Perjalanan Mencari Yang Haq
Ada dua jalan yang ditempuh orang dalam mencari yang haq dengan masing-masing dalilnya :
1. Man `arafa nafsahu faqad `arafa rabbahu :
Barang siapa mengenal dirinya maka pasti dia akan kenal Tuhannya.
(Dalil ini yang sangat populer dikalangan sufi, meditator , filosof,
teolog)
2. Man `arafa rabbahu faqad `arafa nafsahu :
Barang siapa yang kenal Tuhannya pasti dia akan kenal dirinya.
JALAN PERTAMA,
Biasanya di lakukan oleh para PENCARI MURNI, mereka belum memiliki
panduan tentang tuhan dengan jelas. Dia hanya berfikir dari yang sangat
sederhana …yaitu ketika ia melihat sebuah alam tergelar, muncul
pemikiran pasti ada yang membuatnya atau ada yang berkuasa dibalik alam
ini, mustahil alam ini ada begitu saja dan alam merupakan jejak-jejak
penciptanya … Dengan filsafat inilah orang akhirnya menemukan kesimpulan
bahwa Tuhan itu ada.
Sebagian meditator atau ahli sufi menggunakan
pendekatan filsafat ini dalam mencari Tuhan, yaitu tahapan mengenal diri
dari segi wilayah-wilayah alam pada dirinya, misalnya mengenali hatinya
dan suasananya, pikiran, perasaannya, dan lain-lain sehingga dia bisa
membedakan dari mana intuisi itu muncul, apakah dari fikirannya, dari
perasaannya, atau dari luar dirinya… ?
Akan tetapi penggunaan
jalur seperti ini sering kali membuat orang mudah tersesat, karena pada
tahapan-tahapan wilayah ini manusia sering terjebak pada ‘kegaiban’ yang
dia lihat dalam perjalanannya, yang kadang-kadang membuat hatinya
tertarik dan berhenti sampai disini, karena kalau tidak mempunyai tujuan
yang kuat kepada Allah pastilah orang itu menghentikan perjalanannya.
Karena disana dia bisa melihat fenomena / keajaiban alam-alam dan mampu
melihat dengan Kasyaf apa yang tersembunyi pada alam ini, akhirnya mudah
muncul ‘keakuannya’ bahwa dirinyalah yang paling hebat …akan tetapi
jika dia kuat terhadap Tuhan adalah tujuannya, pastilah dia selamat
sampai tujuannya…..
Teori yang dilakukan tersebut adalah jalan
terbalik, karena dalam pencariannya ia telusuri jejak atau tanda-tanda
yang ditinggalkannya (melalui ciptaan / alam), … ibarat seseorang
mencari kuda yang hilang, yang pertama di telusuri adalah jejak tanda
kaki kuda, kemudian memperhatikan suara ringkik kuda dan akhirnya di
temukan kandang kuda dan yang terakhir dia menemukan wujud kuda yang
sebenarnya. Hal ini sebenarnya sangat menyulitkan para pelaku pencari
Tuhan, karena terlalu lama di dalam mengidentifikasi alam-alam yang akan
di laluinya ….
JALAN KEDUA :
Adalah melangkah kepada yang
paling dekat dari dirinya, yaitu Yang Maha Dekat, langkah ini yang
paling cepat di tempuh dibanding dalil pertama. Karena dalil pertama
banyak dipengaruhi oleh para filosof pada jaman pertengahan dalam hal
ini filsafat Yunani. Teologi Kristen dan Hindu telah banyak mempengaruhi
filsafat ini. sehingga Al Ghazali gencar mengkritik kaum filosof dengan
menulis kitab tentang tidak setujunya dengan ide filsafat masa itu
yaitu Tahafut Al Falasifah / kerancuan filsafat ….
Al-ghazali
membantah pemikiran yang dimulai dengan rangkaian berfikir TERBALIK,
beliau mengajukan gagasan bahwa ummat islam harus memulai pemikirannya
dari sumber pangkal ilmu pengetahuan yaitu Tuhan, BUKAN dimulai dari
luar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, artinya sangat
berbahaya karena di dalam filsafat memulai berfikirnya dari tahapan
yang real menuju esensi dibalik semuanya berasal.
Sedangkan di
dalam Islam menunjukkan keadaan Tuhan serta jalan yang akan di tempuh
sudah di tulis dalam Alqur’an agar ummat manusia tidak tersesat oleh
rekaan-rekaan pikiran yang belum tentu kebenarannya…
Pencarian kita
telah di tulis dalam Alqur’an dan Allah menunjukkan jalannya dengan
sangat sederhana dan mudah tidak menunjukkan alam-alam yang
mengakibatkan menjadi rancu dan bingung karena alam-alam itu sangat
banyak dan kemungkinan menyesatkan kita amat besar…
Mari kita perhatikan cara Tuhan menunjukkan para hamba yang mencari Tuhannya .
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perinta-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan menusia dan mengetahui apa
yang di bisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada
urat lehernya.” (QS. Al Qaaf: 16)
Ayat-ayat diatas,
mengungkapkan keberadaan Allah sebagai wujud yang sangat dekat, dan kita
diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara utuh. Alqur’an
mengungkapkan jawaban secara dimensional dan dilihat dari perspektif
seluruh sisi pandangan manusia seutuhnya. Saat pertanyaan itu terlontar,
dimanakah Allah ? Maka Allah menjawab: Aku ini dekat, kemudian jawaban
meningkat sampai kepada, Aku lebih dekat dari urat leher kalian .atau
dimana saja kalian menghadap di situ wujud wajah-Ku dan Aku ini maha
meliputi segala sesuatu ….
Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita jika dalam mencari tuhan melalui tahapan terbalik.
Tahap pertama beliau nampak alam dan segala kejadian adalah satu bersama Allah SWT. dan pada
Tahap kedua nampak alam sebagai bayangan Allah; dan pada
Tahap ke tiga beliau nampak Allah SWT adalah berasingan dari pada segala sesuatu di alam ini.
Kalau hal ini hanya sebatas penjelasan terstruktur kepada muridnya,
saya anggap hal ini tidak menjadi persoalan, akan tetapi jika
tahapan-tahapan ini merupakan METODOLOGI dalam mencari tuhan, saya kira
ini BERBAHAYA, karena yang akan berjalan adalah fikirannya atau
gagasannya, yang akhirnya timbul khayalan atau halusinasi.
Di
dalam islam memulainya dengan pengenalan kepada Allah terlebih dahulu
yaitu dengan dzikrullah (mengingat Allah), kemudian kita di perintah
langsung mendekati-Nya, karena Allah sudah sangat dekat..tidak perlu
anda mencari jauh-jauh melalui alam-alam yang amat luas dan
membingungkan ..alam itu sangat banyak dan bertingkat-tingkat. Tidak
perlu kita memikirkannya…cukupkan jiwa ini mendekat secara langsung
kepada Allah karena orang yang telah berjumpa alam-alam belum tentu ia
tunduk kepada Allah, karena alam disana tidak ada bedanya dengan alam di
dunia ini karena semua adalah ciptaan-Nya !!
Akan tetapi jika
anda memulai dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, maka secara
otomatis anda akan diperlihatkan / dipersaksikan kepada kerajaan Tuhan
yang amat luas. Maka saya setuju dengan dalil yang KEDUA, barang siapa
kenal TUHANNYA (ALLAH SWT)maka dia akan kenal dirinya. Sebab kalau kita
kenal dengan pencipta-Nya, maka kita akan kenal dengan keadaan diri kita
dan alam-alam dibawahnya, karena semua berada dalam
genggaman-Nya…karena Dia meliputi segala sesuatu …karena Dia ada dimana
saja kita ada, … dan Dia sangat dekat.
dan bagi yang tidak
kenal Alqur’an akan mudah sekali berhenti dan tersesat kepada alam-alam
itu karena intuisi itu amat banyak yang muncul dari segala suara
alam-alam tersebut
(Kesimpulan (buat my best Friend Josie Boleh Dong Kalo Saya Menyimpulkan, tapi jangan Diketawain ya:
Islam mengajarkan didalam mencari tuhan, telah diberi jalan yang
termudah dengan dalil barang siapa kenal Tuhannya maka dia akan kenal
dirinya … hal ini telah ditunjukkan oleh Allah bahwa Allah itu sangat
dekat, atau dengan dalil …
“barang siapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami… (QS: Al ankabut: 69 )
“Wahai orang-orang yang beriman jika kamu bertakwa kepada Allah niscaya
dia akan menjadikan bagimu furqan (pembeda).“ (QS : Al Anfaal: 29)
Ayat-ayat ini membuktikan di dalam mendekatkan diri kepada Allah tidak
perlu lagi melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang di
temukan oleh kaum filsafat atau ahli spiritual di luar islam, karena
mereka di dalam perjalanannya harus melalui tahapan-tahapan alam-alam.
Islam di dalam menemuhi Tuhannya harus mampu memfanakan alam-alam selain
Allah dengan konsep laa ilaha illallah … laa syai’un illallah … laa
haula wala quwwata illa billah … tidak ada ilah kecuali Allah … tidak
ada sesuatu (termasuk alam-alam) kecuali Allah, … tidak ada daya dan
upaya kecuali kekuatan Allah semata ….maka berjalanlah atau melangkahlah
kepada yang paling dekat dari kita terlebih dahulu bukan melangkah dari
yang paling jauh dari diri kita ….
Mari kita endapkan
keterikatan kita terhadap ‘isme’ yang kita miliki sekarang, sebab tidak
akan objektif jika hal ini masih anda sandang karena kebenaran itu akan
tetap benar walaupun keluar dari kotoran anjing. (maaf saya tidak
bermaksud mengeluarkan keimanan anda). Saya ingin anda melihat sesuatu
itu apa adanya, tidak bercampur dengan anggapan / mitos, karena
kebenaran itu meliputi segala sesuatu Tidak ada yang terbebas dari
kekuasaan yang maha mutlak. Walaupun saya mengungkapkan dengan kata-kata
wahyu dalam alqur’an , saya akan tetap berbicara keuniversalan.
Sebelum kita memasuki kepada persoalan kebenaran MUTLAK, saya akan
mengajak anda untuk memperhatikan gejala-gejala yang dialami oleh
manusia, mulai dari gejala fisik, anda akan melihat sesuatu yang sama
pada diri manusia. Fisik merupakan miniatur alam jagad raya, dimana dia
tercipta dari untaian materi yang saling mengikat, bergerak, berevolusi,
kemudian tumbuh dan berkembang. Juga anda perhatikan degup jantung,
desah nafas, kedipan mata, yang bergerak bukan kemauan dirinya, semua
ada diluar kekuasaan dirinya, itulah kebenaran adanya “kekuasaan” yang
meliputi dirinya. Satu hal kebenaran yang bisa dirasakan bersama, baik
orang hindu, islam, budha, atau kristen…( Allah meliputi orang-orang
kafir ; QS. Al Baqarah:19).
Dari segi kejiwaan, dalam dirinya
ada rasa, senang, cinta, bahagia, kebencian, dan kepuasan. Jika
kesadaran akan kejiwaannya berkembang maka akan ditemui keistimewaan
jiwa yang amat luas, misalnya seorang meditator mampu melihat jarak jauh
dengan kekuatan fikiran (telepati), tidak terbakar oleh panasnya api
dll, semua nya adalah fenomena yang bisa terjadi kepada siapa saja jika
digali dengan latihan kesadaran yang benar … Kebenaran itu juga telah
terjadi kepada orang yang tekun melatih kejiwaannya maupun fisik dengan
baik, sehingga muncul kekuatan yang timbul seperti mukjizat (jika hal
ini terjadi kepada seorang yang terdoktrin dengan suatu agama maka dia
akan menyandarkan kekuatan itu kepada apa yang menjadi kepercayaannya)
Seperti halnya orang yang melatih pernafasan dengan baik, ia mengolah
energi bioelektrik dalam tubuhnya sehingga mampu memberikan kekuatan
yang luar biasa. Tidak heran jika seorang yang telah mahir menghimpun
daya elektrik ia mampu memecahkan balok es, mematahkan besi baja, mampu
mendeteksi barang yang tersembunyi, tahan pukul benda keras maupun
senjata tajam ..dll
Semua itu ada terjadi kepada manusia penganut
agama apapun, akan tetapi mereka menyandarkan kekuataan itu kepada apa
yang di yakininya apakah itu kepada Yesus, Hyang Widhi, Tao, Sang Budha,
Allah, dewa-dewa, dll, tergantung kepada doktrin kepercayaannya, tetapi
pada hakikatnya kekuatan itu ada, tidak bisa dipungkiri.
Pada
tatanan fenomena fisik dan psikhis, mungkin kita akan mengalami kesamaan
dengan perjalanan meditator..penyembuh, pastor atau pendeta, biksu yang
tekun berkonsentrasi kepada apa yang diyakininya (dalam hal ini Tuhan/
dewa-dewa) atau kadang juga sama dengan penggali olah jiwa yang tidak
menggunakan pengertian ketuhanan sama sekali seperti orang-orang yang
mengembangkan kekuatan psikologisnya telepati, hipnotisme dan olah rasa.
Pengalaman-pengalaman ini bukanlah penentu sebuah klaim kebenaran agama
tertentu, sehingga menganggap agama lain tidak mampu berbuat demikian,
tidak !! Akan tetapi hal ini sebagaimana ilmu-ilmu yang lainnya bersifat
universal, seperti perasaan rindu, cinta, sedih, bahagia dan
ketenangan.
Keadaan ini bisa disebut sebagian dari pengalaman
perasaan rohani. Yang tidak bisa di klaim sebagai milik orang islam
saja, atau orang Kristen dan yang lain. Banyak pendeta yang berdoa
digereja memohon kesembuhan bagi sipenderita sakit parah ia bisa sembuh,
pendeta budha pun demikian, dan tidak sedikit pula dari kalangan islam
yang bukan kyai bisa berdoa untuk yang sakit, iapun bisa sembuh !!
Lalu apakah sebenarnya yang terjadi terhadap mereka ini, sehingga apa
yang mereka lakukan tampak tidak ada bedanya walaupun cara mereka
berbeda dalam melakukan ritual, bahkan berbeda kepercayaan ketuhanannya
!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar