Sheikh Yusuf berasal dari keluarga bangsawan tinggi di antara suku-suku Makassar dan kerabat memiliki ikatan dengan raja-raja Banten, Gowa dan Bone. Sheikh Yusuf sendiri dapat mengajarkan Anda beberapa perintah sesuai dengan ijazah. Seperti jemaah Naqsyabandiyah, Syattariyah, Ba `Alawiyah, dan Qadiriyah. Namun dalam pengajarannya, Syekh Yusuf tidak pernah menyebut konflik antara ajaran Hamzah Fansuri yang mengembangkan wujudiyah dengan Syekh Nuruddin Ar-Raniri pada abad ke-17 itu.
Meskipun putra
kepulauan itu, namanya sebenarnya terbang di Afrika Selatan. Dia
dianggap sebagai penatua penyebaran Islam di negara di benua Afrika.
Setiap tahun, tanggal kematian diperingati dengan sungguh-sungguh di
Afrika Selatan, dan bahkan menjadi semacam negara. Bahkan, Nelson
Mandela yang kala itu adalah presiden Afrika Selatan, dijuluki 'One of A
Son of Africa's Best'.
Sheikh Yusuf lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626 dengan nama Muhammad Yusuf. Nama ini diberikan oleh Sultan Alauddin, raja Gowa, yang merupakan teman keluarga Gallarang Monconglo'E, keluarga bangsawan tempat Siti Aminah, ibu Syekh Yusuf berasal. Penamaan ini sekaligus menahbiskan Yusuf kecil menjadi putra angkat raja.
Sheikh Yusuf mengajar sejak kecil dan dididik dalam Islam. Dia mengajar Alquran oleh guru Alquran bernama Daeng ri Tasammang sampai lulus. Pada usia ke-15, Syekh Yusuf mencari ilmu di tempat lain, sarjana tamu terkenal Cikoang bernama Syeh Jalaluddin al-Aidit, yang mendirikan penelitian pada 1640.
Sheikh Yusuf meninggalkan negara itu, Gowa, menuju pusat Islam di Mekah pada 22 September 1644 pada usia 18 tahun. Dia berhenti di Punjab dan belajar dengan seorang guru di Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota Kerajaan Banten, Pengeran Surya. Ketika dia akrab dengan cendekiawan terkenal di Aceh, Sheikh Nuruddin ar Raniri, melalui esai yang disusunnya, dia pergi ke Aceh dan melihatnya.
Setelah menerima lembaga diploma Qadiriyah dari Sheikh Nur al-Din, Sheikh Yusuf mencoba ke Timur Tengah. Dia ke Arab Saudi melalui Sri Lanka.
Di Arab Saudi, Sheikh Yusuf pertama kali mengunjungi negara Yaman, belajar di Sheikh Sayed Abu Abdullah Muhammad bin Syekh Abdul Baqi al-Kabir al-Yamani Mazjaji Zaidi al-Naqshbandi. Dia dianugerahi diploma Ordo Naqshbandi guru ini.
Perjalanan Syekh Yusuf berlanjut ke Zubaid, masih di negara Yaman, bertemu Syekh Maulana Sayed Ali Al-Zahli. Dari guru ini mendapatkan ijazah Syekh Yusuf Al-Baalawiyah Assa'adah jamaah. Setibanya musim haji, haji ke Mekah.
Lanjutkan ke Madinah, para syekh yang terkenal duduk pada hari-hari itu yaitu Syihabuddin Sheikh Ibrahim Al-Hasan ibn al-Kurdi Kaurani. Ia menerima ijazah dari Syekh Syattariyah. Tidak puas dengan pengetahuan yang didapat, Syekh Yusuf pergi ke tanah Syam (Damaskus) bertemu Syekh Abu al-Barakat al-Ayyub al-Qurasyi Khalwati. Gurunya memberikan lembaga diploma Khalwatiyah & gelar tertinggi, Al-Taj Al-setelah pandangan kemajuan Khalawati Hadiatullah Shari'a amal dan sifat amal yang dialami oleh Sheikh Yusuf.
Cara hidup utama yang dipaksakan oleh Syekh Yusuf dalam pengajarannya kepada murid-muridnya adalah kemurnian batin dari setiap tindakan tidak bermoral dengan segala bentuknya. Dorongan pendosa dipengaruhi oleh kecenderungan untuk mengikuti keinginan nafsu belaka, nafsu mendapatkan kemewahan dan kesenangan dunia. Gairah yang menjadi penyebab utama perilaku buruk. Tahap pertama yang harus diambil oleh seorang siswa (salik) adalah mengosongkan diri Anda dari sikap dan perilaku yang menunjukkan kemewahan duniawi.
Pergerakan nasional terlibat
Setelah hampir 20 tahun belajar, ia kembali ke kota asalnya, Gowa. Tetapi dia sangat kecewa karena itu adalah Gowa yang baru kalah perang melawan Belanda. Di bawah Belanda, sifat buruk merajalela. Setelah berhasil meyakinkan Sultan untuk menyelaraskan penerapan syariah Islam di Makassar, ia kembali pergi. Pada 1672 ia pergi ke Banten. Saat itu Pangeran Surya telah naik tahta dengan gelar Sultan Ageng Tirtayasa.
Di Banten ia dipercaya sebagai mufti kerajaan dan guru agama. Bahkan dia kemudian menikah dengan putra Sultan, Siti Syarifah. Sheikh Yusuf menjadikan Bantam sebagai pusat pendidikan agama. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah, termasuk 400 orang dari Makassar di bawah kepemimpinan Ali Karaeng Bisai. Di Banten juga Syaikh Yusuf menulis banyak karya dengan memperkenalkan tasawuf kepada umat Islam di kepulauan itu.
Seperti banyak daerah lain pada waktu itu, Jakarta juga berjuang keras melawan Belanda. Taper permusuhan, sampai akhirnya meletus antara perlawanan bersenjata Sutan Ageng di satu sisi dan Sultan Haji dan Kompi di sisi lain. Syekh Yusuf berada di Sultan Ageng dengan memimpin pasukan Makassar.Namun karena tidak ada kekuatan yang sebanding, pada 1682 Bantam menyerah.
Jadi mualilah fase baru kehidupan Syekh Yusuf; hidup di pengasingan. Dia awalnya ditahan di Cirebon dan Batavia (Jakarta), tetapi karena pengaruhnya masih berbahaya bagi pemerintah kolonial, dia dan keluarganya diasingkan ke Sri Lanka, pada bulan September 1684.
Tidak berkecil hati, di negara yang asing baginya ia memulai perjuangan baru, untuk menyebarkan agama Islam. Dalam waktu singkat para siswa mencapai ratusan, kebanyakan dari India Selatan. Dia juga bertemu dan datang bersama dengan para ulama dari berbagai negara Islam. Salah satunya adalah Sheikh Ibrahim Ibn Mi'an, seorang ulama besar yang disegani dari India. Dia juga meminta Syekh Yusuf untuk menulis buku tentang Sufisme, berjudul Kayfiyyat al-Tasawwuf.
Ia juga bisa leluasa bertemu dengan kerabat dan murid-muridnya di negara ini. Berita dari dan untuk keluarga disampaikan melalui para peziarah dalam perjalanan pulang atau pergi ke Tanah Suci selalu singgah ke Sri Lanka. Ajarannya juga disampaikan kepada murid-muridnya melalui jalur ini.
Itu mengganggu Belanda. Mereka menganggap Syekh Yusuf tetap menjadi ancaman, karena ia dapat dengan mudah mempengaruhi pengikutnya untuk tetap memberontak kepada Belanda. Kemudian dibuat skenario baru; lokasi pembuangan diperjauh, ke Afrika Selatan.
Mengejar jalur propagasi
Bulan Juli 1693 adalah pertama kalinya bagi Sheikh Yusuf dan 49 pengikut menginjakkan kaki di Afrika Selatan. Mereka mencapai Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog Zandvliet dan ditempatkan di daerah dekat pantai (di mana saat itu disebut Madagaskar).
Di negara baru ini, ia kembali ke jalan khotbahnya. Saat itu, Islam di Afrika Selatan sedang berkembang. Salah satu pelopor penyebaran Islam di Imam Abdullah ibn Kadi Abdus Salaam atau lebih dikenal sebagai Tuan Guru (guru guru).
Tuan Guru lahir di Tidore. 1780, ia diasingkan ke Afrika Selatan untuk kegiatannya melawan penjajah Belanda. Selama 13 tahun ia mendekam sebagai tahanan di Pulau Robben, sebelum dipindahkan ke Cape Town. Meski hidup sebagai tahanan, pemimpin oposisi menyebarkan kegiatan rakyat di Indonesia Timur tidak pernah surut.
Jalan yang sama diambil oleh Syekh Yusuf. Dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak pengikut. Selama enam tahun di Afrika Selatan, tidak banyak yang diketahui tentang dia, karena dia tidak bisa lagibertemu dengan para peziarah dari nusantara. Dia juga pada waktu itu sudah bangun, 67 tahun.
Dia tinggal di Tanjung Harapan sampai kematiannya pada 23 Mei 1699 pada usia 73 tahun. Oleh pengikutnya, bekas bangunan tempat tinggal digunakan sebagai bangunan peringatan. Sultan Banten dan Raja Belanda Gowa meminta tubuh Syekh Yusuf kembali, tetapi tidak diabaikan. Baru setelah tahun 1704, atas permintaan Sultan Abdul Jalil, Belanda meminta pengabulkan. Tanggal 5 April 1705 kerandanya tiba di Gowa dan kemudian dimakamkan di Lakiung keesokan harinya.
Sri Lanka
Di Sri Lanka, Sheikh Yusuf tetap aktif untuk menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki ratusan siswa, yang sebagian besar berasal dari India Selatan. Salah satu ulama besar India, Sheikh Ibrahim ibn Mi'an, termasuk mereka yang duduk di Syekh Yusuf.
Melalui para peziarah yang berkunjung ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di kepulauan itu, dan akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh, Afrika Selatan, pada bulan Juli 1693.
Afrika Selatan
Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf terus mengabar, dan memiliki banyak pengikut. Ketika dia meninggal pada 23 Mei 1699, para pengikutnya menjadikan hari itu sebagai peringatan kematiannya. Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya 'The Best One A Son of Africa'.
Sebagai cendekiawan Syariah, mistikus dan tarikat khalifah dan musuh besar Kompeni Belanda, Sheikh Yusuf dianggap sebagai `duri dalam daging 'oleh pemerintah di Perusahaan Hindia Timur. Ia diasingkan ke Ceylon, kemudian pindah ke Afrika Selatan, dan meninggal di pengasingan Cape Town (Afrika Selatan) pada tahun 1699. Pada masanya (abad ke-17), ia dikenal di empat tempat, yaitu Banten dan Sulawesi Selatan (Indonesia), Sri Lanka, dan Afrika Selatan sedang berjuang untuk mencapai persatuan dan kesatuan melawan penindasan dan perbedaan kulit.
Wallahu'alam bisshawab
Sheikh Yusuf lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, pada 3 Juli 1626 dengan nama Muhammad Yusuf. Nama ini diberikan oleh Sultan Alauddin, raja Gowa, yang merupakan teman keluarga Gallarang Monconglo'E, keluarga bangsawan tempat Siti Aminah, ibu Syekh Yusuf berasal. Penamaan ini sekaligus menahbiskan Yusuf kecil menjadi putra angkat raja.
Sheikh Yusuf mengajar sejak kecil dan dididik dalam Islam. Dia mengajar Alquran oleh guru Alquran bernama Daeng ri Tasammang sampai lulus. Pada usia ke-15, Syekh Yusuf mencari ilmu di tempat lain, sarjana tamu terkenal Cikoang bernama Syeh Jalaluddin al-Aidit, yang mendirikan penelitian pada 1640.
Sheikh Yusuf meninggalkan negara itu, Gowa, menuju pusat Islam di Mekah pada 22 September 1644 pada usia 18 tahun. Dia berhenti di Punjab dan belajar dengan seorang guru di Banten. Di sana ia bersahabat dengan putra mahkota Kerajaan Banten, Pengeran Surya. Ketika dia akrab dengan cendekiawan terkenal di Aceh, Sheikh Nuruddin ar Raniri, melalui esai yang disusunnya, dia pergi ke Aceh dan melihatnya.
Setelah menerima lembaga diploma Qadiriyah dari Sheikh Nur al-Din, Sheikh Yusuf mencoba ke Timur Tengah. Dia ke Arab Saudi melalui Sri Lanka.
Di Arab Saudi, Sheikh Yusuf pertama kali mengunjungi negara Yaman, belajar di Sheikh Sayed Abu Abdullah Muhammad bin Syekh Abdul Baqi al-Kabir al-Yamani Mazjaji Zaidi al-Naqshbandi. Dia dianugerahi diploma Ordo Naqshbandi guru ini.
Perjalanan Syekh Yusuf berlanjut ke Zubaid, masih di negara Yaman, bertemu Syekh Maulana Sayed Ali Al-Zahli. Dari guru ini mendapatkan ijazah Syekh Yusuf Al-Baalawiyah Assa'adah jamaah. Setibanya musim haji, haji ke Mekah.
Lanjutkan ke Madinah, para syekh yang terkenal duduk pada hari-hari itu yaitu Syihabuddin Sheikh Ibrahim Al-Hasan ibn al-Kurdi Kaurani. Ia menerima ijazah dari Syekh Syattariyah. Tidak puas dengan pengetahuan yang didapat, Syekh Yusuf pergi ke tanah Syam (Damaskus) bertemu Syekh Abu al-Barakat al-Ayyub al-Qurasyi Khalwati. Gurunya memberikan lembaga diploma Khalwatiyah & gelar tertinggi, Al-Taj Al-setelah pandangan kemajuan Khalawati Hadiatullah Shari'a amal dan sifat amal yang dialami oleh Sheikh Yusuf.
Cara hidup utama yang dipaksakan oleh Syekh Yusuf dalam pengajarannya kepada murid-muridnya adalah kemurnian batin dari setiap tindakan tidak bermoral dengan segala bentuknya. Dorongan pendosa dipengaruhi oleh kecenderungan untuk mengikuti keinginan nafsu belaka, nafsu mendapatkan kemewahan dan kesenangan dunia. Gairah yang menjadi penyebab utama perilaku buruk. Tahap pertama yang harus diambil oleh seorang siswa (salik) adalah mengosongkan diri Anda dari sikap dan perilaku yang menunjukkan kemewahan duniawi.
Pergerakan nasional terlibat
Setelah hampir 20 tahun belajar, ia kembali ke kota asalnya, Gowa. Tetapi dia sangat kecewa karena itu adalah Gowa yang baru kalah perang melawan Belanda. Di bawah Belanda, sifat buruk merajalela. Setelah berhasil meyakinkan Sultan untuk menyelaraskan penerapan syariah Islam di Makassar, ia kembali pergi. Pada 1672 ia pergi ke Banten. Saat itu Pangeran Surya telah naik tahta dengan gelar Sultan Ageng Tirtayasa.
Di Banten ia dipercaya sebagai mufti kerajaan dan guru agama. Bahkan dia kemudian menikah dengan putra Sultan, Siti Syarifah. Sheikh Yusuf menjadikan Bantam sebagai pusat pendidikan agama. Murid-muridnya datang dari berbagai daerah, termasuk 400 orang dari Makassar di bawah kepemimpinan Ali Karaeng Bisai. Di Banten juga Syaikh Yusuf menulis banyak karya dengan memperkenalkan tasawuf kepada umat Islam di kepulauan itu.
Seperti banyak daerah lain pada waktu itu, Jakarta juga berjuang keras melawan Belanda. Taper permusuhan, sampai akhirnya meletus antara perlawanan bersenjata Sutan Ageng di satu sisi dan Sultan Haji dan Kompi di sisi lain. Syekh Yusuf berada di Sultan Ageng dengan memimpin pasukan Makassar.Namun karena tidak ada kekuatan yang sebanding, pada 1682 Bantam menyerah.
Jadi mualilah fase baru kehidupan Syekh Yusuf; hidup di pengasingan. Dia awalnya ditahan di Cirebon dan Batavia (Jakarta), tetapi karena pengaruhnya masih berbahaya bagi pemerintah kolonial, dia dan keluarganya diasingkan ke Sri Lanka, pada bulan September 1684.
Tidak berkecil hati, di negara yang asing baginya ia memulai perjuangan baru, untuk menyebarkan agama Islam. Dalam waktu singkat para siswa mencapai ratusan, kebanyakan dari India Selatan. Dia juga bertemu dan datang bersama dengan para ulama dari berbagai negara Islam. Salah satunya adalah Sheikh Ibrahim Ibn Mi'an, seorang ulama besar yang disegani dari India. Dia juga meminta Syekh Yusuf untuk menulis buku tentang Sufisme, berjudul Kayfiyyat al-Tasawwuf.
Ia juga bisa leluasa bertemu dengan kerabat dan murid-muridnya di negara ini. Berita dari dan untuk keluarga disampaikan melalui para peziarah dalam perjalanan pulang atau pergi ke Tanah Suci selalu singgah ke Sri Lanka. Ajarannya juga disampaikan kepada murid-muridnya melalui jalur ini.
Itu mengganggu Belanda. Mereka menganggap Syekh Yusuf tetap menjadi ancaman, karena ia dapat dengan mudah mempengaruhi pengikutnya untuk tetap memberontak kepada Belanda. Kemudian dibuat skenario baru; lokasi pembuangan diperjauh, ke Afrika Selatan.
Mengejar jalur propagasi
Bulan Juli 1693 adalah pertama kalinya bagi Sheikh Yusuf dan 49 pengikut menginjakkan kaki di Afrika Selatan. Mereka mencapai Tanjung Harapan dengan kapal De Voetboog Zandvliet dan ditempatkan di daerah dekat pantai (di mana saat itu disebut Madagaskar).
Di negara baru ini, ia kembali ke jalan khotbahnya. Saat itu, Islam di Afrika Selatan sedang berkembang. Salah satu pelopor penyebaran Islam di Imam Abdullah ibn Kadi Abdus Salaam atau lebih dikenal sebagai Tuan Guru (guru guru).
Tuan Guru lahir di Tidore. 1780, ia diasingkan ke Afrika Selatan untuk kegiatannya melawan penjajah Belanda. Selama 13 tahun ia mendekam sebagai tahanan di Pulau Robben, sebelum dipindahkan ke Cape Town. Meski hidup sebagai tahanan, pemimpin oposisi menyebarkan kegiatan rakyat di Indonesia Timur tidak pernah surut.
Jalan yang sama diambil oleh Syekh Yusuf. Dalam waktu singkat ia telah mengumpulkan banyak pengikut. Selama enam tahun di Afrika Selatan, tidak banyak yang diketahui tentang dia, karena dia tidak bisa lagibertemu dengan para peziarah dari nusantara. Dia juga pada waktu itu sudah bangun, 67 tahun.
Dia tinggal di Tanjung Harapan sampai kematiannya pada 23 Mei 1699 pada usia 73 tahun. Oleh pengikutnya, bekas bangunan tempat tinggal digunakan sebagai bangunan peringatan. Sultan Banten dan Raja Belanda Gowa meminta tubuh Syekh Yusuf kembali, tetapi tidak diabaikan. Baru setelah tahun 1704, atas permintaan Sultan Abdul Jalil, Belanda meminta pengabulkan. Tanggal 5 April 1705 kerandanya tiba di Gowa dan kemudian dimakamkan di Lakiung keesokan harinya.
Sri Lanka
Di Sri Lanka, Sheikh Yusuf tetap aktif untuk menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki ratusan siswa, yang sebagian besar berasal dari India Selatan. Salah satu ulama besar India, Sheikh Ibrahim ibn Mi'an, termasuk mereka yang duduk di Syekh Yusuf.
Melalui para peziarah yang berkunjung ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di kepulauan itu, dan akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan ke lokasi lain yang lebih jauh, Afrika Selatan, pada bulan Juli 1693.
Afrika Selatan
Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf terus mengabar, dan memiliki banyak pengikut. Ketika dia meninggal pada 23 Mei 1699, para pengikutnya menjadikan hari itu sebagai peringatan kematiannya. Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan, menyebutnya 'The Best One A Son of Africa'.
Sebagai cendekiawan Syariah, mistikus dan tarikat khalifah dan musuh besar Kompeni Belanda, Sheikh Yusuf dianggap sebagai `duri dalam daging 'oleh pemerintah di Perusahaan Hindia Timur. Ia diasingkan ke Ceylon, kemudian pindah ke Afrika Selatan, dan meninggal di pengasingan Cape Town (Afrika Selatan) pada tahun 1699. Pada masanya (abad ke-17), ia dikenal di empat tempat, yaitu Banten dan Sulawesi Selatan (Indonesia), Sri Lanka, dan Afrika Selatan sedang berjuang untuk mencapai persatuan dan kesatuan melawan penindasan dan perbedaan kulit.
Wallahu'alam bisshawab