“Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan meng
khianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”. (QS. Al-Ahzab (33) : 72).
Jika manusia tidak memprak
tekkan ajaran yang sangat luas, sempurna dan universal ini, maka akan
terjadi kerusakan di daratan maupun di lautan akibat dari karya manusia
itu sendiri yang tidak berpedoman pada ajaran Islam (Al- Qur’an dan As
Sunnah) dalam kehidupan mereka. Memang tidak sewajarnya mengelola
sesuatu tanpa mengacu kepada ketentuan yang menciptakan sesuatu itu,
karena pasti akan mengakibatkan terjadi kerusakan, sebagaimana Allah
Subahanahu wata’ala berfirman,
“Telah nampak kerusakan di darat dan
di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar Ruum (30) : 41).
Allah Subahanahu wata’ala
telah memberi akal kepada manusia untuk berfikir dalam upaya memenuhi
keinginan dan kepentingannya, namun akal fikiran manusia tidak selamanya
benar dan tak luput dari kesalahan, maka manusia harus menetapi standar
kebenaran ajaran Maha Pencipta yang Maha Mengetahui yakni ajaran Islam
yang sudah sangat sempurna tak perlu diragukan lagi kebenarannya agar
manusia terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam mengelola bumi ini
sehingga menyelamatkan dunia ini dari kerusakan.
Kecerdasan akal pikiran
manusia memang sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan pembuktian taat
terhadap ajaran Islam dan hilangnya akal bernilai hilangnya Islam bagi
seseorang dan hanya orang berakal saja yang dapat menerima ajaran Islam
yang Haq bersama pengamalannya secara benar dan baik. Tidak ada
penilaian ajaran ini terhadap pelakunya jika dilakukan tanpa ilmu
pengetahuan yang diyakini benar secara rasional. Demikian pernghormatan
Islam terhadap “kecerdasan akal” manusia yang mampu beramal menurut ilmu
pengetahuan yang dimilikinya.
Kini zaman serba canggih,
segala fasilitas mudah terpenuhi, kecerdasan manusia semakin meningkat,
ilmu pengetahuan di segala bidang sudah mumpuni, maka zaman ini adalah
pertanda kemungkinan manusia pada umumnya untuk sampai pada kecerdasan
memahami ajaran Allah dan Rasul-Nya (Islam) secara rasional, yang justru
keterangan dan ketetapannya senantiasa sesuai dengan kenyataan alam
semesta ciptaan Allah dan juga sangat masuk akal bagi siapapun yang mau
berpikir sehat.
Maka kenyataan zaman ini
dengan segala kebebasan dan keluasan berpikir manusia adalah isyarat
bagi kemudahan mengakui kebenaran ajaran Islam yang secara akal sehat
dan ilmiah tak terbantahkan.
Harapan kemungkinan dimaksud
memprediksi masa depan zaman ini sebagai suatu peluang besar bagi wujud
kesempurnaan kehidupan Islami dalam era globalisasi zaman kedepan. Demi
kesuksesan masa depan tentunya butuh kesadaran orang beriman mengambil
peran penting untuk menyambut kenyataan masa depan dimaksud agar
berhimpun dalam suatu wadah kesatuan bagi seluruh kaum muslimin yang
telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya dan telah lama pula dipraktekkan
oleh para sahabat Anshor dan Muhajirin yaitu Berjama’ah dalam sistem
Kekhalifahan Islam sebagai wadah kesatuan global kaum Muslimin dimuka
bumi ini yang dipimpin oleh seorang Khalifah /Amirul Mukminin sebagai
Ulil Amri yang wajib mereka taati, sebagaimana Allah Subahanahu wata’ala
berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian
itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisa (4) : 59).
Tanpa sistem kesatuan global
dimaksud (Kekhalifahan setelah kenabian), mustahil syari’at Islam dapat
ditegakkan dalam kehidupan nyata. Bersiap-siaplah wahai ummat Islam
untuk menyambut masa depan menyongsong era Islam global. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar