ISLAM BERLAPIS..... [2]
Kalau hanya mengandalkan asfek zahir Agama, maka kita hanya bisa
mengajarkan agama kepada akal fikiran manusia dan manusia yang
melaksanakan asfek zahir (syariat) agama maka manusia tersebut menjadi
Islam secara zahir, baik akhlaknya dan sesuai perbuatannya dengan
perbuatan Nabi. Namun untuk meng-Islam-kan rohani manusia, tentu tidak
cukup dengan pengajaran zahir, diperlukan metode yang berbeda, zahir
mengajarkan zahir sedangkan rohani harus diajarkan oleh rohani pula.
Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi secara zahir mengajarkan agama lewat
lisan beliau, sedangkan rohani ummat Zaman itu diajarkan oleh rohani
Rasulullah atau dikenal dengan Arwahul Muqadasah Rasulullah atau dikenal
dengan Nur Muhammad yang terbit dari Nur Allah Para Ta’ala. Maka
seperti yang dijelaskan dalam surat An-Nur, cahaya di atas cahaya
diberikan Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Para Nabi dan Wali
berada dalam cahaya-Nya dan mereka yang mulia rohaninya tidak lain
adalah cahaya di atas cahaya yang bisa menerangi hati segenap manusia.
Matahari tidak akan mampu kita lihat tanpa cahaya matahari dan sudah
pasti cahaya matahari itu terbit dari mata hari itu sendiri. Dengan
cahaya matahari yang sudah ada jutaan tahun, merambat dalam jarak yang
jauh kemudian bisa dilihat dengan mata manusia yang berada dibumi. Maka
Allah Ta’ala tidak akan bisa dilihat oleh siapapun, tidak bisa dipandang
oleh siapapun di muka bumi ini bahkan di akhirat kelak tanpa ada
cahaya-Nya. Dengan tujuan itu Allah menurunkan cahaya-Nya, para Nabi dan
Rasul, Para Auliya-Nya, agar manusia bisa terbimbing menyaksikan
keagungan wajah-Nya.
Untuk melihat matahari yang zahir saja
harus memenuhi syarat yang diperlukan, salah satu syarat utama disamping
cahaya adalah ada indera penglihatan sehingga dengan indera penglihatan
yaitu mata, manusia bisa memandang matahari. Apa yang terjadi bagi
orang buta, sejak lahir tidak diberi karunia penglihatan oleh Allah?
Maka dia cukup meyakini bahwa matahari memang ada lewat cerita dan lewat
rasa, hangatnya sinar matahari yang menyentuh kulitnya. Orang buta
menyakini bahwa matahari tidak bisa terlihat. Andai sebuah bangsa
seluruhnya terlahir buta, maka seluruh bangsa itu mempunyai keyakinan
bahwa matahari itu ada tapi tidak bisa dilihat dan ketika ada orang
normal matanya, bisa melihat matahari menceritakan kepada mereka tentang
matahari bisa dilihat, sudah pasti orang normal tadi tuduh sesat
menyesatkan dan mengada-ada. Mereka menuduh orang normal tadi sudah
menyimpang dari ajaran suci mereka tentang matahari yang tidak bisa
terlihat.
Begitu juga dengan manusia, belajar agama dari orang
yang masih buta mata hatinya sehinga belum tersikap hijab yang membatasi
dan menghalangi antara dia dengan Allah maka pelajaran yang diterima
adalah pelajaran tentang buta pula. Pelajaran itu diajarkan kembali
kepada orang lain dan semakin banyak pula orang buta di dunia ini dengan
keyakinan bahwa Allah Ta’ala tidak bisa dilihat. Dalil apapun akan
ditolak karena sudah terlanjur jatuh cinta dengan pemahaman dari
orang-orang buta.
Maka benar seperti yang disebutkan oleh Nabi
bahwa semakin banyak ilmu yang dipelajari manusia tanpa makrifat kepada
Allah maka tidak ada yang bertambah dari ilmunya terebut kecuali
bertambah jauh dari Allah. Kenap bertambah jauh, karena dia lalai dan
sibuk dengan dalil sehingga lupa mencari hakikat Allah, lupa akan tujuan
sejati agama yaitu beserta dengan Allah dari dunia sampai akhirat
kelak.
Tidak perlu harus menghapal seluruh isi al-Qur’an, tidak
perlua mengkoleksi ribuan hadist, cukup dengan satu ayat apabila
disertai oleh Allah maka itu akan menyelamatkan diri kita jasmani dan
rohani dari dunia sampai ke akhirat. Perkerjaan yang paling sulit adalah
menyebut nama Allah disertai oleh Allah. Karena perkerjaan yang paling
sulit, maka ilmu menyebut nama Allah ini bukan pekerjaan semalam, bukan
hapalan dalam semenit, tapi memerlukan waktu bertahun-tahun, Nabi
mengajarkan ini kepada ummat zaman itu memerlukan waktu 13 tahun sampai
para sahabat Beliau menjadi matang, tertanam dalam Qalbu mereka cahaya
Allah yang dengan cahaya Allah itu pula mereka bisa menerangi dirinya,
keluarga, lingkungan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Kita
pun sebagai ummat Beliau, harus mengikuti apa yang Beliau ajarkan,
secara zahir dan bathin sehingga hasil yang diperoleh akan sama dengan
apa yang diperoleh oleh ummat zaman itu. Kenapa asfek bathin atau
rohaniah dari agama ini jarang di kupas? Karena memang Guru nya langka,
tidak semua Ulama mempunyai kepasitas bisa mengajarkan manusia sampai
kepada rohaninya kecuali ulama tersebut mempunyai kedudukan sebagai Wali
Allah atau mendapat ijazah langsung dari Rasulullah lewat Guru-guru
sebelumnya sambung menyambung sebagai ulama pewaris Nabi yang mewariskan
ajaran Nabi secara zahir dan bathin.
Karena langka maka kita
harus bersungguh-sungguh mencari seperti yang dijelaskan dalam surat
Al-Maidah-35 dan surat An-Nur 35. Imam al-Ghazali sang Hujjatul Islam
dengan kerendahan hati mengakui akan sulitnya mencari Pembimbing Sejati,
seperti dalam ungkapan Beliau, “Mencari Guru Mursyid itu akan lebih
mudah mencari sebatang jarum yang disembunyikan dalam pandang pasir yang
gelap gulita.
Bersyukur kehadirat Allah yang Maha Rahman dan
Maha Rahim bagi orang yang telah menemukan pembimbing zahir dan bathin,
sebagai rasa syukur maka kita harus mengamalkan apa yang diperintahkan
dan meninggalkan apa yang dilarang. Orang yang telah menemukan Guru
Sejati hendaknya bersungguh-sungguh dalam mujahadah sehingga akan
memperoleh hasil yang amat langkah yaitu disertai Allah dari dunia
sampai akhirat.
Tulisan Islam berlapis ini mudah-mudahan
menyadarkan kita semua, bahwa merupakan kewajiban bagi seluruh manusia
untuk mempelajari agama secara zahir dan bathin sehingga kita tidak
seperti bangkai yang berjalan, hidup tapi mati. Begitulah Rasulullah SAW
bersabda, bahwa orang yang mengingat Allah (dengan metode) dengan orang
yang tidak mengingat Allah ibarat orang hidup dengan orang mati. Jasad
kita hidup dan bergerak seperti layaknya makhluk hidup, sedangkan mata
hati kita mati sehingga tidak bisa menyaksikan kebesaran-Nya dan kita
dimasukkan oleh Allah kedalam orang-orang yang mati. Na’uzubillah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar