Disebuah kedai, pardi dan dulkamadi sedang asyik mendiskusikan makna yaqin. “Yaqin itu sebagai lawan dari ragu ragu, skeptik, hipokrit(munafik) dan angan angan panjang yang tidak berkesudahan. Memulai sesuatu haruslah dengan rasa yaqin yang kuat, bukan yaqin pada kekuatan diri, percaya diri, rasa hebat diri, rasa unggul diri, bukan ! Tetapi yaqin pada Allah Ta’ala ” kata kang sholeh mencoba menggaris bawahi sejumlah aksioma tentang yaqin…
“Apa sih kang yang diyakini dari Allah Ta’ala dibalik perjalanan sukses itu sendiri ?”
“lhaah, berarti tandanya kamu masih belum yaqin kalau masih bertanya seperti itu…”
“memang kang. . . Jujur saja saya semakin tolol, ketika membedah soal yaqin ini, sebab banyak orang yang mencoba belajar yaqin. Pada diri sendiri, akhirnya malah terjebak dalam dunia ilmu sihir. Kan celaka”.
“Allah memiliki asma’ dan sifat sifat Agung yang senan tiasa Maha Akrab dengan hamba hambaNya, menghendaki kebajikan hamba dan tidak menginginkan hamba celaka. Seluruh protes hamba seputar takdir. Fakta kehidupan, ketidak adilan, akhirnya hanya membuat “bungkam para hamba ,manakala para hamba memahami Allah. Dan mengenal Allah dengan sesungguhnya. Apa masih kurang yaqin ?”
“uraikan lagi kang”
” Allah tidak pernah mendzalimi para hambaNya, tetapi para hamba itulah yang mendzalimi dirinya sendiri,kealpaan dan kelalaian diri telah melemparkan para hamba untuk jauh dari pertolongan dan hidayahNya. Dan,ironisnya kealpaan dan kelalaian itu dinikmati oleh para hamba sebagai bentuk kebanggaan dan arogansi hidup, tanpa ia sadari telah banyak hatinya terluka, sakit dan kelak hatinya mati “
“lagiii kang shol”
” Allah menjadikan hambaNya yang yaqin padaNya, sebagai simbul dari ucapan, pendengaran, tangan dan langkahNya pada diri hamba itu. Dipuncak rasa Yaqin (Haqqul yaqin) segalanya, apapun selain Allah tak berarti apa apa, sehingga sang hamba menjadi merdeka dan bebas secara Universal, benar benar sebagai hamba, bukan hamba dunia dan hawa nafsunya apalagi benar benar bebas secara kompleks.”
“lagi kaang”
” lagi…lagi…satu kalimat belum titik saja kamu gak bisa menjalani apalagi uraian luas, jangan-jangan nanti tambah bingung…”
“siapa tahu diantara ribuan kata yang mengurai ada satu kata saja yang bisa membuatku yaqin,itu bisa membantu sukses diriku dunia akhirat kang shol”
“sekarang coba kita renungkan produk produk karakter orang yang yaqin pada Allah Ta’ala”
“orang yaqin kepada Allah, sikap dan tindakannya, bukan untuk memenuhi hasratnya sendiri, tetapi memang itulah kehendak Tuhannya, sehingga rasa khawatir, takut, gelisah, trauma, dan iri serta dengki, egoistik sirna dari dirinya, lalu ia merasa damai bersama Nya, begitu luas tak terhingga pandangannya. Karena gelisah, takut, khawatir, hanyalah produk hawa nafsu kita yang harus kita lawan.
Orang yang yaqin tidak akan pernah membanggakan prestasinya, mengandalkan kinerjanya, membusungkan dadanya, karena semua itu dari Allah bersama Allah dan menuju kepada Allah.
0rang yang yaqin kepada Allah, seberat apapun problem yang dihadapi, seterpuruk apapun kebangkrutan yang dialami, serendah apapun ketersungkuran ,sosial yang dialami dinasibi, tidak sejengkal langkah pun ia bergeser dari Rahmad Allah. Karena orang yang Yaqin kepadaNya, memandang watak dan karakter dunia, sejak dunia ini ada hingga esok hari kiamat, wataknya memang problematik, dilematik dan kasuistik. Jadi bukan sesuatu yang asing baginya. Orang yang yaqin kepada Allah, dunia maupun akhirat akan menyertainya, memburunya, mengejarnya, karena hamba yang yaqin berada pada pusat pusaran ruhani, dalam putaran kecepatan yang tak terhingga, sampai dirinya serasa diam dan mandiri bersamaNya.
0rang yaqin kepada Allah tidak pernah kehilangan masa depan sama sekali, karena ia telah berada dimasa depan itu secara hakiki, masa depan yang hakiki adalah Allah Ta’ala itu sendiri.”
Pardi dan Dulkamadi serta pengedai kopi cak san, bener bener terkesima, kang saleh pun kaget ,karena orang orang pada mencatat uraian kang shaleh.
“Weleh… weleh, kedai kopi kayak kampus saja. Catat semua dalam hati, dalam penghayatan disini, dalam dada, bukan dalam selembar kertas…” kata kang shaleh sembari ngeloyor keluar dari kedai. Mereka hanya mesam mesem wae. . .he he
gaya tok kang …kang…!!
tak catet ini ya. . .sukron kang shaleh. . .jazakum Allah ahsanal jaza…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar