Anda
mungkin sering mendengar kata-kata seperti judul di atas, anda di
nasehati untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadist. Sekilas nasehat tersebut
baik, tentu saja baik karena kita dianjurkan untuk menjadikan al-qur’an
dan sunnah sebagai pedoman hidup, tapi kalau direnung lebih dalam kita
juga wajib bertanya, apakah semua orang diberi kebebasan untuk
menafsirkan al-Qur’an? Kalau anda ada persoalan kemudian buka al-Qur’an
dan Hadist kemudian memahami sendiri? Lalu dimana anda mau letakkan
pendapat para ulama yang telah menyusun tafsir dan penjelasan lengkap
selama 1400 tahun?
Ciri
khas aliran yang muncul 100 tahun lalu di tanah arab tidak lain
menjauhkan ummat dengan Ulama dengan berbagai cara, mulai dengan
menghancurkan kuburan ulama dengan dalih syirik, melarang menghormati
ulama dengan alasan dalam ajaran Islam dilarang mengkultuskan manusia,
termasuk slogan di atas, “Kembali ke al-Qur’an dan Hadist” dengan slogan
itu ummat tidak lagi perlu bertanya ke ulama, setiap manusia diberi
kedudukan yang sama di hadapan Allah termasuk dalam menafsirkan
al-Qur’an.
Slogan
ini kemudian melahirkan orang-orang yang “sok tahu” tentang al-qur’an,
kemudian dengan mudah menvonis orang dengan ayat-ayat yang dipahami
dengan keterbatasan ilmunya. Saya sendiri sudah kenyang melihat jenis
ulama gadungan, baru rajin shalat 3 bulan dan membaca al-Qur’an
terjemahan, kemudian dengan mudah mengeluarkan “fatwa”, yang ini sesat,
ini bid’ah, ini tidak sesuai al-Qur’an dan Hadist dst.
Lahirnya
orang-orang yang dangkal memahami agama ini memang dirancang oleh
kelompok tertentu, saya tidak berani menuduh mereka Yahudi atau
orientalis, anda bisa menyebut mereka dengan sebutan yang anda sukai,
dengan tujuan agar ummat ini mudah di ombang ambing seperti buih di
lautan. Terputusnya ummat dengan Ulama Pewaris Nabi akan mudah bagi
mereka kemudian menyodorkan ulama versi mereka, andai pun memahami
al-Qur’an hanya sebatas tekstual, yang tertulis semata.
Selama
100 tahun ummat Islam telah berhasil di perdaya, coba anda lihat
hasilnya, ayat-ayat tentang jihad dimaknai apa adanya, maka lahirnya
al-Qaida, kemudian ISIS dan lain-lain, diantara sesama muslim jadi
saling mencurigai, ini hasil unggul produk “Kembali ke al-Qur’an dan
Hadist” yang di dengungkan 100 tahun lalu, slogan yang tidak pernah ada
sebelumnya.
Tulisan
ini tolong dipahami dengan kepala dingin, saya tidak sedang mengkritik
al-Qur’an dan Sunnah dan tidak pula melarang orang berpedoman kepada
keduanya, yang saya kritik adalah cara orang memahami keduanya, memahami
tanpa dengan bimbingan. Menafsirkan al-Qur’an dengan akal pikiran akan
membuat manusia tersesat, Nabi memberikan nasehat :
“Barang siapa yang menafsirkan al-Qur’an menurut pendapatnya sendiri, hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka” (HR. Muslim)
Dari
awal Nabi sudah khawatir akan muncul suatu generasi yang dengan
sekehendak hatinya menafsirkan ayat al-Qur’an. Siapa yang paling paham
dengan firman Allah? Tentu saja Nabi dan siapa orang paling paham dengan
Nabi? Tentu sahabat, dan siapa yang paling paham dengan sahabat? Tentu
saja orang yang pernah hidup dengan sahabat Nabi, hubungan berantai itu
yang menyebabkan Islam lestari hingga hari ini.
Paham
yang di usung 100 tahun lalu tersebut kemudian menafikan mazhab, dengan
alasan karena mazhab ummat ini terpecah, kemudian dengan alasan ini
pula slogan “Kembali ke al-Qur’an dan Sunnah” terasa sangat masuk akal,
akhirnya seluruh orang dengan gaya masing-masing menartikan al-Qur’an
menurut akal pikirannya, hasilnya TERSESAT!.
Pemikiran
paham yang muncul 100 tahun lalu tersebut memang rancu, satu sisi anda
di suruh mengikuti al-Qur’an dan Sunnah, mengikuti ulama salaf, tapi
sisi lain anda dilarang mengikuti mazhab, bukankah Imam Mazhab tersebut
termasuk ulama salaf?
Imam
Mazhab menurut saya ibarat ahli masak, Koki terkenal yang mempunyai
resep masak, kemudian resep itu diwariskan dan dipakai sekian lama dan
terbukti memang sangat enak. Ibarat masak kambing, ada berbagai jenis
seperti: kari, rendang, sop dan sate, ke empat jenis ini mempunyai
keungulan dan kelemahan masing-masing, silahkan anda mengikuti menurut
kebutuhan masing-masing. Bagi sebagian orang kari kambing adalah makanan
yang sangat cocok untuk mereka, bahan-bahan pendukung seperti kelapa
dan rempah-rempah kebetulan banyak di daerahnya, sebagian yang tinggal
didaerah tanpa buah kelapa, sate atau sop adalah pilihan paling bagus.
Semua jenis masakan berdasarkan resep warisan koki terkenal tersebut
sangat baik, karena telah diteliti oleh mereka.
Kemudian
muncul satu golongan (100 tahun lalu) yang menolak bahkan membuang
resep-resep bagus ahli masak yang telah terbukti selama 1000 tahun ampuh
dan hebat, mereka membuang semua resep, bagi mereka gara-gara resep
masakan kita jadi tidak kompak, semua orang harus kembali ke alamiah,
tidak perlu bumbu-bumbu, itu semua bid’ah. Akhirnya orang disuruh makan
daging mentah, hasilnya: hambar dan sakit perut!
Cara
terbaik agar kita selalu mendapat bimbingan dari Allah adalah berguru
kepada orang yang mempunyai hubungan baik dan dekat dengan Allah,
orang-orang yang memahami firman Allah dengan hati yang disinari oleh
cahaya-Nya. Menutup tulisan ini saya kutip firman Allah dalam surat
an-Nahl 43 :
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar