Darimana kah cahaya Ilahi itu terbit? Tentu bukan dari Timur maupun dari Barat, tapi dari qalbu dan rahasia qalbu paling dalam. CahayaNya melimpah sebagaimana dikatakan Ibnu Athaillah as-Sakandary, ”Tempat terbitnya cahaya itu adalah qalbu dan rahasia qalbu,” lalu cahaya itu membias ke seluruh wilayah batin kita, menghidupkan batin kita, jiwa kita, fikiran dan akal kita.
Pertama kali cahaya itu membuka kenyataan hakikat, maka seorang hamba merasa diliputi oleh cahayaNya dan ”Duhai ....Pertolongan dari Allah dan Pencerahan bahwa Dia adalah Maha Dekat (Nashrun minallaah wa-fathun qariib). Duh Engkau-Lah Sang Maha Dekat dan akulah yang begitu jauh...”
Berikutnya, cahaya semakin kuat memancar hingga tak ada yang diragukan
lagi dalam lembah rasa yaqin dalam qalbu. Sang hamba fana’ dalam
cahayaNya, lalu melimpahlah ampunan atas dosa-dosa masa lalu dan masa
depan. Itulah Fathun Mubiin yang begitu kuat menghanguskan daya dan
upaya kita, dan yang ada hanya Dia Swt.
Dalam puncak kesadaran cahaya, sang hamba meraih ma’rifah yang hakiki, dalam pencerahan yang absolut atau mutlak. Sebuah Pertolongan Allah Swt langsung, yang membuat sang hamba dalam Baqa’Nya, karena Yang Ada hanyalah Baqa’Nya. Dan itulah disebut sebagai Futuh Muthlaq (Idzaa Jaa’a Nashrullaah wal-Fath).
Ya Allah bukalah pencerahan pada kami melalui pencerahan para ahli ma’rifat. Yang ma’rifat dariMu, bersamaMu hanya bagiMu. Amiin.
Dalam puncak kesadaran cahaya, sang hamba meraih ma’rifah yang hakiki, dalam pencerahan yang absolut atau mutlak. Sebuah Pertolongan Allah Swt langsung, yang membuat sang hamba dalam Baqa’Nya, karena Yang Ada hanyalah Baqa’Nya. Dan itulah disebut sebagai Futuh Muthlaq (Idzaa Jaa’a Nashrullaah wal-Fath).
Ya Allah bukalah pencerahan pada kami melalui pencerahan para ahli ma’rifat. Yang ma’rifat dariMu, bersamaMu hanya bagiMu. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar