Bismillahirrohmaanirrohiim
Sekian lama kuberjalan tertatih tatih jatuh bangun babak belur berjuang
menata laku meniiti kepahaman atas diri demi ingin mengenal, menuju dan
mencintaiNYA, berharap akan ridloNYA semata.
Dalam kelelahan
aku bersandar pada pohon lamunan dibawah ranting ranting pemahaman
menatap ranum buah kesadaran, Maka jadilah tulisan ringan tanpa bobot
namun insya Allah bermanfaat bagi pejalan ruhani pemula seperti saya ini
Kesadaran RUHaNI merupakan bentuk kesadaran tertinggi dimana gerak dan
diam disetiap kedipan mata, tarikan,hembusan napas dan detak jantung ntu
karena RUH dari dan yg akan kembali kepadaNYA pula. Terjaganya
kesadaran RUHaNI yg demikian terus menerus insya Allah secara bertahap
akan melahirkan kesadaran kesadaran baru dalam bentuk ikhlas, tawaqal,
sabar, syukur dll bentuk ketaatan dan sifat sifat terpuji.
Untuk menjaga kesadaran Ruhani tersebut maka selalu berzikir disetiap
kedipan mata, tarikan napas, hembusan napas dan detak jantung kita
ketika duduk, berdiri, berjalan dan berbaring merupakan perintah yang
wajib bagi umat islam, terutama dalam menjalankan perintah SHOLAT yang
menjadi induknya bagi semua ibadah sebagaimana perintah ALLAH :”….wa
aqiimi sholata li dzikri”
Sekedar menyamakan persepsi bahwa
zikir itu berbeda dengan wirid, wirid (mengulang ulang suatu bacaan
tertentu dengan cara tertentu) merupakan salah satu jalan atau metode
mencapai zikir (ingat).
Memahami zikir secara sederhana adalah
1. mengingat perintaNya untuk dijalani,
2. mengingat laranganNya untuk dihindari,
3. mengingat ujianNya untuk disabari dan
4. mengingat nikmatNya untuk disyukuri.
Lebih dalam lagi, berzikir adalah menyatukan cipta, rasa dan karsa dalam qudrat dan irodatNya.
Kesadaran ruhani itu lebih pada merasakan (menyaksikan dengan rasa –
rahsa – rahasiaNYA) bahwa diri dalam segala aktifitasnya selalu sadar
dalam liputan asma sifat dan af’alNya, menyandarkan sababiyyah perbuatan
manusia karena perbuatan (af’al) NYA, bukanlah perbuatan manusia yang
menjadi sababiyyahnya, jadi ketika manusia berzikir sesungguhnya telah
didahului oleh zikirnya ALLAH kepada manusia, amal ibadah manusia
didahului oleh anugerahNya kepada manusia yang menjadi sababiyyah
manusia tersebut bisa beribadah.
Zikir dengan penuh kesadaran
ruhani akan berbuah cahaya keyaqinan mengendap pada diri dalam
ketenangan dan kestabilan jiwa, menjadikan ia tahan uji dan tahan
banting tiada rasa takut baginya karena cahaya keyaqinan senantiasa
menyiram akar akar jiwanya menumbuhkan kesadaran demi kesadaran baru
(Mahabbatullah) yang kian kokoh dan kuat mengikat jiwanya yang hanya mau
terikat kepada sang khaliq semata, jadilah ia pantulan bagi cahayaNYA
lalu memancar pada jagad dirinya menembus dan menebar keluar dari
dirinya menerangi alam sekitarnya, FainsyaAllah inilah yang dimaksud
dalam quran “ahli zikir bagaikan cahaya berjalan diantara umat manusia”
Kesadaran yang demikian sudah barang tentu akan menghindarkan atau
paling tidak akan mengikis secara bertahap manusia dari rasa peng”aku”an
(ego) yang selalu jadi hijab bagi diri untuk bertemu denganNYA. Namun
dengan terkikis dan hilangnya rasa memiliki, dan rasa takut kehilangan
(nb : didominasi oleh) “aku” justru akan melahirkan perilaku terpuji (al
: tawadlu, ikhlas, tawaqal, syukur dan sabar) serta mensifati dirinya
sebagai hamba yang faqir, hina, bodoh dan lemah tiada daya dan upaya
dihadapan sang Khaliq, benarlah apa yang dikatakan para sesepuh bahwa
“Bisa merasa tapi tidak merasa bisa”
Dus perilaku dan sifat
demikian akan menggiringnya pada maqom yang terpuji (muhammad) dan suri
tauladan bagi hamba hamba lainya. Subhanallah…
Diri berharap
semoga diperjalankan sebagai hamba yang dikehendaki menjadi bagian dari
hamba hambaNya yang senantiasa dianugerahi kesadarah ruhani dan jalan
istiqomah menuju dan mendapatkan ridloNya. Amiin
Atas koreksi
dan tambahannya serta kepada banyak saudaraku seperjalanan yang telah
telaten membimbingku tak terhitung diri mengucapkan terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar