Ketika saya mengatakan, “Ini Syekh saya,” maka beliau tetap Syekh saya
walaupun beliau akan melumatkan saya di dalam mesin blender. Saya tidak
akan mengubah cinta saya pada beliau. Jika cinta saya berubah, saya
tidak akan mencapai maqam apa pun. Pikiran-pikiran buruk tentang Syekh
akan semakin menarik kalian menjauh dari beliau. Beliau mampu mendeteksi
hal itu di dalam hati kalian.
Ketika kalian mengakui mempunyai pikiran-pikiran buruk itu, maka lebih
mudah bagi Syekh untuk membersihkannya. Namun sebaliknya, bila si murid
berpura-pura di depan Syekhnya bahwa dia adalah murid yang super, bahwa
dia mencintai Syekhnya, bahwa dia akan melaksanakan apa yang diminta
Syekh, padahal hatinya berbicara sebaliknya, maka Syekh pun
mengetahuinya!
Itulah sebabnya di dalam banyak tarekat, ketika
Syekh menghijab dirinya sendiri dan berada di “dunia lain” beliau tidak
menemukan seseorang yang mampu membawa amanatnya ketika beliau sedang
absen. Walaupun ketika di hadapan beliau, mereka tampak sebagai murid
yang hebat. Akhirnya, beliau pergi tanpa menunjuk seorang pun, sampai
ada yang benar-benar muncul. Ketika murid andalan itu muncul, Syekh
memberinya kekuatan.
Insya Allah, sebentar lagi murid itu akan
muncul di antara kalian. Dia yang akan membawa amanat Syekh dan
melanjutkan perjuangannya. Jika kalian pandai, kalian akan tahu siapakah
orang itu. Dia adalah seorang yang rendah hati, tidak peduli dengan
kehidupan materi ataupun ingin mencapai maqam tertentu dan tidak
menonjolkan diri.
Sebuah lukisan Syekh Abdul Qadir Jailani QS
yang terdapat di kediaman Abah Anom di Suryalaya. Seperti ketika seorang
murid Sayyidina Abdul Qadir Jailani QS meninggal, dia dikunjungi 2
malaikat dan bertanya, “Siapa Tuhanmu?” Murid itu menjawab, ”Abdul Qadir
Jailani QS.” Siapa Nabimu? Dijawab, “Abdul Qadir Jailani QS.” Apakah
agamamu? Dijawab, “Abdul Qadir Jailani QS.” ‘Tempatmu di neraka! Ke mana
lagi tempat yang cocok bila seluruh pertanyaan dijawab dengan Abdul
Qadir Jailani QS.’
Seketika itu Sayyidina Abdul Qadir Jailani
QS muncul dan mengatakan, “Siapa yang memberi kalian izin membawanya ke
neraka? Dia telah menyebut namaku, paling tidak tanyalah dulu padaku!
Aku tidak jauh, dia adalah muridku, jika mau menanyainya, tanyalah aku.
Jangan memberi dia siksa kubur tanpa memberi kesempatan meminta
dukungan. Hal ini sama dengan menghina aku, aku wakil Nabi Muhammad
SAW!”
Kedua malaikat itu takut pada Syekh Abdul Qadir Jailani
QS. Mereka tidak ingin kena pukulan lagi seperti yang pernah dilakukan
oleh Sayyidina Umar RA pada mereka. Ketika Sayyidina Umar RA, Khalifah
kedua wafat, dua malaikat maut mendatangi beliau. “Siapa Tuhanmu?”
Sayyidina Umar RA mempunyai watak yang keras, dan beliau diam saja
ketika pertanyaan itu diajukan. “Apa agamamu?” Beliau tetap diam. “Apa
kitabmu?” Tetap tidak ada jawaban. Akhirnya mereka harus membawa beliau
menuju neraka.
Sayyidina Umar RA berkata, ”Aku tidak mendengar
apa yang kau ucapkan, mendekatlah ke sini.” Mereka mendekat dan
mengulang pertanyaan tadi. “Aku masih belum mendengar,… lebih dekat
lagi!” Maka Malaikat Munkar AS mendekat dan bertanya lagi, ”Siapa
Tuhanmu?” Sayyidina Umar RA segera mengepalkan tangan dan meninjunya
tepat di mata Malaikat Munkar AS. Para awliya mengatakan bahwa Malaikat
Munkar AS hanya memiliki satu mata saja, itu akibat dipukul oleh
Sayyidina Umar RA.
Sayyidina Umar RA berkata, ”Aku baru saja
tiba dengan jarak 10 yard, 2 menit dari makamku. Bagaimana mungkin aku
lupa siapa Tuhanku dengan waktu sesingkat itu. Sedangkan kalian yang
dikirim Allah SWT dari jarak ribuan dan ribuan tahun jauhnya mengaku
tidak melupakan siapa Tuhan kalian? Terimalah pukulan keduaku ini!”
Segera Malaikat Munkar AS lari menjauh dan Malaikat Nakir AS lari
menyusulnya.
Maka kini kedua malaikat itu takut pada Syekh
Abdul Qadir Jailani QS. Mereka kembali kepada Allah SWT, dan Allah SWT
berfirman, “Dia adalah salah satu awliya-Ku. Tinggalkanlah dia.”
Allah SWT lalu memperpanjang hidup murid itu selama 37 tahun lagi.
Mengapa? Karena cinta murid itu pada Syekhnya amat besar dan tidak mampu
melihat apa pun kecuali Syekhnya. Itulah murid yang benar, mampu
menjaga amanat.
Jika saya bertanya pada kalian sekarang, “Siapa
Tuhanmu? Siapa nabimu? Apa kitabmu?” Maka kalian pasti takut untuk
menjawab ‘Syekhku!’ Karena itu syirik, kufur , tidak bisa diterima.
Meskipun hal itu tidak bisa diterima, dan bahkan kita sadar bahwa kita
harus menyembah Allah SWT, dan ketika kita mengatakan, “Allahu Akbar,”
kita sedang menyembahnya, namun jika kalian berada dalam Maqam Cinta,
maka cinta itu akan mengambil alih pikiran kalian. Pada saat itu kalian
tidak bertanggung jawab atas apa yang kalian katakan dan tidak berdosa.
Saat ini kalian pada tingkatan menggunakan akal. Namun pada saat berada
di maqam itu, di mana kalian tidak dapat menggunakan akal pikiran, maka
kalian bisa mengatakannya dan hal itu tidak dicatat sebagai sebuah
dosa. Seperti orang yang tidak waras, jika dia membunuh seseorang, maka
kita tidak bisa mengajaknya bicara karena dia tidak menggunakan
pikirannya.Tidak bisa ditindak secara hukum karena dia seperti seorang
anak kecil, walaupun tindakannya berdasarkan niat sekalipun. Dia tidak
bertanggung jawab, dia tidak menggunakan akal pikirannya.
Jika
kalian mencapai Maqam Cinta sebagaimana yang telah dicapai para awliya,
maka syirik tidak ada artinya. Inilah yang gagal dimengerti oleh para
ulama terhadap keberadaan para wali. Ini adalah kesalahan yang dibuat
para ulama dulu dan masih berlanjut sampai sekarang. Mereka mengatakan,
“Syekh itu musyrik dan mengatakan sesuatu yang tidak bisa diterima.”
Karena Syekh itu tidak sedang berada di maqam yang biasa. Dia sedang
berada di Maqam Cinta. (Mawlana Syeikh Hisyam Kabbani Ar Rabbani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar