang di sampaikan oleh Guru ataupun dari apa yang tertulis di Kitab-kitab termasuk Al-Qur'an dan Hadits, Ijma dan Qiyas.
Jadilah Orang-orang MU’MIN karena akan banyak mendapat karunia dari Allah Subhanahu Wata'la sebagaimana firman-Nya.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
( Al-Ahzab 47 )
Hadist Qudsi, berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam bersabda : Allah berfirman :
"Hamba-Ku yang Mukmin adalah lebih Kucintai daripada setengah para Malaikat-Ku."
[HR. Thobaroni]
3. Keyakinan dalam Ilmu Hakekat/Hakiqot duduknya di Jiwa, disebut Hakkul YAKIN.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Jiwa.
Keyakinan pada Jiwa yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid MuRobbii adalah Nur Muhammad Rosulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam sebagai pemegang Kunci pintu surga/Miftahul Jannah dan keyakinan pada Nyawa ini berdasarkan Firman Allah Shubhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Allah mengilhamkan kepada Jiwa/Nyawa itu jalan Kefasikan dan KeTaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa/Nyawa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
( SYAMS 8-10 )
4. Keyakinan dalam Ilmu Ma'rifattulloh duduknya di Rahasia, disebut Kamalul Yakin atau Yakin yang sempurna.
Yaitu : Yakin benar karena Allah semata ( Kontak Langsung )
Keyakinan pada tingkatan ini hanya dimiliki oleh orang yang bertaqwa dan telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wata'ala atau biasa disebut sebagai kekasih Allah subhanahu wata'ala atau Auliya. Keyakinannya berdasarkan atas penyaksian yang terjadi dalam perjalanan Spiritual yang di perjalankan oleh Allah Subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong..."
( Al-Kahfi 51 )
Penyaksian yang terjadi termasuk bertemu dengan Allah SWT sebagaimana yang di isyaratkan dalam Hadist, Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam berkata :
"Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan Tuhannya tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya."
( HR. Bukhori )
"Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam, tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang membantahnya kecuali orang–orang yang tidak paham tentang Allah."
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Pengajian Diri Dan Pengkajian Rasa.
Sepertinya bisa jadi kita baru BerSyariat walau sudah merasa pinter (ibarat itu baru menaiki kapal besar)
Namun belum berThoriqoht. (Ibarat belum menggerakan jalannya kapal diatas /tengah lautan sesuai haluan dgn methode perjalanannya)
Lalu bagaimana mungkin kita mencapai Hakikat/Haqikot. (ibarat mencapai dan tahu serta mengenal cahaya-Nya lu'lu uwal marjan didasar lautan, menggapai pulau cinta dengan sebutan tanam manisnya buah keimanan dalam didikan hati kebenaran sejati)
Sebait syair: "Hakikat/hakiqot adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan gemerlapan, dari ma’rifatullah yang penuh harapan."
Syari'at, thoriqoht dan hakikat tentu saling bertautan antara satu sama lain. Maka apabila syari’at merupakan peraturan, thoriqoht merupakan pelaksanaan, dan hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Itulah sejatinya kesempuranaan tujuan perjalanan.
Semisal tentang bersuci-thoharoh, menurut syari'atnya berbersih diri dengan air. Sedang thoriqohtnya bersih diri lahir dan bathin dari hawa nafsu. Kemudian Hakikatnya bersih hati dari selain Allah. Ya semuanya itu untuk mencapai Ma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benarnya mengenal. Ingat slogan tak kenal maka tak sayang...
Contoh lagi menurut syari’at bila seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib mustaqbila qiblati, karena al-Qur’an menyebutkan : "Hadapkanlah mukamu ke Masjidil Haram ( Ka’bah) di Mekkah."
Menurut thoriqoht, hati wajib menghadap kepada Allah berdasarkan ayat al-Qur’an yang menyebutkan : "Fa’budunii ( sembahlah Aku )."
Menurut hakikat, bahwa kita menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi : "Sembahlah Tuhanmu seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Tuhan pasti melihat kamu."
Selanjutnya menurut Ma’rifat ialah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadah itu yang dengan khusyu’ seorang hamba dalam sholat merasa berhadapan dengan Allah, ketika itu perasaan bermusyahadah berintai-intaian dan bercakap-cakap (komunikatif) dengan Allah seolah-olah Allah berkata : "Innanii Ana Allah Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, maka kehadiran hati berkata : Anta Allah ( Engkaulah Allah). Lalu Allah berkata lagi : Aqimish-sholata lizikrii“
(Bersholatlah untuk mengingat-Ku).
Jadi kalau kita ibadah bukan hanya memotori dan menggemakan diri dengan kata-kata mesti ikhlas-ihklas-ihklas dan benar sesuai tuntunan saja namun belum sejatinya bila masih terlintas atas beban keta'atan itu sendiri.
Ihklas itu sebuah cerminan dari kecintaan sehingga melaksanakan perintah bukan karena titah aturan semata tapi keridhoan kasih yang nyata yang hanya didapat dari proses mengenal... Kenali dirimu bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas jiwa dan hati....
Contoh paling mudah yaitu apabila kita mencintai kekasih kita tentu kita dengan ikhlas dan rela melakukan apapun tanpa dipinta apalagi diminta...
Metode penjabaran kalimah Tauhid LA ILLAHA ILALLAH selain menjabarkan tentang mengenal diri, adanya empat tingkat ilmu, juga menjabarkan tentang adanya empat tahap keyakinan.
1. Keyakinan dalam ilmu syari'at duduknya ditubuh, disebut ilmu yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Guru dan atau pada apa yang tertulis di kitab-kitab termasuk pada Al-Quran dan Hadits, Ijma dan Qiyas jumhur para 'Ulama.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut muslim karena hanya mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya saja dari apa yang tersurat atau tertulis baik yang ada dikitab termasuk Al-Qur'an dan As-Sunnah maupun dari apa yang disampaikan oleh Guru/Mursyid/Pembimbing.
2. Keyakinan dalam ilmu Tarekat/Thoriqoh duduknya dihati, disebut 'Ainul yakin.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata hati/sanubari.
Orang-orang yang duduk di keyakinan ini disebut Mu'min karena telah mampu berketetapan dengan membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan Hatinya jadi tidak tergantung dari apa yang di sampaikan oleh Guru ataupun dari apa yang tertulis di Kitab-kitab termasuk Al-Qur'an dan Hadits, Ijma dan Qiyas.
Jadilah Orang-orang MU’MIN karena akan banyak mendapat karunia dari Allah Subhanahu Wata'la sebagaimana firman-Nya.
"Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mu’min bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah."
( Al-Ahzab 47 )
Hadist Qudsi, berkata Abu Hurairah ra. bahwa Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam bersabda : Allah berfirman :
"Hamba-Ku yang Mukmin adalah lebih Kucintai daripada setengah para Malaikat-Ku."
[HR. Thobaroni]
3. Keyakinan dalam Ilmu Hakekat/Hakiqot duduknya di Jiwa, disebut Hakkul YAKIN.
Yaitu : Yakin benar sesuai apa kata Jiwa.
Keyakinan pada Jiwa yang dikatakan sebenar-benarnya Guru/Mursyid MuRobbii adalah Nur Muhammad Rosulillah Sholallohu 'Alaihi Wasallam sebagai pemegang Kunci pintu surga/Miftahul Jannah dan keyakinan pada Nyawa ini berdasarkan Firman Allah Shubhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Allah mengilhamkan kepada Jiwa/Nyawa itu jalan Kefasikan dan KeTaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan Jiwa/Nyawa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
( SYAMS 8-10 )
4. Keyakinan dalam Ilmu Ma'rifattulloh duduknya di Rahasia, disebut Kamalul Yakin atau Yakin yang sempurna.
Yaitu : Yakin benar karena Allah semata ( Kontak Langsung )
Keyakinan pada tingkatan ini hanya dimiliki oleh orang yang bertaqwa dan telah dimuliakan oleh Allah Subhanahu wata'ala atau biasa disebut sebagai kekasih Allah subhanahu wata'ala atau Auliya. Keyakinannya berdasarkan atas penyaksian yang terjadi dalam perjalanan Spiritual yang di perjalankan oleh Allah Subhanahu wata'ala sebagaimana firman Allah Subhanahu wata'ala dalam Al-Qur'an.
"Aku tidak menghadirkan mereka ( Iblis dan anak cucunya ) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong..."
( Al-Kahfi 51 )
Penyaksian yang terjadi termasuk bertemu dengan Allah SWT sebagaimana yang di isyaratkan dalam Hadist, Rosulillah Sholallohu 'Alaihi wasallam berkata :
"Seseorang diantara kamu akan bercakap-cakap dengan Tuhannya tanpa ada penterjemah dan dinding yang mendindinginya."
( HR. Bukhori )
"Sesungguhnya ada sebagian ilmu yang diibaratkan permata yang terpendam, tidak dapat mengetahuinya kecuali Ulama Billah. Apabila mereka mengungkapkan ilmu tersebut maka tidak seorangpun yang membantahnya kecuali orang–orang yang tidak paham tentang Allah."
( Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi RA )
Pengajian Diri Dan Pengkajian Rasa.
Sepertinya bisa jadi kita baru BerSyariat walau sudah merasa pinter (ibarat itu baru menaiki kapal besar)
Namun belum berThoriqoht. (Ibarat belum menggerakan jalannya kapal diatas /tengah lautan sesuai haluan dgn methode perjalanannya)
Lalu bagaimana mungkin kita mencapai Hakikat/Haqikot. (ibarat mencapai dan tahu serta mengenal cahaya-Nya lu'lu uwal marjan didasar lautan, menggapai pulau cinta dengan sebutan tanam manisnya buah keimanan dalam didikan hati kebenaran sejati)
Sebait syair: "Hakikat/hakiqot adalah akhir perjalanan mencapai tujuan, menyaksikan cahaya nan gemerlapan, dari ma’rifatullah yang penuh harapan."
Syari'at, thoriqoht dan hakikat tentu saling bertautan antara satu sama lain. Maka apabila syari’at merupakan peraturan, thoriqoht merupakan pelaksanaan, dan hakikat merupakan tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan yang sebenar-benarnya. Itulah sejatinya kesempuranaan tujuan perjalanan.
Semisal tentang bersuci-thoharoh, menurut syari'atnya berbersih diri dengan air. Sedang thoriqohtnya bersih diri lahir dan bathin dari hawa nafsu. Kemudian Hakikatnya bersih hati dari selain Allah. Ya semuanya itu untuk mencapai Ma’rifat kepada Allah dengan sebenar-benarnya mengenal. Ingat slogan tak kenal maka tak sayang...
Contoh lagi menurut syari’at bila seseorang yang akan melaksanakan sholat, wajib mustaqbila qiblati, karena al-Qur’an menyebutkan : "Hadapkanlah mukamu ke Masjidil Haram ( Ka’bah) di Mekkah."
Menurut thoriqoht, hati wajib menghadap kepada Allah berdasarkan ayat al-Qur’an yang menyebutkan : "Fa’budunii ( sembahlah Aku )."
Menurut hakikat, bahwa kita menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya. Sebagaimana sebuah hadits yang berbunyi : "Sembahlah Tuhanmu seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Tuhan pasti melihat kamu."
Selanjutnya menurut Ma’rifat ialah mengenal Allah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadah itu yang dengan khusyu’ seorang hamba dalam sholat merasa berhadapan dengan Allah, ketika itu perasaan bermusyahadah berintai-intaian dan bercakap-cakap (komunikatif) dengan Allah seolah-olah Allah berkata : "Innanii Ana Allah Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, maka kehadiran hati berkata : Anta Allah ( Engkaulah Allah). Lalu Allah berkata lagi : Aqimish-sholata lizikrii“
(Bersholatlah untuk mengingat-Ku).
Jadi kalau kita ibadah bukan hanya memotori dan menggemakan diri dengan kata-kata mesti ikhlas-ihklas-ihklas dan benar sesuai tuntunan saja namun belum sejatinya bila masih terlintas atas beban keta'atan itu sendiri.
Ihklas itu sebuah cerminan dari kecintaan sehingga melaksanakan perintah bukan karena titah aturan semata tapi keridhoan kasih yang nyata yang hanya didapat dari proses mengenal... Kenali dirimu bila engkau ingin mengenal Tuhanmu, kenali diri itu makna bimbingan atas jiwa dan hati....
Contoh paling mudah yaitu apabila kita mencintai kekasih kita tentu kita dengan ikhlas dan rela melakukan apapun tanpa dipinta apalagi diminta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar